Bagaimana perkembangan astronomi di Indonesia? Apa saja yang sudah dilakukan para astronom selama ini? Semuanya tertuang dalam berbagai presentasi pada acara Conference of the Indonesia Astronomy and Astrophysics.
Pertemuan ini tak hanya mengakomodasi para astronom profesional, namun juga para astronom amatir, siswa, pendidik dan komunikator. Berbagai penelitian dipaparkan, mulai dari perkembangan riset astronomi di Indonesia, sampai dengan perkembangan kegiatan pendidikan astronomi dan komunitas di Indonesia. Di antara riset yang ada, ada satu materi baru yang muncul dari sisi arkeoastronomi. Penelitian keterkaitan kalender Maya dengan bencana di masa lampau dan kaitannya dengan tahun 2012 menjadi salah satu materi yang digemari peserta. Selain itu ada juga penelitian stupa utama pada candi Borobudur yang digunakan sebagai gnomon. Menarik karena disini yang dikupas bukan sekedar sebuah perhitungan astronomis tapi juga sisi sejarah dan kondisi masyarakat di zaman itu. Tak hanya sampai disitu, perencanaan pembangunan observatorium di Biak dan Kupang juga diangkat menjadi topik menarik di konferensi ini.
Dari sisi pendidikan, para siswa yang tergabung dalam FOSCA memberikan cerita menarik tentang implementasi kamera digital dalam identifikasi satelit Jupiter. Selain itu permasalahan miskonsepsi di dalam pembelajaran IPBA juga disampaikan oleh salah satu pendidik dari UPI. Pemaparan tentang penggunaan Wikipedia untuk astronomi juga disampaikan dalam konferensi ini. Ternyata kebutuhan akan informasi astronomi untuk siswa dan guru menjadikan wikipedia sebagai salah satu acuan dalam pembelajaran astronomi.
Selain siswa dan pendidik, sebagian komunitas pun hadir diantaranya langitselatan, HAAJ, JAC, dan CASA. Menyenangkan karena biasanya kami hanya saling mengenal di dunia maya dan kini bisa kopi darat seperti layaknya pertemuan para blogger astronomi. Keren kan?
Dalam konferensi ini, langitselatan juga memaparkan tentang keberadaannya sebagai media populerisasi dan edukasi astronomi di Indonesia, juga implementasi web 2.0 lewat langitselatan. Tim langitselatan juga menyampaikan perjalanan ekspedisi GMC bulan januari lalu disertai hasil riset sederhana yang dilakukan. Riset lainnya seperti borobudur dan pencarian lokasi tabrakan meteor juga disampaikan oleh anggota tim langitselatan.
Pertemuan ini bukan sekedar pemaparan hasil kerja namun juga diisi oleh pertemuan yang membuahkan perkenalan dengan rekan dan kolega baru. Selain itu berbagai kemungkinan untuk melakukan kolaborasi juga dicoba dan akan dilaksanakan di masa depan.
Rangkaian acara Conference of the Indonesia Astronomy and Astrophysics diakhiri dengan peresmian Teleskop Matahari di Observatorium Bosscha. Teleskop Matahari ini bisa dibangun sebagai bagian dari kerjasama Pemerintah Belanda dan juga atas prakarsa kementrian Ristek Indonesia. Tujuannya, selain untuk riset Matahari, teleskop ini juga akan menayangkan langsung hasil pengamatannya kepada pengunjung observatorium Bosscha sebagai sarana edukasi kepada masyarakat luas. Karena bintang tak hanya ada di malam hari namun Matahari pun adalah bintang yang selalu tampak di siang hari.
Peresmian ini juga diisi dengan presentasi singkat tentang perkembangan riset Matahari di Indonesia yang dilakukan oleh Observatorium Bosscha oleh Dr. Dhani Herdiwidjaya. Selain itu Prof. Rob Rutten juga memberikan presentasi singkat tentang perkembangan fisika matahari di tingkat internasional. Yang menarik, Prof. Rob justru memperagakan bagaimana Matahari itu bisa bernyanyi dan menyenandungkan melodinya yang unik dan indah. Sebuah harmoniasi yang menggetarkan hati.
2 komentar