fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Oktober 2021

Fenomena Langit Bulan Oktober 2021

Selama bulan Oktober, pengamat bisa menyaksikan hujan meteor Orionid serta cemerlangnya Venus di langit senja.

Hujan meteor Orionid. Kredit: Kazushi Inagaki/Getty Image/Canva
Hujan meteor Orionid. Kredit: Kazushi Inagaki/Getty Image/Canva

Planet

Merkurius. Planet terdekat dengan Matahari ini mulai menampakkan diri sebelum Matahari terbit pada pertengahan Oktober dan terus menanjak naik sampai pada titik elongasi barat maksimumnya dengan sudut 18º. Setelah itu, Merkurius kembali turun mengejar Matahari di ufuk timur. 

Venus. Bintang Kejora ini merupakan primadona langit senja di bulan Oktober. Venus yang bergerak dari rasi Libra ke Scorpius dan ke Ophiuchus, akan terus menanjak naik di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Venus juga berpapasan dengan Bulan dan Antares di rasi Scorpius serta mencapai elongasi timur terbesarnya di penghujung Oktober. 

Jupiter & Saturnus. Duo planet raksasa ini masih menemani pengamat sampai lewat tengah malam. Setelah Matahari terbenam, Jupiter dan Saturnus sudah tampak di ufuk timur dan terus bergerak ke arah barat sampai keduanya terbenam lewat tengeha malam. Pada pertengahan Oktober, duo jovian ini akan berpapasan dengan Bulan secara bergantian. Selama bulan Oktober, Jupiter dan Saturnus bisa diamati di rasi Capricornus. 

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Uranus bisa diamati milau kisaran pukul 21:00 waktu lokal sampai fajar menyingsing di rasi Aries. Sementara itu, Neptunus yang berada di rasi Aquarius sudah tampak sejak Matahari terbenam sampai lewat tengah malam.

Bulan

Fase Bulan Oktober 2021. Kredit: Fajar Ariadi/langitselatan

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

6 Oktober. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

9 Oktober. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 363.386 km.

13 Oktober. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

20 Oktober. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

24 Oktober.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 405.615 km

29 Oktober. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

Hujan Meteor

8 Oktober — Hujan Meteor Draconid

Hujan meteor Draconid pada tanggal 8 Oktober 2021 pukul 19:00 WIB. Kredit: Stellarium

Hujan meteor minor yang tampak datang dari rasi Draco ini akan berlangsung dari tanggal 6 – 10 Oktober. Puncaknya tanggal 8 Oktober dengan laju 10 meteor per jam. Hujan meteor Draconid berasal dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. Hujan meteor ini bisa dinikmati setelah Matahari terbenam sampai rasi Draco terbenam pukul 21:33 WIB.  

Bulan sabit tipis di ufuk barat tidak menjadi penghalang untuk berburu Draconid di Rasi Draco di arah utara. Agak sulit untuk menemukan rasi yang satu ini karena posisinya yang cukup rendah di horison. Carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya untuk berburu meteor Draconid.

10 Oktober – Hujan Meteor Taurid Selatan

Hujan meteor Taurid Selatan pada tanggal 10 Oktober 2021 pukul 21:00 WIB. Kredit: Stellarium

Hujan meteor Taurid berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke, berlangsung sejak 10 September – 20 November dan tidak pernah menghasilkan lebih dari 5 meteor per jam. Menariknya, hujan meteor taurid ini kaya dengan bola api. 

Puncak hujan meteor yang tampak datang dari rasi Taurus berlangsung tanggal 10 Oktober, hanya dengan 5 meteor per jam yang lajunya hanya 28 km/detik. Hujan meter Taurid bisa diamati setelah Matahari terbenam saat rasi Taurus juga terbit di arah timur sampai jelang fajar saat rasi ini akan terbenam di barat. 

Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor Taurid Selatan mulai pukul 21:00 WIB ketika Bulan sudah terbenam dan radian Taurid Selatan sudah cukup tinggi.

11 Oktober – Hujan Meteor delta Aurigid

Hujan meteor delta Aurigid berlangsung dari 10 – 18 Oktober dan mencapai puncak dengan 3 meteor per jam pada tanggal 11 Oktober. Tampak datang dari rasi Auriga, hujan meteor delta Aurigid bergerak dengan kecepatan 64 km/detik. Masih belum diketahui asal hujan meteor Aurigid. 

Hujan meteor Aurigid bisa diamati setelah rasi Auriga berada di atas horison mulai pukul 23:09 WIB sampai fajar menyingsing. Bulan perbani awal yang terbenam tengah malam tidak akan menjadi polusi cahaya alami mulai tengah malam sampai fajar menyingsing. 

20-21 Oktober – Hujan Meteor Orionid

Hujan meteor Orionid 21 Oktober 23:30 WIB. Kredit: Stellarium

Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober. 

Saat malam puncak, hujan meteor Orionid yang seharusnya memproduksi 25 meteor per jam dengan laju 66 km/detik akan sulit diamati karena cahaya Bulan Purnama.

Peristiwa

8 Oktober — Konjungsi Mars

Konjungsi Mars, ketika Mars pada posisi terjauh dari Bumi. Kredit: langitselatan
Konjungsi Mars, ketika Mars pada posisi terjauh dari Bumi. Kredit: langitselatan

Mars akan berada pada posisi terjauhnya Bumi yakni 2,63 AU, dan Matahari berada di antara kedua planet. Akibatnya, pengamat di Bumi tidak akan bisa melihat planet merah tersebut karena jaraknya yang sangat dekat dengan Matahari, yakni 0,65º. Jika Mars bisa diamati, maka planet ini sangat redup dengan diameter piringan 3,6’’.  

9 Oktober — Konjungsi Inferior Merkurius

Konjungsi Inferior Merkurius. Kredit: langitselatan
Konjungsi Inferior Merkurius. Kredit: langitselatan

Merkurius berada sejajar di antara Matahari dan Bumi dan terpisah 1,8° dari Matahari. Pada posisi ini, Merkurius berada pada papasan terdekatnya dengan Bumi dengan jarak 0,66 AU. Karena itu Merkurius tidak akan tampak bagi pengamat karena planet terdekat Matahari ini terbit dan terbenam hampir bersamaan dengan Matahari. Jika bisa diamati, maka piringan Merkurius akan tampak lebih besar dengan diameter 10,2”.

14 Oktober — Bulan — Saturnus

Pasangan Bulan dan Saturnus pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 23:00 WIB. Kredit: Stellarium

Bulan dan Saturnus berpasangan sejak Matahari terbenam sampai jelang lewat tengah malam. Saat Matahari terbenam, Bulan dan Saturnus berada pada ketinggian 71º di atas horison timur. Bulan berada 3,9º di selatan Saturnus dan keduanya akan berada pada titik tertinggi di langit pada pukul 18:56 WIB dengan ketinggian 77º. Keduanya bisa diamati sampai pukul 00:32 WIB saat Bulan dan Saturnus makin rendah di arah barat. Saturnus terbenam lebih dahulu pukul 01:06 WIB disusul Bulan pukul 01:31 WIB. 

15 Oktober — Bulan — Jupiter

Pasangan Bulan dan Jupiter pada tanggal 15 Oktober 2021 pukul 23:30 WIB. Kredit: Stellarium

Sehari kemudian, giliran Bulan dan Jupiter yang berpasangan dan hanya terpisah 4º. Pasangan Bulan dan Jupiter bisa diamati setelah Matahari terbenam sampai jelang dini hari. Jupiter dan Bulan bisa diamati pada ketinggian 60º di atas horison timur saat keduanya muncul dari balik pendar senja. Pasangan ini akan mencapai ketinggian maksimum 81º pada pukul 19:53 WIB dan bisa diamati sampai pukul 01:27 WIB. Jupiter terbenam lebih dahulu pada pukul 02:02 WIB disusul Bulan 18 menit kemudian. 

16 Oktober — Venus — Antares

Pasangan Venus dan Antares pada tanggal 16 Oktober 2021 pukul 19:00 WIB. Kredit: Stellarium

Venus berpasangan dengan Antares atau alpha Scorpius di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Keduanya hanya terpisah 1,3º dan berada pada ketinggian 38º saat Matahari terbenam. Pasangan ini bisa diamati sampai keduanya terbenam pukul 20:51 WIB.

25 Oktober — Elongasi Barat Maksimum Merkurius

Merkurius saat elongasi barat maksimum. Kredit: Stellarium

Merkurius dan Matahari membentuk sudut maksimal terhadap Bumi. Elongasi Barat maksimum yang dicapai Merkurius 26,8º. Artinya, Merkurius akan berada 18,4º di arah timur Matahari. Merkurius yang terbit 04:25 WIB di rasi Virgo bisa diamati dengan kecerlangan -0,6 magnitudo sampai saat Matahari terbit pukul 05:24 WIB.

29 Oktober — Elongasi Timur Maksimum Venus

Venus saat elongasi timur maksimum. Kredit: Stellarium

Venus dan Matahari membentuk sudut maksimal terhadap Bumi. Elongasi Timur maksimum yang dicapai Venus mencapai 47º. Artinya, Venus berada 47º di arah barat Matahari. Venus bisa diamati di rasi Ophiuchus sampai pukul 21:00 WIB saat planet ini terbenam di ufuk barat. Pada saat elongasi timur maksimum, kecerlangan Venus -4,3 magnitudo. 

Rasi Bintang & Bima Sakti

Awal Oktober menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati mulai tengah malam membentang dari Timur Laut ke Barat Daya.  

Setelah Matahari terbenam, ada Arcturus di rasi Bootes, Antares di Scorpius, Vega di rasi Lyra, Altair di rasi Aquila, Deneb di rasi Cygnus, Rigel Kentaurus di Rasi Centaurus, Archenar di rasi Eridanus

Tengah malam ada Rigel dan Betelgeuse di rasi Orion, Aldebaran di rasi Taurus, Canopus di rasi Carina, Capella di rasi Auriga, Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Minor. Jelang dini hari ada Pollux dan Castor di Gemini serta Reggulus di rasi Leo. .

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan. 

Peta Bintang 1 Oktober 2021

Peta Bintang 15 Oktober 2021

Kampanye Langit Gelap

1 — 6 Oktober & 27 — 31 Oktober — Kampanye Globe At Night

Di bulan Oktober, Kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diselenggarakan dari 1 – 6 Oktober dan 27 – 31 Oktober.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye bulan Oktober, para pengamat di belahan utara diajak mengamati rasi Pegasus pada tanggal tanggal 1 – 6 Oktober dan rasi Perseus tanggal 27 – 31 Oktober. Sementara itu untuk pengamat di belahan selatan, pengamat diajak mengamati rasi Sagittarius si Kalajengking pada tanggal 1 -6 Oktober dan rasi Grus tanggal 27 – 31 Oktober. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini