fbpx
langitselatan
Beranda » Hilangnya Langit Malam di Balik Cahaya Lampu Kota

Hilangnya Langit Malam di Balik Cahaya Lampu Kota

Semarak kehidupan perkotaan tidak hanya bergema di siang hari ketika seluruh penghuninya berpacu dengan waktu mengais rejeki. Di malam hari, ketika para penghuni kota selesai dengan pekerjaannya mereka pun melepas lelah.

Semarak lain kehidupan perkotaan dimulai. Pusat perbelanjaan, restoran, dan berbagai tempat hiburan lainnya diramaikan para penghuni kota yang hendak berkumpul bersama teman dan keluarga atau mereka yang sekedar melepas kepenatan.

Gemerlap lampu kota memeriahkan kehidupan malam, larut dalam hiruk pikuk penghuninya. Tapi nin di sudut yang berbeda, para pecinta langit malam tercenung menikmati hilangnya langit gelap bertaburan bintang. Pengamat langit hanya bisa menikmati kubah cahaya yang melingkupi kota, kehilangan taburan sebagian bintang yang bercahaya menerangi kelamnya malam. Karena di masa kini temaram kerlap kerlip bintang di langit telah digantikan dengan lampu kota dan papan reklame yang terang benderang sepanjang malam.

Bagi masyarakat perkotaan kehadiran lampu kota jelas sangat membantu mereka dalam aktivitas di malam hari. Selain juga memberi nuansa keindahan bagi landmark kota. Bagaimana tidak? Warna warni lampu yang menghiasi landmark kota jelas menjadi obyek fotografi baru bagi para pecinta foto. Atau setidaknya bisa mengurangi kejahatan di lokasi-lokasi yang terlalu gelap.

Indah bukan Gedung Sate Badung kala lampu LED warna warni menambah semarak di malam hari. Atau jalan layang Pasupati yang kerlap kerlip berwarna warni kala dilewati.

Kerlap kerlip lampu LED menghiasi Jalan Layang pasupati Baru dan meniadakan kerlap kerlip bintang di langit malam. Kredit: Bandung Juara
Kerlap kerlip lampu LED menghiasi Jalan Layang pasupati Baru dan meniadakan kerlap kerlip bintang di langit malam. Kredit: Bandung Juara
Gedung-Sate
Gedung Sate dalam kerla kerlip lampu LED. Terangnya lampu meniadakan obyek-obyek langit malam. Kredit: TourismVaganza

Kehadiran gemerlap pusat perbelanjaan dan pusat hiburan juga tidak hanya memberikan keuntungan bagi penghuni kota sebagai konsumen namun membuka lapangan kerja bagi para penghuninya.

Tapi, tahukah kamu kalau cahaya nan indah itu merupakan sumber masalah lain? Nama masalah itu adalah polusi cahaya!  Jadi kalau dulu yang kita kenal hanya polusi udara, polusi air, polusi tanah dan polusi suara, maka kini ada yang namanya polusi cahaya.

Mengenal Polusi Cahaya

Bandung di malam hari. Kredit: Nggieng

Berdasarkan KBBI, polusi adalah (tentang air, udara, dsb); pencemaran. Dan dari wikipedia, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya

Lantas bagaimana dengan polusi cahaya?

Polusi cahaya disini tidak berarti cahayanya yang mengalami polusi atau pencemaran, melainkan si cahayalah yang menjadi sumber polusi bagi langit.

Polusi cahaya secara singkat bisa diartikan sebagai penggunaan cahaya artifisial atau buatan yang berlebihan, salah sasaran atau cahaya yang terlalu terang dan memberi dampak bagi langit malam. Kita bisa dengan mudah mengenali polusi cahaya ketika berada di dalam kota maupun di luar area perkotaan. Dari dalam kota, saat memandang langit malam, maka cahaya yang berlebihan dari kehidupan kota akan berpijar sangat terang menutupi cahaya bintang-bintang yang redup. Pada akhirnya yang tampak hanya bintang-bintang yang sangat terang. Tapi jika kita berada di luar area perkotaan dan memandang ke arah kota, maka akan tampak kubah cahaya yang menutupi perkotaan. Kubah cahaya inilah yang menghalangi pandangan ke langit malam.

Cahaya yang berlebihan pada akhirnya akan menghapus kerlap kerlip cahaya bintang dan mengganggu penelitian para astronom.

Pertanyaan yang sering diajukan adalah, kalau polusi cahaya mengganggu para astronom, kenapa bukan para astronom yang mencari area super gelap untuk meneliti dan biarkan kota berkembang dengan segala eksesnya? Toh, astronom yang membutuhkan langit yang gelap dan taburan bintang-bintang jumlahnya lebih sedikit dibanding penduduk kota yang membutuhkan kehadiran cahaya artifisial untuk beraktivitas di malam hari.

Sayangnya, dampak yang ditimbulkan oleh polusi cahaya bukan saja mengganggu para astronom. Ekses lain dari polusi cahaya justru lebih mengganggu ekosistem dan merugikan bagi kesehatan manusia. Dan juga merugikan kantong aka keuangan baik pribadi maupun kolektif di perkotaan, karena energi yang terbuang sia-sia.

Bagaimana mengatasi polusi cahaya? Apakah seluruh cahaya artifisial harus dipadamkan atau tak boleh lagi digunakan?

Sebelum membahas penanganan, ada baiknya kita mengenal dahulu sumber dari polusi cahaya tersebut. Tak mungkin menangani sesuatu jika sumbernya tidak diketahui bukan?

Ada 4 komponen yang digolongkan sebagai sumber polusi cahaya :

  1. Pijar langit, terangnya langit malam di area pemukiman penduduk akibat hamburan cahaya artifisial atau buatan.
  2. Cahaya terobos, atau masuknya cahaya yang tidak diinginkan dan tidak diperlukan dari luar ke dalam rumah seseorang sehingga mengakibatkan kesulitan untuk tidur, menghalangi jarak pandang seseorang dan mengakibatkan hilangnya gelap yang alami
  3. Cahaya silau, cahaya berlebih yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penglihatan dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan penglihatan.
  4. Cahaya gumpal atau pengelompokkan sumber cahaya buatan di perkotaan yang menyebabkan gangguan penglihatan. Contohnya kumpulan cahaya artifisial seperti lampu jalan, lampu papan reklame, lampu taman, dll

Polusi cahaya sendiri dapat dikategorikan sebagai problematika kehidupan masyarakat urban yang terus meningkat dan membahayakan fasilitas astronomi, habitat, ekologi, kehidupan liar, penggunaan energi sekaligus kesehatan manusia.

Dampak Polusi Cahaya
Dalam sejarah  kehidupan manusia di Bumi, mungkin waktu terbaik tanpa polusi cahaya terjadi puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, ketika cahaya artifisial belum menjadi kebutuhan utama dan belum berkembang seperti saat ini. Pada masa itu keindahan langit malam menjadi cahaya alami yang menopang kehidupan manusia sekaligus mempersembahkan kemegahan dan keindahan taburan bintang-bintang, maupun bentangan galaksi Bima Sakti di langit.

Para astronom bisa menikmati waktu-waktu terbaiknya untuk mengeksplorasi langit dan mengungkap misterinya. Tapi kehidupan masyarakat terus berkembang. Teknologi yang semakin maju memberi kesempatan eksplorasi angkasa dengan cara yang berbeda. Namun pengamatan dari Bumi masih menjadi salah satu tumpuan untuk mengungkap rahasia langit. Tapi, seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat pun berubah dan semakin kompleks. Jumlah penduduk perkotaan yang terus bertambah berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan cahaya artifisial berlebihan. Terutama penggunaan penerangan di halaman dan jalan. Akibatnya, langit pun dipenuhi cahaya berlebihan yang mengarah ke angkasa.

Polusi cahaya di Bandung. Kredit: amharana.wordpress.com
Polusi cahaya di Bandung. Kredit: amharana.wordpress.com

Pada akhirnya ada yang dikorbankan. Salah satunya adalah gelapnya malam yang semakin tersingkir terutama di area perkotaan. Dampak paling utama mungkin dirasakan oleh astronom yang tidak lagi menemukan obyek-obyek yang seharusnya ada di langit karena diselimuti cahaya artifisial yang terang benderang. Hanya obyek terang yang bisa ditemukan di langit malam. Memang tak berarti juga astronom tidak lagi bisa melakukan pengamatan. Hanya mengalami kendala yang berdampak pada berkurangnya produktivitas astronom. Solusi termudah adalah menyesuaikan dengan kondisi langit dan melakukan pengamatan dan penelitian pada obyek-obyek yang masih bisa dilihat.

Solusi lainnya, dengan hijrah ke lokasi baru yang lebih gelap atau dengan mengkampanyekan konservasi langit malam. Kampanye untuk menjaga gelapnya malam dilakukan di seluruh dunia sebagai program tahunan lewat International Dark Sky Awareness dan Globe At Night. Di Indonesia, gerakan yang berkembang adalah “Save Bosscha Observatory”.

Tapi lagi-lagi apakah dampaknya hanya bagi para astronom?

Efek negatif polusi cahaya memang hampir tidak berwujud. Sumber daya alam yang dirugikan pun sepertinya “kurang disadari” oleh masyarakat. Akan tetapi, hubungan antara semakin cerlangnya langit malam bisa memberikan dampak langsung bagi kesehatan manusia dan fungsi kekebalan tubuh, perubahan perilaku serangga dan populasi hewan, juga penurunan kualitas ambien dan keamanan lingkungan di malam hari. Tercatat di Amerika, penerangan yang berlebihan memberi dampak pada terbuangnya 14,7 juta ton karbon dioksida.

Dampak Bagi Hewan
Hewan dan tumbuhan hidup dalam siklus 24 jam, dimana panduan mereka akan siang dan malam adalah terang dan gelap alami. Terang artinya siang, dan gelap artinya malam. Sifat ini terus diturunkan dari generasi ke generasi. Akibatnya, ketika waktu yang seharusnya malam ternyata masih sangat terang, maka jam biologi hewan akan menangkap waktu tersebut sebagai siang. Untuk manusia perubahan siklus itu sering dialami ketika melakukan perjalanan panjang melintasi zona waktu yang berbeda yang mengakibatkan kantuk atau lelah ketika tubuh harus menyesuaikan dengan perbedaan waktu dan menyesuaikan dengan waktu siang dan malam di lokasi baru.

Kalau manusia bisa menyesuaikan, maka tidak demikian dengan hewan. Satwa liar dan ikan mengalami disorientasi yang sama ketika terlalu banyak cahaya artifisial di langit malam. Jam tubuh yang mengenali siklus kehidupan dari terang gelap di siang dan malam hari jadi berubah ketika di malam hari pun cahaya terang masih menghiasi area tersebut. Pola kehidupan berubah dan berimbas pada perilaku kawin, migrasi, tidur, kegiatan mencari makan.

Pada umumnya cahaya yang berlebihan di malam hari mengakibatkan hewan kehilangan ekosistem malam yang mengakibatkan terjadinya efek penolakan untuk berkembang biak. Eksesnya adalah menurunnya populasi seperti pada mamalia, serangga, amfibi dan reptil.

Kehadiran cahaya berlebih menyebabkan hewan mengalami kesulitan mencari makan dan dengan mudah terlihat oleh predator yang akan memangsanya. Pijar langit malam dari perkotaan menyebabkan amfibi kehilangan insting untuk mengenali kehadiran pemangsanya dan mengalami disorientasi dan kebingungan.

Bagi burung-burung yang bermigrasi dan berburu di malam hari, terang benderangnya cahaya kota jelas memberi pengaruh. Ketergantungan pada kegelapan menyebabkan burung menjadi sangat rentan terhadap cahaya terang di daerah yang secara alami gelap. Saat melihat cahaya, burung tertarik ke sumber cahaya dan membutakan pandangan mereka.

Kebingungan ini menyebabkan berbagai efek negatif seperti misalnya 100 juta burung yang mengalami kematian dalam setahun dengan menabrak gedung, menara atau papan reklame sumber cahaya.  Burung tidak lagi terbang di kegelapan melainkan di kala terang dan tidak pernah berhenti sehingga mengakibatkan kelelahan dan kematian. Akibat dari cahaya berlebihan juga menyebabkan burung-burung bermigrasi mengembara tanpa arah dan tak pernah tiba di tempat tujuan.

Dampak Bagi Manusia
Cahaya Matahari di siang hari pada dasarnya terdiri dari berbagai warna yang dihasilkan dari panjang gelombang berbeda di cahaya tampak. Cahaya biru yang memiliki panjang gelombang terpendek mudah sekali dihamburkan di atmosfer. Lautan dan juga langit tampak biru karena cahaya biru memang lebih mudah dibiaskan. Tapi di malam hari, cahaya biru justru menyebabkan kelelahan mata. Cahaya pada panjang gelombang lainnya justru menyebabkan terjadinya halo disekeliling obyek dikarenakan cahaya dengan panjang gelombang pende seperti cahaya biru akan menyulitkan mata untuk fokus.

Semakin bertambah usia, maka kemampuan mata juga menurun dan semakin rentan dengan kelelahan mata dan pada akhirnya menurunkan kemampuan untuk melihat di malam hari. Apa hubungannya dengan polusi cahaya?

Kecerlangan cahaya artifisial dalam hal ini lampu jalan yang dirancang dengan tidak efisien akan menyebabkan silau yang membutakan pada mata manusia. Silau yang berlebihan menyebabkan kita memalingkan mata dari tirai cahaya yang membanjiri retina. Tirai tersebut justru mengurangi kepekaan kontras, persepsi warna dan kemampuan mata manusia untuk melihat kontras. Dampak paling umum terjadi pada pengendara kendaraan yang matanya tidak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kadar cahaya di jalanan.

Dari jalanan, kita tilik juga kehidupan manusia. Penelitian saat ini masih dilakukan namun polusi cahaya juga memberi pengaruh pada siklus hidup manusia.  Terang dan gelap di siang dan malam hari juga diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan produksi hormon yang sehat, menjaga jam tubuh dalam hal ini untuk fungsi sel dan aktivitas otak.

Meskipun manusia mudah beradaptasi dengan perubahan siklus siang dan malam atau siklus tidur kala melakukan perjalanan panjang, tapi pada dasarnya tubuh manusia mengenali siang dan malam dari terang dan gelap alami yang tercipta di Bumi. Siklus yang dikenal sebagai jam sirkadian atau jam biologis yang mengatur mekanisme periode 24 jam menggunakan siklus siang dan malam bagi tubuh. Jam biologis jelas memberi pengaruh pada pola gelombang pada otak, produksi hormon (melatonin), pengaturan sel dan berbagai aktivitas biologis lainnya. Jika ada gangguan makan akan menyebabkan insomnia, depresi, kanker dan penyakit kardiovaskular.

Hormon melatonin merupakan hormon yang secara alami terbentuk kala gelap dan justru produksinya akan terhambat bila ada cahaya. Kegunaannya bagi tubuh adalah untuk mengatur siklus harian tubuh. Pengurangan atau bahkan tidak adanya cahaya di malam hari akan sangat membantu ritme hormon melatonin dalam tubuh manusia. Selain pada produksi hormon, kehadiran lampu berlebih di lingkungan yang masuk ke dalam rumah menyebabkan terjadinya gangguan pada tubuh manusia dan salah satunya adalah gangguan tidur. Selain itu cahaya yang menyilaukan juga berimbas pada kemampuan adaptasi mata pada terang dan gelap.

