Untuk pertama kalinya, para astronom mengamati bintang serupa Matahari menyemburkan gas menyala. Mirip naga raksasa yang menyemburkan api.
EK Draconis. Bintang yang ukurannya mirip Matahari, tapi lebih muda. Bintang ini yang memperlihatkan pada para astronom apa itu erupsi filamen supermasif.
Itu artinya, ketika masih muda, Matahari bisa juga batuk-batuk dan memuntahkan plasma dalam jumlah besar. Akibatnya, lingkungan di sekeliling Matahari jadi sangat berbahaya untuk kelangsungan hidup planet-planet. Apalagi untuk Bumi yang saat itu butuh lingkungan yang nyaman untuk munculnya kehidupan serta evolusinya.
Plasma yang dimuntahkan itu merupakan gas yang sangat panas sehingga terurai menjadi ion dan elektron, bagian sangat kecil yang membentuk atom.
Dalam pengamatan dengan beberapa satelit dan teleskop termasuk teleskop Seimei 3,8 meter di Hepang, para astronom menemukan erupsi suar super pada bintang EK Draconis, bintang serupa Matahari. EK Draconis juga memuntahkan aliran plasma yang luar biasa besar, sekitar 10 kali lebih masif dari yang teramati pada Matahari.
Bukan hanya besar.
Aliran plasma ini juga sangat cepat sekitar 500 km per detik atau 1500 kali lebih cepat dari kecepatan suara!
EK Draconis berada pada jarak 111 tahun cahaya di rasi Draco. Bintang ini merupakan bintang muda serupa Matahari, dan para astronom memperkirakan kalau erupsi plasma memang umum terjadi pada bintang muda.
Jika demikian, suar atau semburan plasma tersebut bisa mempengaruhi evolusi kehidupan pada planet di sekitar bintang. Apakah semburan plasma ini punya peran dalam evolusi kehidupan di Bumi? Ilmu pengetahuan masih terus mencari jawabannya.
Fakta keren:
Erupsi plasma biasanya melepaskan radiasi elektromagnetik seperti gelombang radio, sinar-X, cahaya ultraungu, dan cahaya tampak, dalam jumlah besar.
Pada tahun 1859, Matahari menyemburkan jet plasma yang sangat besar sehingga atmosfer Bumi tidak mampu menahan badai elektromagnetik yang menyertainya. Jaringan telegraf yang masih relatif baru di Amerika dan Eropa mati total, dan jaringan listrik di seluruh dunia terputus. Kejadian tersebut dikenal dengan nama Peristiwa Carrington, sesuai nama Richard Carrington yang menemukan penyebab peristiwa tersebut.
Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.
Tulis Komentar