fbpx
langitselatan
Beranda » Teknik Baru Mengukur Asteroid Kecil dan Jauh

Teknik Baru Mengukur Asteroid Kecil dan Jauh

Tim astronom dari Perancis dan Italia membangun metode baru untuk mengetahui ukuran dan bentuk asteroid yang sangat kecil atau yang sangat jauh untuk dapat diukur dengan teknik tradisional. Dengan demikian akan semakin banyak asteroid yang bisa diketahui. Metode ini menggunakan kemampuan Very Large Telescope Interferometer (VLTI) milik NASA

Impresi artis untuk asteroid Barbara. kredit : ESO

Pengetahuan akan bentuk dan ukuran asteroid sangat penting untuk dapat memahami kondisi awal Tata Surya. Informasi yang didapat penting untuk memahami bagaimana debu dan batu-batu kecil dapat menyatu membentuk obyek yang lebih besar dan bagaimana tabrakan-tabrakan yang terjadi menyatukan dan mengubah bentu obyek-obyek tersebut.

Pencitraan langsung dengan optik pada teleskop landas Bumi terbesar seperti Very Large Telescope (VLT) di Chile, teleskop landas angkasa atau pengukuran merupakan metode ang sering digunakan dalam pengukuran asteroid. Sayangnya, pencitraan langsung degan adaptive optik masih terbatas hanya untuk 100 asteroid terbesar di sabuk utama. Di sisi lain, pengukura radar lbih terkonsentrasi pada pengamatan asteroid dekat Bumi yang mengalami pertemuan terdekat degan planet kita ini.

Marco Delbo dari Observatoire de la Côte d’Azur, Perancis, memimpin studi untuk menemukan metode baru yang menggunakan interferometri untuk mengukur asteroid kecil dengan diameter sekitar 15 km di sabuk asteroid, yang jauhnya 200 juta km. Bisa dikatakan kemampuan ini sama dengan mengukur ukuran bola tenis dari jarak ribuan kilometer. Teknik baru ini tidak sekedar menambah jumlah asteroid yang bisa diukur dan namun yang lebih penting lagi para peneliti akan bisa mengenal asteroid kecil yang secara fisik sangat berbeda dari asteroid besar yang sudah dikenal.

Pengukuran dengan teknik interferometrik mengkombinasi cahaya dari dua teleskop atau lebih. Dalam metode baru ini, para astronom menggunakan VLTI milik ESO dan mengkombinasikan 2 unit teleskop 8.2 meter VLT. Teknik ini memberi kemampuan penglihatan yang lebih tajam dengan kemampuan teleskop berdiameter sama dengan separasi antara kedua unit teleskop, yakni 47 meter.

Teknik ini kemudian diterapkan pada (234) Barbara di sabuk utama asteroid, yang memiliki parameter yang tidak biasa. Walaupun letaknya sangat jauh, observasi yang dilakukan VLTI berhasil mengungkap bentuk unik asteroid tersebut. Model yang sesuai, asteroid ini terbentuk dari dua buah objek dengan ukuran 37 dan 21 km yang terpisah pada jarak 24 km. Kedua bagian objek ini tampaknya saling tersusun seperti kacang raksasa atau bisa jadi keduanya adalah objek berbeda yang saling mengorbit.

Jika Barbara pada akhirnya terbukti sebagai asteroid ganda, maka dengan mengkombinasi pegukuran diameter dengan parameter orbit yang ada, astronom dapat mengukur kerapatan objek tersebut.

Keberhasilan membuktikan kemampuan teknik yang baru ini memberi ksempatan pada tim ini untuk memulai kampanye studi asteroid kecil.

Baca juga:  Asteroid Bercincin

Sumber : ESO

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Beberapa komen:
    1. Baru tau kalo “earth-based telescope” terjemahan bakunya “landas bumi”. ^_^
    2. Kenapa cara ini dibilang “baru”? Konsep yang sama sudah sering digunakan untuk mencitra dan mendeteksi objek lain, termasuk exoplanet (meskipun terapannya beda dikit)
    3. Ngaruhnya apa ngukur benda2 kecil ini? 😀

    Mohon dicerahkan.

  • 1. hehehe iya itu diterjemahin landas bumi.. daripada dibilang basisnya di Bumi.. kesannya kek basis militer.
    2. Karena baru diuji coba pada asteroid dan ternyata berhasil mendapatkan data pembuktian kalau metode ini bisa diterapkan pada asteroid.
    3. Ngaruhnya kita bisa mengetahui keberadaan benda2 tersebut dan memantau pergerakannya. Selain itu data yg didapat akan menjadi petunjuk ttg alam semesta dini terutama dari materi2 yg terkandung di dalamnya.