Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, tampaknya mimpi saya untuk bisa megikuti OSN akhirnya bisa tercapai. Tapi kabar kelolosan itu masih buram, setidaknya sampai saat kepala sekolah SMA Negeri 1 Puri memanggilku ke sekolah untuk menerima undangan.
Undangan inilah yang jadi tiket yang membawa saya menuju pencapaian mimpi itu. Undangan dari Dinas Pendidikan Nasional tersebut menugaskan saya mengikuti OSN bidang Astronomi di Medan, Sumatera Utara tanggal 1 s.d 7 Agustus 2010. Dan Alhamdulillah, akhirnya saya percaya bahwa saya sungguh lolos ke OSN. Inilah pertama kalinya saya benar-benar merasa bagaimana mimpi menjadi kenyataan. Seakan sapaan-sapaan yang saya lontarkan kepada bintang-bintang sejak bertahun-tahun yang lalu mereka balas. Seakan pertanyaan tak logis semacam “Apa kabar Altair?”, “Hai, mau kemana kamu Venus?” atau “Eh, kalian masih sahabatan kan Sabuk Orion?” mereka jawab dengan sesuatu yang amat logis.
Dimulai dari awal Juli 2010 setidaknya saya memiliki waktu sebulan penuh untuk mempersiapkan diri menyapa 114 kawan-kawan astronom dari seluruh Indonesia. Belajar dan belajar, ini syarat mutlak untuk menjadi “juara mutlak” (nama kerennya Absolute Winner). Tapi, kendalanya masih ada. Saya dipercaya untuk mengembangkan pengetahuan tentang astronomi tanpa ada bimbingan dari siapapun bahkan tanpa buku terkait Olimpiade Astronomi. Tapi tak ada yang bisa dipersalahkan. Astronomi ini ilmu langit, tentu tak banyak yang tau bahkan punya bukunya. Apalagi di pelosok daerah seperti Mojokerto. Kesimpulannya saya harus mampu untuk berdiri sendiri aka belajar sendiri secara otodidak.
Akhirnya satu bulan itu pun berlalu. Kini tibalah saatnya untuk meraih mimpi. Saat itu, hari Sabtu, 31 Juli 2010, sku beserta Kontingen OSN dari 8 bidang studi se-Jawa Timur diwajibkan berkumpul di Asrama Haji Sukolilo. Wah, senang rasanya bertatap muka kembali dengan rekan-rekan yang saya kenal semasa OSP dan karantina yang ternyata lolos juga ke OSN. Disana kami diberi gambaran mengenai OSN dan tak lupa motivasi bagi kami pejuang Jawa Timur (Wah, pejuang? haha). Harus saya akui motivasi yang diberikan memang jempolan. Terbukti darah “arek suroboyo” langsung mengalir deras dalam pembuluh darah dan memicu semangat untuk berjuang.
Minggu, 1 Agustus 2010. Pagi-pagi kami pun berkemas menuju Bandara Juanda dan terbang ke Bandara Polonial. Dan ahay, “aku naik pesawat! Mak, Gigih naek pesawat nih!” (Hahaha, Ndeso). Setelah cukup lama mengudara, tibalah kami di Bandara Polonial, Medan. “Kumaha, Damang?” eh keliru, “Horas Bang!”. Inilah untuk pertama kalinya saya menginjak tanah batak. Sungguh terkesan, kami disambut begitu meriah, disediakan bus khusus, dan di sepanjang jalan terlihat spanduk bertuliskan OSN IX Tahun 2010. Bahkan ada mobil polisi yang setia mengawal kami.
Tak lama dalam perjalanan, kami pun tiba di Hotel Garuda Plaza, tempat berteduh bagi peserta astronomi dan ekonomi. Terpikir dalam benak, ”Wah, begini ternyata, mereka para astronom dan ekonom Indonesia”.
Perlahan tapi pasti saya pun berusaha membaur dengan mereka dan insting ingin tau pun muncul. Saya mulai mempelajari seperti apa peserta olimpiade sains paling bergengsi di Indonesia ini. Dan inilah hasilnya, saya hanya bisa diam membisu saat mereka mulai berbincang-bincang soal astronomi. Sungguh aneh, seorang Gigih yang biasanya berkoar-koar tentang pesona astronomi ternyata hanya bintang katai merah diantara bintang maharaksasa biru. Seakan apa yang saya ketahui selama ini sudah ada diluar kepala mereka. Dan inilah kesalahan terbesar saya. Saya terlalu rendah memberi patokan ilmu mereka. Mereka benar-benar astronom.
Tentang medali, saya jadi tak terlalu berharap. Apalagi beberapa dari mereka itu muka-muka lama, bahkan mantan peraih medali pada OSN Astronomi 2009. Saya putuskan tidak terlalu mengambil pusing soal medali, lagi pula saya tak pernah membuat target.
Senin, 2 Agustus 2010. Setelah bersiap-siap, semua peserta OSN dibawa ke Lapangan Merdeka Medan untuk mengikuti acara pembukaan. Setelah mengenakan atribut tim astronomi, Id card, tas OSN, dan pernak-pernik lainnya, wuih rasanya saya jadi keren. Acara pembukaan berlangsung meriah layaknya pesta besar-besaran saja. Buat saya, semua yang ada mulai dari rangkaian bunga bertuliskan “OSN IX Tahun 2010” sampai dengan sambutan para pejabat terasa begitu istimewa. Setelah pembukaan selesai, seluruh peserta OSN Astronomi dibawa ke Universitas Sumatera Utara untuk latihan menggunakan software pertandingan. Ya tak terlalu sulit latihannya, semoga demikian juga saat pertandingan sesungguhnya.
Selasa, 3 Agustus 2010. Agenda hari ini adalah tes observasi dan pengolahan data. Meski sebelumnya kami telah terlebih dahulu diberi pembekalan menggunakan teleskop, tetap saja saya masih kikuk. Ketika jam menunjukkan pukul 17.00 WIB di Universitas Sumatera Utara, tampak para astronom begitu hiruk pikuknya. Sambil menunggu langit gelap untuk mengadakan observasi dan tes pengolahan data, kami berlomba menghafal nama-nama rasi dan bintang. Dari ujung ke ujung jelas terlihat mereka bergerombol sambil mempelajari seluk beluk langit dengan piranti lunak Stellarium.
Tapi…..Tak disangka, hujan turun begitu deras, tes observasi secara langsung pun dibatalkan. Namun jangan dulu gembira, tak bisa observasi langsung, tes observasi dengan simulasi langit siap menanti. Sekitar jam 20.00 WIB tes pengolahan dan observasi dimulai. Sambil mengerjakan soal-soal pengolahan data yang semuanya harus menghitung, kamipun bersiap dipanggil berenam untuk observasi secara bergantian. Setelah cukup lama berkutat dengan soal-soal dan tombol kalkulator, tiba giliranku untuk ujian observasi. Ya syukurlah, bagi saya, tes observasi jauh lebih mudah dibanding tes pengolahan data. Setelah selesai, tim astronomi pun bergegas kembali ke hotel untuk istirahat dan menyiapkan diri tes teori besok. Hoamhmm, ngantuk sekali karena tes hari ini baru selesai lewat tengah malam.
Rabu, 4 Agustus 2010. Agenda utama hari ini adalah Tes Teori. Masih di Universitas Sumatera Utara kami “harus” mengejar nilai 60% dari total seluruh tes. Dengan memainkan jari jemari di atas tombol keyboard komputer, satu persatu peeserta mulai mengerjakan soal pilihan ganda dan esai dengan penuh kecerdasan dan ketelitian. Soal-soal yang berhubungan dengan teori masih lancar saya garap, tapi kalau hitungan, hmm ini beda cerita lagi. Tak jauh berbeda dengan tes pengolahan data pada hari sebelumnya, saya lebih dominan menggunakan perasaan dan logika untuk menyelesaikannya. Ya mau bagaimana lagi, saya kurang pengalaman dan persiapan menghadapi olimpiade semacam ini. Seorang penyuka astronomi aka astronom amatiran seperti saya masih kalah dengan mereka yang “dididik secara profesional”. Selesai tes, lega rasanya! Sekarang tinggal menunggu hasil.
Kamis, 5 Agustus 2010. Yuhuu, hari ini rekreasi. Setelah jenuh memikirkan tes yang bertubi-tubi kami direfresh agar tidak stress. Pada kesempatan ini, seluruh peserta OSN diajak bertamasya ke Theme Park Pantai Cermin. Di sana saya menikmati tiupan angin pantai yang sepoi-sepoi, bermain air, cari jajan, beli pernak-pernik khas Medan dan khas OSN (apalagi uang saku melimpah, hehe) dan sebagainya. Pokoknya, seru deh!
Setelah bertamsya, kami diajak ke Lapangan Merdeka Medan untuk mengikuti jamuan makan malam bersama Gubernur Sumatera Utara. Meski Gubernur tidak datang, tapi acara tetap gebyar-gebyar (ramai -red). Rasanya begitu terhormat. Hiburan yang diisi dengan musik, puisi, tarian, dan nyanyian dari band Radja sungguh berkesan.
Jum’at, 6 Agustus 2010. Hari ini adalah puncak acara. Inilah saat dimana perolehan medali akan diumumkan sekaligus dilangsungkan penutupan OSN IX Tahun 2010. Tapi…sebelum acara, saya sempatkan diri terlebih dahulu untuk berkeluyuran bersama teman-teman ke Istana Maimun dan membeli oleh-oleh pakaian dan makanan serta tak lupa sholat jum’at di Masjid Agung Medan. Puas berkelana kesana kemari, kami pun berkumpul dan menuju Lapangan Merdeka Medan untuk acara puncak. Saya begitu santai, jauh beda dengan mayoritas rekan-rekan lainnya yang tegang, berharap membawa pulang medali emas, perak ataupun perunggu. Ya, medali memang bukan target saya, bisa lolos kesini saja sudah prestasi yang begitu gemilang.
Acara penutupan juga dirancang begitu meriah. Mulai dari pintu gerbang sampai di tempat duduk kemeriahan itu terasa. Susunan demi susunan acara mulai dilaksanakan hingga tiba saatnya pengalungan medali. Saat itu, saya tetap santai. Saya tau medali itu tak pantas untukku. Satu demi satu pemenang mulai dipanggil menuju panggung untuk dikalungi medali, menunjukkannya di depan kamera, dan melemparkan senyum puas.
Urutan pemenang dipanggil dari tingkat SD hingga SMA, mulai dari medali perunggu sampai medali emas. Satu per satu rekan mulai maju ke depan, meninggalkanku sendirian di belakang. Melihat, mendengar, merasakan, perlahan ada perasaan lain yang menghampiri. Perasaan itu begitu aneh, dan rasa itu sungguh menguasai diri ini. Saya tak tau pasti rasa apa itu, namun saya menemukan ada rasa kekecawaan mendalam dari komposisi rasa itu. Ya, ada rasa kecewa, rasa yang cukup kuat saya rasa saat itu. Terbersit, mengapa saya sejak dulu tidak menjadi anak baik-baik, anak teladan, anak pintar, anak ? Rasanya begitu marah dan kecewa pada diri sendiri. Tapi syukurlah, datang teman-teman lain yang mengajak sholat ashar. Mereka melepaskan saya dari rasa tak jelas itu. Mereka adalah kenalan baru saat OSP dan mereka bernasib sama sepertiku. Setelah sholat, pikiran pun terasa lebih jernih. Obsesi untuk menyentuh medali mulai reda. Saya menemukan diri saya sendiri. Tak lama akhirnya selesai juga. OSN IX Tahun 2010 telah di tutup. Kami keluar dari ruangan yang hiruk pikuk dan kembali ke hotel masing-masing.
Sabtu, 7 Agustus 2010. Kami semua pulang, kembali ke daerah masing-masing. Pagi-pagi sekali kontingen OSN Jatim menuju bandara Polonial untuk sampai ke bandara Juanda. Ya, sampai jumpa Medan, sampai jumpa teman-teman. Saya pulang, menutup buku cerita OSN IX Tahun 2010.
Mungkin saya tak membawa kilau emas, namun saya membawa sesuatu yang lebih dari itu. Saya pulang membawa mimpi yang telah menjadi kenyataan. Selain itu saya memiliki sahabat terbaik yang saya kenal di dunia maya. Hingga kini kami sesama penyuka astronomi tengah membesarkan sebuah grup, halaman, dan blog bernama Kalender Astronomi. Kami mengajak banyak orang memandang langit malam dan berbagi keelokan lautan bintang.
Dan saya mempelajari satu hal. Untuk menjadi bintang, kita tak harus bersinar terang. Entah hadiah apalagi yang akan aku dapat dari bintang-bintang itu, yang pasti aku akan terus bermimpi.
Jadi inget ama OSN 2009 di jakarta dulu,sama2 ndeso bru pertma kali naek pesawat,nice post
waaaaah keren gigih nih, saya pengen kaya anda. kira kira minta bocoran soal soalnya dong jenis jenisnya gitu hahaha
salut utk gigih yg ‘gigih’ berjuang meski tak mendapat juara tp semangatmu sungguh luar biasa….someday kau pasti jd astronom hebat…
tinggal kenangan bagi saya,,,,,,tinggal mimpi yang sudah terkubur ,,,,,,,,,sukses yaaaaa^_^
emangnya sekarang lagi kelas berapa sih?
semoga aku bisa seperti anda
woowww…
serunya osn..
jadi pingin punya kesempatan lgi bwat ikut osn, tpi sayang banget, udah klas 3.. ga bsa deh..:'(
sukses trus ya para astronom muda..
😀
Haha OSN astro memang slalu meninggalkan ksan yg mndalam. Ini bukan mslh prunggu yg trpajang di rumah atau emas yg di bicarakan satu sekolah. Tp ini tntang pngalaman dan sukacita. OSN Astro changes us…
Jangan bersedih kawan, hal yg sama pernah saya alami di OSN Astro VI & VII. khususnya yang ke VII di Surabaya, rasanya ga mau pulang ke daerah. malu. hahaha… 😀
Just believe, ur the owner of the night sky.
well… yg ke VII di makassar. lupa, udah lama soale. hehe
wah, asik banget bisa sampai di tingkat nasional.
thanks banget udan berbagi pengalamannya.
saya saat ini sedang proses menuju kesana, mohon doanya ya Gigih 🙂
wah………. pengen ikutan. dimana daftarnya? kapan pelaksanaan berikutnya? ada yang buat SD nggak?
wahh, artikelnya mas gigih keren keren nih. lumayan ngingetin ama pengalaman d osn medan dulu. btw jgn putus semangat ya mas. tetep sayang ama astronominya juga. 🙂 salam kenal. Leon
seru sekali, selamat pernah menjadi bagian OSN astronomi, saya penerus anda, bagian OSN astronomi 2014 di mataram NTB, spetember nanti