Masih ingat Philae, si robot pendarat yang berhasil mendarat di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko? Yup benar, si robot kecil yang saat mendarat melompat-lompat beberapa kali itulah Philae. Robot pendarat pertama yang berhasil menjejakkan kakinya dengan selamat di sebuah komet yang sedang bergerak mendekati Matahari.
Komet
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Mungkin pepatah ini cocok juga dengan kejadian yang dialami oleh Philae, penjejak milik ESA yang mendarat di komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Pendaratan yang tidak mulus di komet tersebut ternyata membawa berkah lain bagi para astronom.
Tamu itu bernama Lovejoy. Tidak. Namanya tidaklah beraroma romantis yang berkelindan di seputar cinta (love) maupun kegembiraan (joy). Ia mendapatkan nama megahnya dari sesosok Australia paruh baya bernama lengkap Terry Lovejoy, orang pertama yang menyaksikan eksistensinya.
Air! Molekul H2O ini merupakan komponen yang sangat penting bagi kelangsungan hidup di Bumi, Dan air jugalah yang menjadi komponen utama yang dicari di planet lain sebagai tanda keberadaan kehidupan.
Drama tujuh jam itu akhirnya berakhir (separuh) bahagia. Setelah berharap-harap cemas semenjak robot pendarat Philae melepaskan diri dan melayang pelan dari wahana takberawak Rosetta, para pengendali misi di pusat operasi European Space Agency (ESA) di Darmstadt (Jerman) bersorak gembira dalam suasana emosional. Badan antariksa gabungan negara-negara Eropa tersebut secara resmi menyatakan bahwa pada Rabu 12 November 2014 pukul 23:08 WIB robot Philae telah berlabuh dengan selamat di tanah intikomet Churyumov-Gerasimenko.
Touchdown!!!! Dan luapan kegembiraan di penghujung hari menjadi obat dari semua penantian. Yup! Pendarat Philae berhasil mendarat di Komet 67P setelah menempuh 7 jam perjalanan sejak dilepaskan dari Rosetta yang membawanya dari Bumi. Keberhasilan itu berhasil dikonfirmasi oleh Philae lewat orbiter Rosetta dan diterima Bumi pada jam 16.03 UT atau 23.03 Wib.
Pernahkah terbersit pertanyaan – pertanyaan ini dalam benakmu? Dari mana kita berasal? Apakah kita sendirian di alam semesta? Inilah pertanyaan yang tak kunjung berhenti dilontarkan. Pertanyaan dan misteri inilah yang membawa manusia membangun mimpi menemukan kawan yang lain di alam semesta ini. Atau setidaknya menelusuri kembali jejak sejarah kehidupan manusia di Bumi.
Apa yang jadi kunci kehidupan di Bumi? Air… Tapi darimanakah air itu berasal? Pertanyaan yang membawa manusia pada pencarian berkepanjangan sampai pada suatu waktu manusia pun mengarahkan pencariannya pada komet.
Peristiwa langka itu pun terjadilah. Komet Siding-Spring (C/2013 A1) akhirnya lewat juga di titik terdekatnya ke planet Mars pada Senin dinihari 20 Oktober 2014 Tarikh Umum (TU) waktu Indonesia. Observasi dari sekujur penjuru Bumi selama hari-hari menjelang peristiwa langka ini secara substansial telah menambahkan jumlah data posisi komet. Sehingga orbit komet dapat diperhitungkan dengan tingkat ketelitian jauh lebih baik. Sebagai implikasinya waktu saat sang komet tiba di titik terdekatnya ke planet merah pun sedikit mengalami revisi dari semula pukul 01:29 WIB menjadi 01:27 WIB atau dua menit lebih awal. Tak pelak, citra demi citra duet komet Siding-Spring dan planet Mars dari berbagai observatorium atau titik pengamatan di sekujur penjuru Bumi pun segera membanjiri linimasa media sosial.
Inilah peristiwa langit terbesar di tahun 2014. Sekaligus yang terlangka. Ia disebut-sebut takkan bakal terulang lagi hingga berpuluh tahun ke depan. Bahkan hingga beratus tahun kemudian. Atau bahkan sampai beribu tahun mendatang.
Setelah lebih dari sepuluh tahun melanglang buana mengarungi angkasa akhirnya Rosetta pun tiba di lingkungan komet Churyumov-Gerasimenko, benda langit yang menjadi tujuan utamanya, pada 6 Agustus 2014 lalu. Inilah kulminasi bagi wahana antariksa penyelidik komet yang diorbitkan badan antariksa (gabungan negara-negara) Eropa atau European Space Agency (ESA) pada 2 Maret 2004 silam menggunakan roket jumbo Ariane 5G dari landasan peluncuran Kourou (Guyana Perancis).
Apakah komet dapat menabrak salah satu planet di Tata Surya ? Bila bisa, apa yang akan terjadi..? thanks
Saga komet ISON akhirnya berakhir tragis. Bintang berekor yang semenjak setahun silam digadang-gadang bakal meraih tahta “komet abad ini” seiring prediksi awal yang memperlihatkan ia bakal menghias langit sebagai obyek lebih terang ketimbang Bulan purnama akhirnya jatuh tersungkur di beranda Matahari. Jangankan menyamai Venus atau bahkan seterang Bulan purnama, komet ISON hanya sempat mencapai magnitudo semu sekitar -2,5 saja sebelum kemudian mulai meredup. Hingga 2 Desember 2013, apa yang semula berupa komet ISON telah berubah total menjadi awan debu yang terus melebar dan meredup dengan magnitudo semu hanya sekitar +8.
Belakangan ini dunia astronomi sedang dihebohkan oleh kedatangan sebuah objek eksotis bernama Komet ISON. Benda langit bernama lengkap C/2012 S1 ISON ini menjadi primadona para penikmat langit karena selama hidupnya, saat inilah untuk pertama kalinya komet tersebut menghampiri matahari.
Tiga puluh tahun sudah asteroid dekat Bumi ini mengembara sendirian melintasi angkasa dan tetap menjaga rahasia terbaiknya. 3552 Don Quixote, Asteroid dekat Bumi yang merupakan bagian dari keluarga asteroid Armor ternyata merupakan sebuah komet!