fbpx
langitselatan
Beranda » Exoplanet HD 106906 b, Planet Yang Tak Seharusnya Ada

Exoplanet HD 106906 b, Planet Yang Tak Seharusnya Ada

Ada planet raksasa yang mengelilingi sebuah bintang dari jarak yang super jauh! Tidak tanggung-tanggung, jaraknya 650 kali jarak rata-rata Bumi – Matahari atau 79 milyar km.

Ilustrasi planet yang mengitari bintang dari jauh. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Ilustrasi planet yang mengitari bintang dari jauh. Kredit: NASA/JPL-Caltech

Planet raksasa unik tersebut ditemukan oleh para astronom yang dipimpin oleh Vanessa Bailey, mahasiswa paska sarjana Universitas Arizona. Penemuan planet raksasa tersebut sekaligus menjadi planet terjauh yang pernah ditemukan sedang mengitari bintang tunggal serupa Matahari. Planet raksasa yang diberi nama HD 106906 b tersebut merupakan planet pertama yang ditemukan mengitari bintang HD 106906. Massanya 11 kali massa Jupiter, menempatkannya sebagai planet raksasa yang mengitari si bintang dari jarak yang super jauh.

Bagaimana Planet Terbentuk?
Penemuan ini tentu menyisakan pertanyaan besar bagi para astronom. Bagaimana mungkin ada sebuah planet raksasa pada jarak sedemikian jauh dari bintang induknya? Bagaimana ia bisa terbentuk sebagai planet raksasa pada jarak sedemikian jauh? Sistem keplanetan di bintang HD 106906 tersebut tak pelak menyebabkan teori pembentukan Tata Surya jadi dipertanyakan kembali. Apakah memang teori pembentukan Tata Surya bisa berlaku umum di semua sistem keplanetan ataukah hanya berlaku pada kasus khusus.

Bagaimana tidak? Sampai saat ini belum ada model yang menjelaskan pembentukan bintang dan planet tepat sesuai dengan kenyataan yang ditemui.

Dalam teori dan pemodelan pembentukan planet yang kita kenal selama ini, planet terbentuk dengan bintang induknya. Planet-planet tersebut terbentuk dari hasil koalisi atau penggabungan obyek-obyek kecil serupa asteroid dalam piringan gas dan debu yang ada di sekeliling bintang. Planet batuan akan terbentuk dekat dengan bintang induk sedangkan planet raksasa akan terbentuk jauh dari bintang induk. Teori lain merumuskan kalau planet gas raksasa bisa terbentuk dengan cepat lewat proses keruntuhan materi piringan. Tapi, meskipun si planet raksasa terbentuk jauh dari bintang induk, ia tidak terbentuk di area terluar sistem keplanetan. Materi gas dan debu dalam piringan tidak lagi memiliki massa yang cukup untuk bisa membentuk planet raksasa di area terluar sistem. Berbeda dengan obyek-obyek kecil seperti obyek Sabuk Kuiper di Tata Surya. Dugaan lain terbentuknya planet raksasa di jarak yang sangat jauh adalah pembentukan sistem serupa sistem bintang ganda mini.

Sistem bintang ganda terbentuk saat dua kelompok gas yang berdekatan runtuh dan membentuk bintang. Kedua bintang yang berada cukup dekat tersebut akan memiliki mutual gravitasi yang mengikat keduanya bersama dalam orbit. Diyakini, dalam kasus sistem HD 106906, bintang dan planet mengalami keruntuhan terpisah dari gumpalan gas, akibatnya rumpun awal yang membentuk planet masih membutuhkan materi sehingga tidak cukup besar untuk menjadi sebuah bintang.

Tapi ada satu masalah dari skenario tersebut. Perbandingan massa kedua bintang dalam sistem bintang ganda biasanya tak lebih dari 10 : 1. Tapi untuk kasus sistem HD 106906, perbandingan massanya lebih dari 100 : 1. Perbandingan massa yang sangat ekstrim jelas tidak pernah diprediksi oleh teori bintang ganda yang ada saat ini, sama seperti tidak pernah ada dugaan atau analisa bahwa sebuah planet raksasa bisa terbentuk sangat jauh dari bintang induknya.

Baca juga:  Exoplanet Yang Tertangkap Pergerakannya

Masih ada harapan untuk bisa mengetahui misteri dibalik keunikan sistem HD 106906b. Masih ada puing-puing materi sisa pembentukan planet dan bintang yang bisa dideteksi. Dengan demikian para astronom akan bisa memperoleh data tambahan dari lingkungan di sekitar lokasi planet HD 106906b. Informasi inilah yang kelak akan bisa diurai untuk mengungkap cerita pembentukan planet raksasa tersebut. Untuk itu dibutuhkan pengamatan lebih lanjut dari gerak orbit planet dan puing-puing materi disekeliling piringan bintang.

HD 106906 b
Planet raksasa yang mengitari bintang HD 106906 setiap 4,96 juta hari tersebut masih terhitung sangat muda. Usianya baru 13 juta tahun dan ia pun masih memendarkan cahaya yang berasal dari panas yang tersisa saat saat pembentukan. Berada jauh dari bintang, si planet HD 106906 b terhitung cukup dingin dengan suhu sekitar 1500ºC. Jauh lebih dingin dari bintang induknya, dan ia pun hanya memancarkan energinya dalam cahaya inframerah dan bukan cahaya tampak.  Sebagai perbandingan, Bumi terbentuk 4,5 milyar tahun lalu dan berusia 350 kali lebih tua dibanding HD 106906 b.

Bintang HD 106906 yang menjadi rumah bagi planet HD 106906 b berada di rasi Crux si Salib Selatan pada jarak 300 juta tahun cahaya dari Bumi dengan massa dan temperatur yang tak jauh berbeda dari Matahari yakni 1,5 massa Matahari dan 6516 K. Pertanyaan lain yang mungkin timbul, jika ia punya planet yang jaraknya 97 milyar km seperti HD 106906 b, apakah ada planet lain di dekat bintang? Adakah planet laik huni disana? Seandainya memang ada planet lain di dekat bintang, maka agar planet tersebut digolongkan laik huni, ia harus berada pada jarak 2,13 – 3,5 AU maka ada kemungkinan air di planet tersebut akan berwujud cair dan bisa mendukung kehidupan.

Exoplanet HD 106906 b memang masih menyimpan misteri terkait bagaimana ia bisa terbentuk dan berada sejauh itu. Akan tetapi diharapkan pengamatan lanjutan dengan intrumentasi yang semakin hari semakin baik akan memberi jawaban bagi pertanyaan-pertaan astronom akan keunikan planet di bintang lain.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini