fbpx
langitselatan
Beranda » Delapan Planet Baru di Zona Laik Huni Bintang

Delapan Planet Baru di Zona Laik Huni Bintang

Awal tahun, artinya saatnya para Astronom di Amerika berkumpul dan berbagi hasil penelitiannya. Dan seperti biasa, dalam pertemuan tersebut banyak sekali hasil menarik yang dipaparkan. Salah satunya adalah penemuan planet extrasolar atau planet di bintang lain.

Ilustrasi planet serupa Bumi yang mengitari bintang yang berevolusi sebagi nebula planetari. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Ilustrasi planet serupa Bumi yang mengitari bintang yang berevolusi sebagi nebula planetari. Kredit: David A. Aguilar (CfA)

Kabar baik itu kali ini dibawa oleh para astronom yang meneliti hasil pengamatan Wahana Kepler.  Adalah Guillermo Torres dari  Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) yang membawa cerita penemuan 8 exoplanet baru yang berada di area Goldilocks bintang.

Dalam dongeng ‘Goldilocks dan Tiga Beruang’, ada seorang anak yang rewel. Dia tidak suka  buburnya terlalu manis, seperti bayi beruang, ataupun terlalu asin, seperti papa beruang. Dia tidak senang tempat tidurnya terlalu lembut ataupun terlalu keras. Dia menyukai yang sedang-sedang saja, seperti mama beruang: pokoknya yang pas deh.  Lebih tepatnya, ke-8 planet tersebut diyakini berada di zona laik huni bintang induknya dimana temperatur di area ini pas untuk air tetap berada dalam wujud cair.

Dari delapan planet baru tersebut, dua di antaranya merupakan planet yang memiliki kemiripan dengan Bumi. Bahkan jika dibandingkan dengan planet serupa yang memiliki kemiripan dengan Bumi, dua planet ini memiliki kesempatan paling besar untuk dikatakan sebagai “bumi kembar” meskipun tidak benar-benar persis.

Mencari Bumi Lain…
Dua planet yang baru ditemukan dan diyakini memiliki kemiripan dengan Bumi adalah  Kepler-438b dan Kepler-442b. Kedua planet mirip Bumi tersebut bergerak mengelilingi bintang katai merah yang lebih kecil, lebih redup dan lebih dingin dibanding Matahari. Bintang katai merah merupakan bintang yang umum ditemukan di alam semesta dan bintang-bintang ini memiliki kala hidup yang lebih panjang sampai trilyunan tahun. Bahkan lebih panjang dari usia alam semesta saat ini.

Mencari dan menemukan planet baru semenjak 2005 memberikan cerita yang sangat menarik yang menantang para astronom untuk menemukan cerita lain akan kehidupan seperti yang kita kenal di Bumi. Jelas tidak mudah untuk bisa menemukan kehidupan kompleks seperti di Bumi. Maka dari itu, semua dimulai dengan mencari planet yang paling mirip dengan Bumi supaya peluang untuk menemukan kehidupan yang kita kenal bisa lebih tinggi.

Dalam pemaparan kali ini, Guilermo Torres menceritakan penemuan 8 planet di zona laik huni bintang, dimana dua planet Kepler-438b dan Kepler-442b menjadi berita utama karena kemiripannya dengan Bumi.  Dari segi ukuran, kedua planet juga sedikit lebih besar dari Bumi. Kepler-438b yang berada 475 tahun cahaya dari Bumi, memiliki ukuran 12% lebih besar dibanding Bumi dengan peluang sebesar 70% sebagai kandidat planet batuan. Planet lainnya yakni Kepler-442b, berada pada jarak 1100 tahun cahaya dengan ukuran 33% lebih besar dari Bumi dan peluang sebagai planet batuan sedikit lebih rendah yakni 60%.

Waktu yang dibutuhkan oleh kedua planet untuk mengitari bintang induknya juga lebih cepat dibanding Bumi. Kepler-438b hanya butuh 35,2 hari untuk menyelesaikan satu putaran orbit sedangkan Kepler-442b membutuhkan waktu yang lebih panjang yakni 112 hari.

Kedua planet tersebut masuk dalam kategori laik huni karena keduanya menerima sinar bintang yang cukup untuk menjaga kondisi air di planetnya tetap cair. Sebuah planet digolongkan sebagai planet laik huni jika ia berada di zona laik huni bintang dimana planet akan menerima cahaya bintang sebanyak yang diterima bumi dari Matahari.  Terlalu banyak cahaya yang diterima akan menyebabkan air mendidih dan menguap. Terlalu sedikit dan air akan tetap membeku.

Kepler-438b diketahui menerima cahaya 40% lebih banyak dari Bumi sedangkan Kepler-442b menerima 66% cahaya lebih banyak dari Bumi. Sebagai perbandingan, Venus menerima radiasi Matahari 2 kali lebih banyak dan lihatlah apa yang terjadi di planet tersebut! Venus menjadi planet yang panas dan tidak cocok untuk kehidupan yang kita kenal.

Menurut David Kipping dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA), “Kami tidak bisa mengetahui dengan pasti apakah planet-planet tersebut memang laik huni”.  Dalam twitternya, David mengatakan bahwa mereka memperkenalkan kuantifikasi peluang agar sebuah planet bisa memiliki komposisi batuan dan berada dalam zona laik huni bintang, mengingat keterbatasan data yang mereka miliki. Dengan demikian mereka tidak dapat secara langsung menyatakan jawaban ya dan tidak bagi keberadaan planet tersebut di zona laik huni.

Dari data yang ada, para astronom dapat menghitung peluang keberadaan kedua planet di zona laik hun. Kepler-438b memiliki peluang 70% berada di zona laik huni, sedangkan Kepler-442b memiliki peluang lebih besar yakni 97%.

Yang pasti planet yang ditemukan tersebut merupakan kandidat laik huni yang cukup menjanjikan. Kehadiran Kepler-438b dan Kepler-442b, menggeser keberadaan Kepler-186f dan Kepler-62f yang sebelumnya memiliki peluang paling tinggi dalam hal kemiripan dengan Bumi. Kepler-186f diketahui berukuran 1,1 ukuran Bumi dan menerima cahaya 32% dari bintang induknya, sedangkan Kepler-62f berukuran 1,4 ukuran Bumi dan menerima 41% cahaya.

Ketika Wahana Kepler menemukan sebuah planet, maka obyek yang dilihat itu masih berupa kandidat planet sampai para astronom berhasil melakukan konfirmasi ulang lewat pengamatan lainnya bahwa memang obyek yang dilihat itu adalah sebuah planet.

Demikian juga dengan ke-8 planet yang ditemukan tersebut. Ukuran yang kecil dari kandidat planet menjadi tantangan bagi para astronom dalam penentuan massa obyek. Setelah melakukan konfirmasi awal menggunakan simulasi komputasi, para astronom pun melakukan pengamatan lanjutan untuk memastikan keberadaan planet-planet tersebut. Hasilnya, 4 dari 8 planet yang ditemukan ternyata merupakan bagian dari sistem bintang multipel. Sayangnya, bintang-bintang pasangan di sistem tersebut berada jauh dan tidak memiliki pengaruh bagi planet-planet yang ada di salah bintangnya.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini