fbpx
langitselatan
Beranda » Asteroid Pallas Ternyata Cikal Bakal Planet

Asteroid Pallas Ternyata Cikal Bakal Planet

Apakah Pallas – asteroid kedua terbesar yang ada di Tata Surya merupakan obyek di antara asteroid dan planet kecil atau dengan kata lain cikal bakal planet?

Asteroid Pallas. Kredit : Hubble
Asteroid Pallas. Kredit : Hubble

Pertanyaan inilah yang coba diungkap oleh Britney E Schmidt mahasiswa program  Doktoral di Department of Earth and Space Sciences, UCLA dalam penelitiannya menggunakan citra asteroid Pallas yang dipotret Teleskop Hubble.

Jawabannya? Pallas, – seperti halnya Ceres dan Vesta merupakan obyek langka- adalah sebuah protoplanet.

Hasil ini memberi perspektif baru pada Pallas, obyek yang memang sangat menarik sekaligus yang baru pertama kali benar-benar diamati pada resolusi tinggi. Dari hasil citra resolusi tinggi yang diambil Hubble, diyakini Pallas sama sekali belum tersentuh sejak pembentukannya yang terjadi dalam beberapa juta tahun sejak Tata Surya terbentuk.

Diharapkan dengan meneliti Pallas, dapat diketahui juga bagaimana pembentukan Tata Surya. Bagaimanapun Pallas bukan sekedar penyusun planet. Ia adalah sumber informasi dan catatan yang tersimpan rapi dalam batuan seiring perjalanan waktu. Dan informasi inilah yang bisa digunakan untuk mempelajari pembentukan planet di Tata Surya.

Nama Dewi Yunani Pallas Athena inilah yang diberikan pada asteroid yang berada di sabuk utama asteroid di antara Jupiter dan Mars. Obyek masif tersebut cukup unik karea orbitnya berbeda dari asteroid lainnya dan memiliki sudut kemiringan  cukup tinggi.  Banyak hal menarik yang akan dipelajari melalui citra yang diberikan Hubble seperti, bagaimana bentuknya, bagaimana kondisi permukaannya, apakah ia memiliki kawah besar akibat tabrakan, atau apakah Pallas memiliki topografi yang khusus.

Dengan citra yang dihasilkan Hubble, Schmidt dan rekan-rekannya dapat melakukan perhitungan untuk mengetahui ukuran dan bentuk si asteroid. Terungkap juga kalau permukaan Pallas memiliki area gelap dan terang yang mengindikasikan obyek dengan kelimpahan air itu telah melalui perubahan internal seperti yang dialami planet pada umumnya.

Pallas ternyata bukan sekedar batuan besar yang terbentuk dari silikat hidrat dan es.

Kondisi ini menyebabkan Pallas lebih tampak sebagai planet. Keragaman warna dan bentuknya yang lingkaran memberikan indikasi kalau Pallas mungkin sebuah planet. Tapi muncul lagi pertanyaan lain. Apakah Pallas merupakan obyek dinamik atau ia memang sudah seperti itu sejak terbentuk? Menurut Schmidt, Pallas memiliki kemungkinan sebagai obyek dinamik.

Untuk pertama kalinya tampak kalau Pallas memiliki situs akibat tabrakan, meskipun Schmidt dan kawan-kawannya masih belum bisa menentukan apakah itu adalah kawah. Bagiannya yang lebih dangkal menunjukan ada sesuatu yang lain, yang mungkin justru memperlihatkan kalau Pallas memiliki keluarga kecil yang mengorbit di angkasa.

Saat ini tak banyak asteroid yang besar yang belum berubah sejak terbentuk yang tersisa. Ada memang beberapa namun rata-rata sudah hancur. Jadi keberadaan Pallas merupakan salah satu kunci untuk mencari tahu apa yang ada di balik permukaannya, sekaligus untuk menjawab pertanyaan bagaimana mungkin Pallas memiliki keluarga.

Baca juga:  Asteroid 1998QE2 Berlayar Mendekati Bumi

Ketika manusia berpikir tentang asteroid, mereka biasanya berpikir tentang batuan kecil mungil yang melayang di angkasa. Namun di antara asteroid tersebut, ada yang sangat dinamis secara fisik. Bahkan diperkirakan sekitar 5 juta tahun setelah Tata Surya terbentuk, Pallas mengalami dan melakukan sesuatu yang menarik. Apakah itu, tampaknya masih pelru penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan jawabannya.

Sumber : UCLA Newsroom

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini