Hidup Singkat Philae, 60 Jam di Inti Komet

Drama tujuh jam itu akhirnya berakhir (separuh) bahagia. Setelah berharap-harap cemas semenjak robot pendarat Philae melepaskan diri dan melayang pelan dari wahana takberawak Rosetta, para pengendali misi di pusat operasi European Space Agency (ESA) di Darmstadt (Jerman) bersorak gembira dalam suasana emosional. Badan antariksa gabungan negara-negara Eropa tersebut secara resmi menyatakan bahwa pada Rabu 12 November 2014 pukul 23:08 WIB robot Philae telah berlabuh dengan selamat di tanah intikomet Churyumov-Gerasimenko.

Mengamati Komet Siding-Spring dari Imah Noong

Peristiwa langka itu pun terjadilah. Komet Siding-Spring (C/2013 A1) akhirnya lewat juga di titik terdekatnya ke planet Mars pada Senin dinihari 20 Oktober 2014 Tarikh Umum (TU) waktu Indonesia. Observasi dari sekujur penjuru Bumi selama hari-hari menjelang peristiwa langka ini secara substansial telah menambahkan jumlah data posisi komet. Sehingga orbit komet dapat diperhitungkan dengan tingkat ketelitian jauh lebih baik. Sebagai implikasinya waktu saat sang komet tiba di titik terdekatnya ke planet merah pun sedikit mengalami revisi dari semula pukul 01:29 WIB menjadi 01:27 WIB atau dua menit lebih awal. Tak pelak, citra demi citra duet komet Siding-Spring dan planet Mars dari berbagai observatorium atau titik pengamatan di sekujur penjuru Bumi pun segera membanjiri linimasa media sosial.

Mengedari Busa Padat Kosmik, Jelang Rosetta Mendarat di Komet Churyumov-Gerasimenko

Setelah lebih dari sepuluh tahun melanglang buana mengarungi angkasa akhirnya Rosetta pun tiba di lingkungan komet Churyumov-Gerasimenko, benda langit yang menjadi tujuan utamanya, pada 6 Agustus 2014 lalu. Inilah kulminasi bagi wahana antariksa penyelidik komet yang diorbitkan badan antariksa (gabungan negara-negara) Eropa atau European Space Agency (ESA) pada 2 Maret 2004 silam menggunakan roket jumbo Ariane 5G dari landasan peluncuran Kourou (Guyana Perancis).

ISON, Dari Debu Kembali Menjadi Debu

Saga komet ISON akhirnya berakhir tragis. Bintang berekor yang semenjak setahun silam digadang-gadang bakal meraih tahta “komet abad ini” seiring prediksi awal yang memperlihatkan ia bakal menghias langit sebagai obyek lebih terang ketimbang Bulan purnama akhirnya jatuh tersungkur di beranda Matahari. Jangankan menyamai Venus atau bahkan seterang Bulan purnama, komet ISON hanya sempat mencapai magnitudo semu sekitar -2,5 saja sebelum kemudian mulai meredup. Hingga 2 Desember 2013, apa yang semula berupa komet ISON telah berubah total menjadi awan debu yang terus melebar dan meredup dengan magnitudo semu hanya sekitar +8.