Jauh sebelum Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016, tim “GMT 2016: Goes to Kaltim” yang bernaung di bawah Observatorium Bosscha sudah mengadakan serangkaian kegiatan di Kalimantan Timur. Tim tersebut diketuai oleh Moh. Irfan dari Observatorium Bosscha dan beranggotakan beberapa dosen Astronomi ITB serta mahasiswa dari berbagai jurusan. Serangkaian kegiatan dilaksanakan di tiga kota/kab di Kalimantan Timur yang dilewati oleh totalitas, yaitu Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser.
Kegiatan Pra Gerhana Matahari Total
Untuk kegiatan ini, Tim GMT 2016: Goes to Kaltim berkolaborasi dengan Universe Awareness (UNAWE) Indonesia, mengadakan rangkaian kegiatan pra GMT seperti sosialisasi gerhana, workshop kotak lubang jarum, dan pelatihan teleskop untuk guru dan siswa di tiga lokasi tersebut. Kegiatan pra GMT diadakan sekitar sebulan sebelum peristiwa gerhana, pada tanggal 15-19 Februari 2016. Tim GMT 2016: Goes to Kaltim juga mengadakan pengamatan malam umum di Kabupaten Paser pada bulan Februari dan di Kota Balikpapan pada bulan Maret. Pada saat acara, tim membagikan brosur yang berisi informasi penting terkait gerhana untuk masyarakat setempat. Brosur tersebut diisi informasi pengertian gerhana, waktu gerhana dan cara aman mengamati Gerhana Matahari.
Lomba Cerdas Cermat
Agar lebih menarik, saat kegiatan pra gerhana berlangsung, diadakan juga lomba cerdas cermat. Lomba diawali dengan tes seleksi tertulis yang diikuti oleh kurang lebih 130 siswa dari tiga kota dan kabupaten. Seleksi tersebut diadakan bersamaan dengan sosialisasi gerhana. Siswa yang lulus seleksi akan masuk babak semi final pada tanggal 5 Maret dan final pada tanggal 7 Maret di SMAN 5 Balikpapan. Pada akhirnya lomba cerdas cermat dimenangkan oleh SMAN 2 PPU yang membawa pulang sebuah teleskop yang sudah dilengkapi motor sebagai hadiah. Posisi kedua ditempati oleh SMKN 1 Tanah Grogot dan di posisi ketiga ada SMAN 1 Batu Sopang.Selain juara pertama, juara lainnya pun memperoleh hadiah berupa teleskop yang kemudian digunakan pada saat pengamatan gerhana matahari di lokasi sekolah masing-masing.
Pengamatan Gerhana Matahari Total
Pada tanggal 9 Maret 2016, tim GMT 2016: Goes to Kaltim mengadakan pengamatan di tiga lokasi secara bersamaan, yakni Lapangan Merdeka Balikpapan, Pantai Corong di Kabupaten Penajam Paser Utara, serta Lapangan Telaga Ungu Kabupaten Paser. Pengamatan dilakukan bersama siswa dari berbagai sekolah serta masyarakat sekitar. Saat pengamatan, tim GMT 2016: Goes to Kaltim membagikan 100 kacamata matahari yang kemudian ditambah sebanyak 100 kacamata matahari lagi dari tim Amerika.
Pada saat kontak pertama, matahari ditutupi awan tebal. Akan tetapi, saat mendekati totalitas, langit di sekitar matahari seketika menjadi cerah. Tapi tidak lama karena awan kembali membayang-bayangi matahari di akhir Gerhana.
Citra totalitas yang diambil kemudian diolah sehingga menghasilkan foto yang menakjubkan seperti yang tampak di bawah ini.
Kotak Lubang Jarum Raksasa
Tim GMT 2016: Goes to Kaltim punya keunikan tersendiri. Tim membawa serta tiga buah kotak lubang jarum raksasa yang digunakan pada saat pengamatan gerhana di tiga lokasi. Setelah gerhana matahari, kotak lubang jarum tersebut diberikan kepada pemerintah setempat supaya dapat digunakan kembali untuk proses edukasi.
Kenapa disebut raksasa? Karena kotak lubang jarum buatan Observatorium Bosscha ini memiliki panjang dua meter sehingga diameter Matahari saat diproyeksi menjadi sekitar dua sentimeter.
Tim Pengamat Lain
Selain tim GMT 2016: Goes to Kaltim, ada banyak tim lain yang juga mengamati GMT di propinsi ini. Antara lain tim dari NASA dan mancanegara yang juga tersebar di tiga kota dan kabupaten yang sama yang dikunjungi tim GMT 2016: Goes to Kaltim.
Bekantan, Sang Primadona Kalimantan
Selama tiga hari (8-10 Maret), dilakukan pengamatan perilaku kumpulan Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di kawasan Mangrove Center Km 5 Balikpapan, Kalimantan Timur. Tak disangka, kelompok tersebut mengalami perubahan perilaku saat totalitas
Pengamatan Bekantan dilakukan sejak pukul 06.00-11.00 WITA. Saat kontak pertama pada pukul 07.25 WITA, perilaku bekantan masih normal. Tapi pada pukul 08.20 WITA, mereka cenderung mengikuti pemimpinnya (alphamale) karena menganggap hari sudah petang. Saat kontak kedua pukul 08.33 WITA, alphamale mulai bergerak ke pohon tertinggi, lalu diikuti yang lain. Saat totalitas, seluruh bekantan diam tanpa aktivitas dan terlihat berada dalam posisi tidur.
Akan tetapi, mereka tidak benar-benar tidur karena totalitas hanya terjadi selama 1 menit saja. Paska totalitas, bekantan yang kaget dan kebingungan kembali memulai aktivitas semula. Alphamale kembali memimpin anggotanya memakan daun bakau. Mereka memulainya seakan-akan pagi baru saja tiba. Setelah beberapa lama, kegiatan dan perilaku Bekantan sudah kembali normal dan melakukan kegiatan mereka sehari-hari.
Tulis Komentar