Pada hari yang sama dengan penerbitan mading astronomi perdana kami kebetulan langit sedang cerah, dan kami mendapat pinjaman 2 teleskop “you’re galileo!” dari FOSCA. Sehingga kami dengan antusias merakit teleskop tersebut untuk melakukan pengamatan matahari siang itu juga.
Saat teleskop di buka dari boxnya, kami langsung membagi tugas, ada yang menyiapkan filter matahari (dari isi disket), membersihkan lensa, merakit tubuh teleskop tersebut dan ada yang menyiapkan tripod dan lokasi pengamatan (di SMAN 38 Jakarta).
Sebelum teleskop selesai dirakit kami yang sudah ‘kangen’ dan tidak sabar untuk melakukan pengamatan matahari karena cuaca yang selalu mendung akhir-akhir inipun melakukan pengamatan hanya dengan filter matahari yang sudah terlabih dahulu selesai di buat.
Setelah beberapa saat kemudian salah satu teleskop telah selesai di rakit (yang berwarna hitam) lalu langsung di letakkan di atas tripod yang tadi telah di siapkan tidak lupa di berikan filter matahari di depan lensa objektifnya. Namun ketika kami ‘mencari’ matahari menggunakan teleskop tersebut, kami tidak berhasil menemukannya. Ternyata setelah di telusuri, hal tersebut terjadi karena filter matahari yang kami gunakan terlalu tebal (3 lapis) sehingga dengan cara atau gaya apapun kami dalam mencarinya tetap tidak akan kelihatan. Setelah kami menyadarinya, kami lalu mengganti filter tersebut dengan filter biasa (1 lapis). Kemudian kami para anggota klub astronomi Polaris yang hadir mengamati matahari yang sedang bersinar cerah secara bergantian. Namun, karena kurang hati-hati tripod bergeser sehingga matahari tidak kelihatan dari teleskop. Dan untuk mencarinya kembali, kami di beri tahu untuk meletakkan teleskop tersebut hingga bayangan teleskop tegak lurus dengan teleskop tersebut. Dan, benar setelah kami melakukan hal tersebut matahari dapat kembali kami amati melalui teleskop.
Tak lama kemudian teleskop yang satunya (jenis SPICA) yang memang lebih rumit perakitannya selesai di rakit, namun karena tripod yang tersedia hanya satu, pemasangan SPICA harus bergantian dengan teleskop sebelumnya. Saat ‘mencari’ matahari melalui teleskop SPICA sempat terjadi sedikit accident, yaitu filter yang hanya di tempel menggunakan selotip terbang terbawa angin. Untung saja salah satu anggota kami tersebut langsung mengalihkan pandangannya, sehingga tidak berdampak fatal bagi matanya.
Kegiatan kami melakukan pengamatan ini cukup menarik perhatian siswa/i SMAN 38 yang masih berada di sekolah sore itu sehingga mereka penasaran dan ingin mencoba melakukan pengamatan matahari juga. Tak ketinggalan wakil kepala sekolah kamipun tertarik dan ikut melakukan pengamatan matahari bersama kami. Sehingga secara tidak langsung kegiatan kami ini, membantu kami dalam mensosialisasikan astronomi di lingkungan SMAN 38 Jakarta.
Maaf mas, menurut tulisan salah satu blog yang sy dapat dari langitselatan.com, isi disket tidak dinyatakan aman sebagai filter matahari. Memang materi tersebut menahan visible light (400-700nm) tapi ternyata masih meneruskan hampir semua gelombang IR (1000nm).
http://bibirsumur.wordpress.com/2009/01/08/menikmati-matahari-dengan-aman/
Menurut pengujian itu, floppy disk memiliki density sekitar 6 di visible, namun hanya 2 di IR. Ini berarti sinar IR yang masuk ke mata kita 10000 kali lebih kuat dari visible light. Lebih buruk lagi, pupil membuka penuh saat kita mengamat karena visible light yang masuk sedikit, sehingga bisa dibilang tidak ada lagi barrier bagi cahaya IR yang kuat itu.
thx atas saranya..
kita juga sudah memikirkan hal itu..
jadi hal yang kita lakukan saat pengamatan matahari itu adalah kita melakukan 1x pengamatan tidak boleh lebih dari 3 detik..