Tak hanya kesehatan,  cahaya berlebihan juga memberi pengaruh pada keselamatan manusia. Memang benar manusia membutuhkan pencahayaan artifisial untuk membantu penglihatan di malam hari. Tapi terang tidak berarti aman.  Kemampuan mata beradaptasi antara kondisi gelap sekali dan terang sekali berbeda-beda. Dan kondisi yang terlalu terang akan menyebabkan cahaya berpijar ke semua arah dan menciptakan kontras yang tajam antara terang dan gelap. Akibatnya keadaan sekeliling di luar lokasi yang diterangi akan sulit dilihat untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.

Reduksi Efek Polusi Cahaya
Pertanyaannya, bagaimana mengatasi polusi cahaya. Haruskah kita kembali ke masa lampau yang tanpa cahaya artifisial? Kuncinya bukan pada menghilangkan cahaya buatan, karena manusia membutuhkannya untuk kebutuhan sehari-hari. Yang harus dilakukan adalah mereduksi cahaya buatan tersebut sehingga cahaya yang digunakan menjadi efektif dan efisien.  Selain itu juga dapat menghemat neergi dan pengeluaran bulanan perumahan maupun perkotaan.

Polusi cahaya bukan sekedar permasalahan suatu kota tapi problematika kita semua. Dan kita pun bisa ikut berpartisipasi untuk mereduksinya dimulai dari hal-hal sederhana.

Langkah pertama adalah dengan mengenali tingkat poolusi cahaya di area tempat tinggalmu dan dikontribusikan utnuk pembuatan peta polusi cahaya global. Caranya, kamu bisa ikut kampanye Globe at Night yang mulai tahun 2014 dilakukan sepanjang tahun pada kisaran tanggal 20-30/31 setiap bulan. Atau juga bisa ikut dalam kampanye Earth Hour yang dilakukan setiap tahunnya setiap hari sabtu minggu ke-4 di bulan Maret dan kampanye International Dark Sky Awareness yang dilaksanakan setiap bulan April selama satu minggu.Di tahun 2014, International Dark Sky Week dilaksanakan pada tanggal 20-26 April 2014.

Contoh penggunaan cahaya artifisial yang salah dan bagaimana cara mereduksinya.

Di Indonesia, Observatorium Bosscha juga mengadakan kampanye anti polusi cahaya dan sedang memproduksi tudung lampu yang akan dibagikan pada masyarakat sekitar Bosscha untuk mereduksi cahaya.

Tapi tanpa harus dibagikan tudung lampu dari Observatorium Bosscha pun, kamu bisa memulainya sekarang! Beberapa langkah yang bisa kamu terapkan untuk mengurangi polusi cahaya adalah:

  • Gunakan cahaya hanya saat dibutuhkan. Jika tidak dibutuhkan, padamkan.
  • Gunakan pencahayaan dengan kecerlangan secukupnya (reduksi watt)
  • Arahkan cahaya lampu ke bawah dan bukan ke semua arah termasuk ke langit dengan menggunakan tudung lampu
  • Lakukan efisiensi lampu di halaman, di rumah atau perkantoran. Papan reklame bisa dimatikan setelah lewat tengah malam, karena toh aktivitas manusia di malam hari semakin menurun.

Polusi cahaya bukan berarti kita hidup tanpa cahaya buatan, melainkan bagaimana kita sebagai pelaku bisa mereduksi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan cahaya yang tidak bertanggung jawab. Dan Polusi Cahaya bukanlah masalah utama para astronom melainkan problematika utama kaum urban !

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Terima kasih atas karya tulis yg sudah ada buat, karena informasi dalam tulisan anda mengaspirasikan pemikiran org-org yg sependapat dengan Anda secara sopan namun gamblang.