fbpx
langitselatan
Beranda » John Glenn (1921–2016)

John Glenn (1921–2016)

John Glenn—astronot pertama dari Amerika Serikat yang berhasil mengorbit Bumi pada tahun 1962, senator Amerika Serikat, dan astronot tertua di dunia—meninggal dunia pada tanggal 8 Desember 2016 di kota Columbus, negara bagian Ohio di Amerika Serikat, demikian diumumkan Universitas Negara Bagian Ohio (Ohio State University). Tidak dijelaskan penyebab meninggalnya, namun pada tahun 2014 beliau sempat mengalami stroke setelah menjalani operasi penggantian katup jantung.

Mungkin di Indonesia, hanya peminat sejarah antariksa yang mengetahui siapa itu John Glenn, namun di Amerika Serikat, John Glenn dianggap sebagai seorang pahlawan. Di tahun 60an, saat masyarakat Amerika Serikat merasa tertinggal dari Uni Soviet dalam ranah teknologi antariksa, sosok John Glenn menghadirkan harapan baru.

John Glenn memulai kariernya di Korps Marinir Amerika Serikat sebagai pilot pesawat tempur. Beberapa hari setelah serbuan Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, ia mendaftar menjadi taruna angkatan laut dan kemudian bergabung menjadi marinir setelah melewati pelatihan pilot. Selama Perang Dunia II, di Teater Pasifik, ia terbang dalam 59 misi tempur dan memperoleh berbagai penghargaan. Dalam Perang Korea, lebih banyak lagi misi tempur yang dijalani John Glenn, yaitu 90 misi.

Arah hidup John Glenn menjadi astronaut dimulai dari dinasnya sebagai pilot uji coba. Selesainya Perang Dunia II membuka jalan untuk meneliti dan mengembangkan pesawat tempur generasi berikutnya yang bermesin jet (pesawat tempur pada perang dunia II masih bermesin baling-baling. Pada tahun 1944, Jerman telah berhasil mengembangkan pesawat tempur jet pertama, namun pesawat ini tidak terlibat dalam banyak misi tempur dan terlambat memasuki perang untuk dapat mengubah jalannya peperangan), dan dibutuhkan pilot-pilot uji coba untuk menerbangkan prototipe-prototipe pesawat jet.

Teknologi jet pada saat itu masih dalam tahap uji coba dan belum mapan. Prototipe pesawat jet dapat meledak sewaktu-waktu dan oleh karena itu menjadi pilot uji coba pada masa ini butuh nyali yang begitu besar. Kematian adalah hal yang wajar. Pada tahun 1950an, dekade di saat John Glenn menjadi pilot uji coba, rata-rata setiap satu minggu bisa ada satu pilot uji coba menemui ajal.

Meskipun demikian, teknologi pesawat jet semakin mapan. Setelah pada tahun 1947, pesawat Bell X-1 yang diterbangkan Chuck Yeager berhasil terbang dengan kecepatan melebihi kecepatan suara (sekitar 1200 km/jam), teknologi jet semakin disempurnakan. Pada tahun 1957, dengan menggunakan pesawat F8U-1 Crusader, John Glenn memecahkan rekor kecepatan dengan terbang dari California ke New York dalam waktu 3.5 jam.

Dengan dikuasainya teknologi atom dan teknologi jet, penguasaan antariksa menjadi sasaran selanjutnya. Pada saat itu, tahun 1950an, Uni Soviet sebagai salah satu pemenang Perang Dunia II telah muncul sebagai negara adikuasa baru dan berambisi menunjukkan keunggulannya di atas kekuatan-kekuatan adikuasa lama. Di tahun Geofisika Internasional, 4 Oktober 1957, Uni Soviet berhasil meluncurkan satelit buatan pertama, Sputnik. Sejujurnya Sputnik tidak punya fungsi apapun selain memancarkan sinyal rutin yang bisa ditangkap oleh siapapun di Bumi (tentunya dengan menggunakan perangkat radio dan mendengarkan di frekuensi yang benar), di negara-negara yang dilalui orbitnya, namun ini sudah cukup sebagai alat propaganda Uni Soviet dan menciutkan hati siapapun yang mendengar sinyal sederhana tersebut. Bahkan pada waktu-waktu tertentu satelit tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang, saat cahaya Matahari terpantulkan oleh Sputnik. Warga Amerika Serikat khawatir akan perkembangan ini dan merasa bahwa secara intelektual mereka tertinggal dari Uni Soviet, walaupun lingkaran terdalam pemerintahan Amerika Serikat pada saat itu tenang-tenang saja karena punya rencana tersendiri mengenai program antariksa. Satelit pertama yang diluncurkan Amerika Serikat pada tahun 1958, Explorer-I, sebenarnya secara teknologi lebih unggul daripada Sputnik dan memiliki instrumen yang mampu mendeteksi sinar kosmik. Satelit ini juga mengkonfirmasi adanya Sabuk Radiasi Van Allen (ah tapi kalau “cuma” juara 2, siapa sih yang peduli iya gak? Hehehe…). Dengan berhasilnya peluncuran satelit ini, maka misi antariksa berawak adalah sasaran selanjutnya.

Untuk mencapai sasaran adanya penerbangan antariksa berawak ini, dimulailah Proyek Mercury pada tahun 1958. Sebagai permulaan dari proyek antariksa berawak, tujuan Proyek Mercury sederhana saja: Luncurkan manusia ke antariksa dan kembali ke Bumi dengan selamat. Definisi resmi antariksa adalah 100 km dari permukaan Bumi (batas ini dinamakan juga Garis Kármán) dan satu-satunya cara untuk mencapainya adalah dengan menggunakan pendorong bertenaga roket. Karena segalanya serba baru dan kita belum tahu efek-efek apa yang dapat terjadi pada manusia di antariksa dan dalam kondisi tanpa bobot, maka pada saat itu cukup jelas bagi NASA bahwa jenis manusia yang dibutuhkan adalah orang-orang bernyali gede yang sukarela menghadapi risiko atas dirinya, namun Presiden Eisenhower menekankan bahwa orang-orang semacam itu haruslah diambil dari para pilot uji coba dari dinas militer.

John Glenn menjawab panggilan ini dan pada tahun 1959 terpilih bersama-sama dengan enam pilot lainnya yaitu Scott Carpenter, Gordon Cooper, Gus Grissom, Walter Schirra, Alan Shepard, dan Deke Slayton. Dari tujuh astronot Mercury ini, John Glenn adalah yang terakhir meninggal dunia.

Media Amerika Serikat ingin menumpukan harapan pada ketujuh orang ini, oleh karena itu mereka digambarkan sebagai tujuh orang kompak. Namun, sebagaimana jamak terjadi dalam pertemuan banyak kepala, ketujuh orang ini punya kepribadian masing-masing dan gesekan internal antara mereka sering terjadi. John Glenn, misalnya, menganggap serius peran Mercury Tujuh sebagai wajah publik NASA, dan ia berpikir bahwa kebiasaan beberapa rekan-rekannya yang suka main perempuan akan berdampak buruk pada reputasi misi antariksa ini. Beberapa kali John Glenn menegur rekan-rekannya, dan ia sering dianggap sok suci. Alan Shephard lalu menjawab agar John Glenn mengurusi dirinya sendiri saja. Percekcokan sering terjadi karena urusan ini.

Ambisi pertama proyek Mercury dalam menempatkan manusia di antariksa adalah menerbangkan manusia dalam lintasan sub-orbital, hanya seperti lempar kaleng saja dulu: Terbangkan manusia hingga ketinggian paling tidak 100 km, lalu kembali lagi. John Glenn berambisi menjadi orang Amerika pertama yang mencapai ketinggian ini, namun rekan-rekannya sepakat agar Alan Shephard menjadi yang pertama di antara mereka. John Glenn cukup kecewa.

Pada Mei 1961, Alan Shephard meluncur dalam penerbangan sub-orbital selama 15 menit dan menjadi orang Amerika pertama di antariksa, disusul oleh Gus Grissom pada Juli tahun yang sama. Akan tetapi pada saat itu kosmonaut Soviet Yuri Gagarin sudah mengorbit Bumi satu kali (lebih dahulu 23 hari dari Alan Shephard), dan pada bulan Agustus kosmonaut Soviet Gherman Titov mengorbit Bumi sebanyak 17 kali. Pada tahun itu kelihatannya proyek antariksa Amerika tertinggal dari Uni Soviet dan masa depan nampak suram.

Giliran John Glenn untuk mengangkasa tiba pada bulan 20 Februari 1962. Setelah berminggu-minggu penundaan karena cuaca buruk dan kegagalan alat, roket Atlas yang membawa John Glenn lepas landas, disaksikan 135 juta rakyat Amerika Serikat melalui televisi dan radio. “Godspeed, John Glenn”, ujar pilot cadangan Scott Carpenter sebelum roket mengangkasa.

“Zero-g and I feel fine,” ujar John Glenn pada ruang kendali saat kapsul mencapai lintasan orbit. Sedianya penerbangan hari itu akan melalukan tujuh orbit, namun telah orbit pertama kapsul mulai bergetar. John Glenn mencabut kendali otomatis dan mengendalikan kapsul secara manual sebanyak dua orbit.

Setengah jalan dalam penerbangan, lampu peringatan menyala dan mengindikasikan bahwa tameng pelindung panas mungkin longgar atau lepas. Bila tameng tersebut tak ada, sangat mungkin John Glenn akan terbakar saat menembus atmosfer Bumi. Saat John Glenn memasuki atmosfer, kontak radio menghilang. Semua khawatir misi ini gagal dan pupuslah harapan program antariksa Amerika.

Setelah empat menit yang menegangkan, kontak radio kembali muncul. Lampu peringatan tersebut kemudian diketahui ternyata tidak berfungsi benar. Kapsul John Glenn jatuh di Samudera Atlantik setelah 4 jam 56 terbang. John Glenn keluar dari kapsul tersebut dengan tenang dan tersenyum lebar penuh kemenangan, membangkitkan harapan akan kemampuan teknologi Amerika Serikat dalam menyusul Uni Soviet. Ia disambut oleh Presiden John F. Kennedy dan Wakil Presiden Lyndon B. Johnson, dan parade kemenangan dilakukan di kota New York untuk merayakat kesuksesan ini, dihadiri sekitar empat juta orang. Orang-orang menangis terharu dan berteriak gembira, dan sejak saat itu John Glenn menjadi figur mitologi dan dirayakan sebagai pahlawan jaman modern.

Setelah kesuksesan penerbangan orbital ini, John Glenn berhenti menjadi astronaut. Presiden Kennedy menganggap John Glenn terlalu berharga sebagai pahlawan dan tidak ingin ada kecelakaan terjadi. Ia kemudian mengundurkan diri dari korps astronaut pada tahun 1964 dan menjadi pengusaha. Selanjutnya ia memasuki ranah politik—atas saran jaksa agung Robert F. Kennedy pada tahun 1962—dan pada tahun 1974 terpilih menjadi anggota Senat Amerika Serikat dari Partai Demokrat mewakili negara bagian Ohio. John Glenn mempertahankan jabatan ini sebanyak empat periode sebelum akhirnya menolak dipilih kembali pada tahun 1998. Pada tahun 1984 ia sempat mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika Serikat namun mengundurkan diri dari prapemilihan Partai Demokrat setelah kalah di beberapa negara bagian.

Pada tahun 1998, diumumkan bahwa John Glenn akan menjadi satu dari tujuh awak yang akan terbang dalam misi pesawat ulang-alik Discovery. Selama dua tahun ia telah melobby NASA agar dapat diikutkan dalam misi antariksa sebagai kelinci percobaan dalam percobaan mengenai penuaan di antariksa. Mereka yang sinis mengkritik penerbangan John Glenn hanya sebatas publisitas saja untuk membangkitkan kenangan akan masa-masa gemilang NASA (syukur-syukur anggaran NASA bisa ditingkatkan), atau sebagai balas jasa atas dukungan John Glenn kepada Presiden Clinton. Orang boleh nyinyir, tapi John Glenn tetap mengangkasa dan peluncuran Discovery disaksikan oleh banyak orang dalam jumlah yang tidak pernah disaksikan lagi semenjak peluncuran roket ke bulan. Hadir di antara penonton peluncuran adalah Presiden Bill Clinton dan Ibu Negara Hillary Clinton. Dalam usia 77 tahun, John Glenn kembali ke antariksa dan menjadi astronaut tertua hingga saat ini.

Meninggalnya John Glenn, sebagai astronot Mercury terakhir yang hidup, menutup babak peretasan penjelajahan antariksa. John Glenn meninggalkan istrinya, Annie Glenn, dua anak Carolyn Ann dan John David, serta dua cucu Daniel dan Zach. Presiden Obama, dalam pernyataan bela sungkawa, menulis “John selalu mempunyai `bahan yang tepat’ [the right stuff, terminologi yang diperkenalkan penulis Tom Wolfe dalam buku berjudul sama, untuk menggambarkan karakteristik yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi astronaut], menginspirasi bergenerasi ilmuwan, insinyur, dan astronaut yang akan membawa kita ke Mars dan lebih dari itu—tidak hanya untuk berkunjung, tapi juga untuk menetap.” Presiden Obama juga menginstruksikan agar bendera dikibarkan setengah tiang.

Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki program untuk membawa manusia Indonesia ke antariksa. Kita telah menyaksikan bagaimana program antariksa Tiongkok berhasil membawa 11 taikonaut ke antariksa (dengan sasaran pembangunan pangkalan Bulan), dan setelah kesuksesan misi-misi tak berawaknya kini India berambisi menempatkan astronaut ke antariksa. Kapankah Indonesia bisa punya program antariksa berawak? Kita bisa lihat bahwa program antariksa adalah sebuah proyek kompleks yang membutuhkan penyatuan sumber daya suatu negara, dan para pionirnya adalah orang-orang bernyali gede yang bersedia menanggung risiko diri. Orang-orang sejenis astronaut-astronaut Mercury dan John Glenn.

Semoga proyek Mercury dan sosok John Glenn menjadi inspirasi kita semua. Selamat beristirahat abadi dan godspeed, John Glenn.

Avatar photo

Tri L. Astraatmadja

Astronom, bekerja sebagai peneliti postdoktoral di Space Telescope Science Institute (STScI), di kota Baltimore, Maryland, Amerika Serikat.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini