fbpx
langitselatan
Beranda » K2-25b: Eksoplanet Yang Tidak Sesuai Pakem

K2-25b: Eksoplanet Yang Tidak Sesuai Pakem

Meskipun ada banyak planet dengan berbagai ukuran, warna, dan karakteristik di Alam Semesta, ada saja planet yang unik dan tidak sesuai pakem.

Ilustrasi eksoplanet K2-25b. Kredit: NOIRLab/NSF/AURA/J. Pollard
Ilustrasi eksoplanet K2-25b. Kredit: NOIRLab/NSF/AURA/J. Pollard

Pengamatan terbaru dengan Teleskop WIYN 0,9 meter di Kitt Peak National Observatory (KPNO) berhasil menyingkap planet yang karakteristiknya tidak sesuai dengan teori pembentukan planet.

Berkenalan dengan K2-25b

Planet yang jadi fokus adalah K2-25b, sebuah exoplanet muda yang mengorbit bintang katai merah di gugus bintang Hyades di arah rasi Taurus. Sistem ini masih sangat muda. Baru berusia 600 juta tahun dan jaraknya dari Bumi 150 juta tahun.

Exoplanet K2-25b ditemukan pada tahun 2016 oleh Teleskop Antariksa Kepler yang memang bertugas untuk mencari planet di bintang lain. Bintang katai merah yang dikelilingi oleh exoplanet K2-25b merupakan tipe bintang yang sangat umum di Bima Sakti. Selain itu, bintang tipe ini juga umumnya memiliki planet-planet kecil. Di anataranya adalah tipe planet Bumi super dan Neptunus mini.

Exoplanet K2-25b termasuk planet yang masif dan massanya 25 massa Bumi dan ukuran lebih kecil dari Neptunus. Tepatnya, planet ini hanya 3,4 kali ukuran Bumi. Planet ini mengitari bintang yang massa dan ukurannya hanya 30% dari Matahari dengan temperatur hanya 3180K.

Penemuan Unik

Yang membuat planet ini tidak biasa adalah kerapatannya. Untuk ukuran dan usianya yang masih muda, planet K2-25b termasuk sangat padat. Bagaimana tidak? Planet ini sangat masif sementara ukurannya lebih kecil dari Neptunus.

Idealnya, planet-planet besar membentuk inti batuan terlebih dahuku dengan massa antara 5 – 10 massa Bumi. Setelah itu, planet akan menangkap gas di sekelilingnya sehingga terbentuklah selubung gas yang massanya ratusan kali lebih masif dari Bumi. Ini skenario terbentuknya Jupiter.

Tapi, planet K2-25b melanggar semua aturan tersebut. Planet dengan massa 25 kali Bumi dan ukuran kecil ini justru memiliki inti batuan yang sangat masif dengan hanya sedikit selubung gas.

Di sinilah letak ketidaksesuaian antara kondisi eksoplanet dengan pemahaman para astronom tentang pembentukkan planet.

Misteri Abadi

Dari ukuran, planet seperti ini memang umum ditemukan di Bima Sakti dan dikategorikan sebagai planet sub-Neptunus. Nah, di Tata Surya, tidak ada planet tipe ini. Planet sub-Neptunus pada umumnya memiliki massa lebih besar dari Neptunus tapi ukurannya lebih kecil. Tapi ada juga yang tidak semasif Neptunus.

Pada umumnya, planet sub-Neptunus disusun oleh gas, dan kita mengenal planet tipe ini sebagai planet gas raksasa. Di Tata Surya, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus adalah planet gas raksasa.

Di sini keunikannya. Planet K2-25b disusun oleh batuan! Karena itu planet ini sangat padat. Dan tentu saja inilah misteri yang harus dipecahkan.

Baca juga:  Moncong Monster Ruang Angkasa

Yang pasti, pembentukan maupun evolusi planet tersebut masih menjadi misteri yang ingin disingkap para astronom.

Para astronom masih terus mempelajari planet misterius tersebut dengan harapan untuk menyingkap bagaimana planet tersebut bisa terbentuk dari batuan dengan ukuran seperti Neptunus, dan mengapa planet ini tidak menarik gas untuk menjadi sleubungnya seperti planet raksasa pada umumnya.

Fakta Keren

Satu tahun di planet K2-25b berlalu dengan sangat cepat. Itu karena planet ini hanya butuh 3,5 hari untuk mengitari bintang induknya.


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini