fbpx
langitselatan
Beranda » Komet yang Mengakhiri Hidupnya Sendiri

Komet yang Mengakhiri Hidupnya Sendiri

Sebuah komet tak dikenal teramati bergerak menuju ke Matahari dengan perihelion (titik terdekat ke Matahari dalam orbitnya) teramat dekat. Sehingga komet seolah-olah terjun ke Matahari dan teruapkan hingga habis tanpa sisa. Beruntung satelit veteran SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) hasil kolaborasi badan ruang angkasa AS (NASA) dan konsorsium Eropa (ESA) yang bertengger di orbitnya sejauh 1,5 juta km dari Bumi sejak 1995 berhasil merekam detik-detik perjalanan komet ini melalui mata tajam teleskop LASCO (Large Scale Coronagraph) C2 dan C3. Fungsi LASCO adalah mengamati lingkungan sekitar Matahari dengan jalan memblokir bagian cakram terangnya yang menyilaukan, ibarat menciptakan gerhana Matahari artifisial terus-menerus sehingga memungkinkan lingkungan dekat Matahari bisa diamati dengan seksama. Dengan cara demikian kehadiran sebuh benda langit asing seperti komet di dekat Matahari pun bisa diamati dengan mudah.

Komet tersebut teramati teleskop LASCO C3 yang medan pandangnya lebar sejak 5 Juli 2011 sebagai bintik cahaya putih berekor yang bergerak secara berbeda dibanding bintang-bintang dilatarbelakangnya. Bila bintang-bintang tersebut bergerak dari kiri ke kanan secara mendatar, maka komet justru bergerak berbeda yakni dari kanan bawah ke kiri atas menuju Matahari. Sangat mengesankan, pada 6 Juli 2011 pukul 00:00 UT, Matahari terdeteksi mengalami peristiwa badai Matahari berskala medium yang melontarkan massa koronanya tepat ke arah komet. Interaksi komet dengan hembusan badai Matahari yang teramat kuat menyebabkan komet mengalami peningkatan kecerlangan.

Dinamika komet dalam sekuens citra teleskop LASCO C3 sepanjang 6 Juli 2011. Kredit foto : NASA, 2011

Komet selanjutnya teramati pula lewat teleskop LASCO C2 yang medan pandangnya sempit sejak pukul 6 Juli 2011 pukul 16:00 UT sebagai bintik terang dengan ekor panjang. Semakin mendekat ke Matahari, tekanan angin Matahari semakin kuat yang membuat ekor komet semakin memanjang. Proyeksi lintasan komet mengindikasikan komet ini melintas sangat dekat terhadap permukaan Matahari. Sehingga komet menderita tekanan angin Matahari dan pemanasan sangat hebat, yang membuatnya mengalami sublimasi brutal hingga habis tanpa sisa .

Dinamika komet dalam sekuens citra teleskop LASCO C2. Perhatikan perubahan panjang ekornya. Kredit foto : NASA, 2011

Komet ini merupakan bagian dari kelompok komet pelintas sangat dekat dengan Matahari alias komet sungrazers. Satelit SOHO telah mendeteksi lebih dari 2.000 buah komet sejenis selama 15 tahun bertugas sehingga setiap tahun rata-rata ditemukan 133 buah komet seperti ini. Namun komet ini (yang selanjutnya dinamakan komet SOHO) merupakan komet sungrazers paling terang yang pernah diamati satelit SOHO sejak Desember 1996. Mayoritas dari komet sungrazers adalah keluarga komet Kreutz.

Muh. Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang suka menatap bintang dan terus berusaha mencoba menjadi komunikator sains. Saat ini aktif di Badan Hisab dan Rukyat Nasional Kementerian Agama Republik Indonesia. Juga aktif berkecimpung dalam Lembaga Falakiyah dan ketua tim ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Kebumen, Jawa Tengah. Aktif pula di Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia (LP2IF RHI), klub astronomi Jogja Astro Club dan konsorsium International Crescent Observations Project (ICOP). Juga sedang menjalankan tugas sebagai Badan Pengelola Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong dan Komite Tanggap Bencana Alam Kebumen.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

    • Mungkin saja, namun masih lama, yakni kelak pada saat Matahari mengalami tahap raksasa merah setelah hidrogennya mulai habis terfusikan.