International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) 2015 secara resmi telah ditutup oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada tanggal 3 Agustus 2015 dalam kemeriahan acara penutupan yang dilangsungkan di Candi Prambanan. Sebelumnya acara pembukaan IOAA ke-9 dilaksanakan dengan megah di Candi Borobudur.
Tidak ada kompetisi yang tak berakhir. Momen perpisahan itu pun tiba seiring penutupan yang dilangsungkan dengan megah dan apik lewat suguhan Sendratari Ramayana. IOAA, kompetisi astronomi tingkat dunia yang ke-9 tersebut dilaksanakan di Magelang, Jawa Tengah, yang sekaligus menandai kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah setelah di tahun 2008, IOAA yang ke-2 diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat.
IOAA ke-9 yang diselenggarakan di Magelang, diikuti oleh 210 siswa dari 41 negara. Para siswa yang terbagi dalam 47 tim tersebut datang bersama pendamping dari negara masing-masing dan mengikuti 3 tahap perlombaan yakni pengamatan yang dilaksanakan di Candi Borobudur, teori dan analisa data.
Dalam lomba pengamatan, para peserta ditantang untuk dapat melakukan pengamatan dengan mata tanpa alat, pengamatan dengan teleskop serta simulasi langit malam dalam planetarium mini. Tujuannya, para peserta diharapkan dapat mengidentifikasi obyek dalam waktu singkat. Untuk sesi teori, para peserta diharapkan dapat memecahkan persoalan yang diberikan, sedangkan untuk sesi analisa data, peserta ditantang untuk dapat memahami dan menganalisa data yang diberikan serta memberikan kesimpulan yang baik.
Sama seperti kompetisi lainnya, hasil penilaian yang diraih oleh setiap peserta dalam ketiga lomba tersebut akan menentukan medali apa yang dibawa pulang. Dan perolehan setiap tim akan menentukan peringkat negaranya dalam kompetisi astronomi yang digagas oleh Thailand pada tahun 2007 tersebut.
Pada setiap kompetisi, para peserta tentunya dituntut untuk dapat memberikan yang terbaik. Akan tetapi, kompetisi tak hanya berkisah tentang kemenangan setelah mengalahkan pesaing. Kompetisi selalu membawa setiap peserta untuk menantang dan menguji dirinya untuk mencapai batas kemampuannya. Disinilah setiap peserta akan dapat mengenali kemampuannya dan bagaimana ia menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan.
Di akhir kompetisi, hasil pun diumumkan. Pada IOAA ke-9 tahun 2015 di Magelang, Jawa Tengah, dari 210 siswa yang berkompetisi, ditetapkan 11 peraih medali emas, 25 peraih medali perak, 35 peraih medali perunggu dan 48 Honorable Mention.
Untuk Tim Indonesia, ke-10 siswa yang ikut serta dalam 2 tim berhasil membawa pulang 2 medali Emas, 6 medali Perak, 1 medali Perunggu dan 1 Honorable Mention. Berikut adalah capaian tim Indonesia yakni 2 emas oleh Joandy L. Pratama dari SMA 1 Sutomo Medan dan Rafif A. Salam dari SMAN 1 Bogor. Medali perak diraih oleh Hammam R. Mohammad dari SMAN 1 Bogor, Naufal Alifyari  dari SMAN 5 Bekasi, Hana W. Nuraini dari SMAN 8 Jakarta, Gunawan Setiawan dari SMA 2 Petra Surabaya, M. Ali Syaifudin dari SMA Semesta Semarang dan Brian Yaputra dari SMA 1 Sutomo Medan. Medali perunggu diraih oleh M. Miftahul Fahmi dari SMAN 3 Malang dan Honorable Mention diraih oleh M. Ahdillah Fadlila DJ. dari SMA IC Gorontalo.
Hasil ini menempatkan tim Indonesia pada peringkat ke-3 dalam perolehan medali setelah Iran yang membawa pulang 3 medali emas, 4 medali perak, dan 3 medali perunggu dan India yang meraih 3 medali emas dan 2 perak. Pada peringkat 4 dan 5 ada tim Rusia dan Thailand yang sama-sama menerima 1 emas.
Peraih medali emas dari Indonesia Joandy L. Pratama juga ditetapkan sebagai Pemenang Absolut dan penerima penghargaan Pengamatan Terbaik. Penghargaan Analisa Data Terbaik diberikan pada Rafif A. Salam. Penghargaan Solusi kreatif di IOAA ke-9, diberikan pada Fatemeh Zargarbashi dari Iran. Penghargaan Kompetisi Tim terbaik diberikan kepada India dan untuk kompetisi poster terbaik diraih oleh Korea Selatan.
Seperti halnya kompetisi lainnya. Di IOAA, para peserta dan pendamping juga memperoleh kesempatan untuk membangun tali persahabatan, membangun jejaring, dan pertukaran kebudayaan dengan peserta dari berbagai negara. IOAA ke-9 di Magelang memang sudah berakhir. Akan tetapi medali bukanlah akhir dari sebuah perjalanan melainkan awal dari perjalanan panjang bagi mereka yang memilih meneruskan sebagai astronom ataupun bidang kajian lainnya. Karena bagaimanapun seorang astronom tidak dinilai dari medali yang diperoleh melainkan dari kontribusi ilmiahnya.
Akhir kata, selamat untuk perolehan setiap peserta dan kami tunggu kiprah anda sebagai astronom di masa depan!
Tulis Komentar