fbpx
langitselatan
Beranda » Permata di Ekor Kalajengking

Permata di Ekor Kalajengking

Gugus bintang Messier 7, kumpulan bintang yang bisa dinikmati dengan mata bugil di ekor rasi Kalajengking atau yang kita kenal sebagai rasi Scorpio. Messier 7 ini merupakan gugus terbuka dengan bintang-bintang terang yang cukup dikenal di langit malam.  Gugus yang juga dikenal dengan nama NGC 6475 tersebut merupakan gugus bintang yang beranggotakan sekitar 100 bintang yang berada pada jarak 800 tahun cahaya dari Bumi.

Messier 7, gugus bintang di alat penyengat rasi kalajengking. Kredit: ESO
Messier 7, gugus bintang di alat penyengat rasi kalajengking. Kredit: ESO

Gugus bintang Messier 7 pertama kali dikenalkan oleh Claudius Ptolemy di awal 130 AD. Ia menggambarkan Messier 7 sebagai “nebula yang mengekor sengat Scorpio”. Atau dalam gambaran yang lebih akurat bagi pengamat dengan mata tanpa alat adalah gugus bintang ini tampak sebagai sebaran potongan sangat terang dengan latar belakang Bima Sakti yang terang. Messier 7 juga dikenal sebagai gugus Ptolemy dan di tahun 1764, Charles Messier menempatkannya sebagai gugus ke-7 dalam katalog Messier. Dan di abad ke-19, John Herschel menggambarkan Messier 7 yang ia lihat lewat teleskop sebagai “sekelompok bintang yang tersebar”.

Potret terbaru Messier 7 yang diambil oleh Wide Field Imager yang dipasang pada teleskop MPG/ESO 2.2-meter memperlihatkan kehadiran Messier 7 yang tampak sangat menonjol dibanding ratusan ribu bintang redup di latar belakang pada arah pusat galaksi.  Messier 7 yang saat ini berusia 200 juta tahun, merupakan gugus bintang setengah baya yang merentang sepanjang 25 tahun cahaya.

Seiring bertambahnya usia, satu per sepuluh dari bintang-bintang terang di Messier 7 akan berakhir dalam ledakan dasyat supernova. Dan jika meneropong masa depan, bintang-bintang redup yang tersisa akan perlahan-lahan menjauh sampai suatu hari mereka tidak lagi dikenal sebagai bintang yang jadi anggota sebuah gugus.

Gugus terbuka seperti Messier 7 merupakan kelompok bintang yang lahir pada waktu dan lokasi yang sama dari awan gas dan debu raksasa di galaksi induk. Tak pelak, kelompok bintang tersebut menjadi incaran para ilimuwan karena bintang-bintang yang ada dalam sebuah gugus memiliki usia dan komposisi yang sama untuk mempelajari struktur dan evolusi bintang.

Hasi potret teleskop milik ESO menunjukkan sebuah fenomena menarik. Meskipun dihuni banyak bintang dan populasinya rapat tapi jika diteliti lebih lanjut, pada area latar belakang terjadi ketidakseragaman dan tampak ada garis-garis debu disana. Diduga, garis-garis tersebut menandakan kesejajaran antara gugus dan awan debu. Meskipun, bisa juga berspekulasi kalau berkas haris gelap tersebut merupakan sisa dari awan yang membentuk gugus bintang tersebut. Akan tetapi, semenjak gugus bintang Messier 7 tersebntuk, Galaksi Bima Sakti sudah hampir menyelesaikan satu kali rotasinya yang berdampak pada reorganisasi bintang dan debu berkali-kali. Dengan demikian, awan gas dan debu yang membentuk Messier 7 dan Messier 7 sendiri sudah mengalami penataan ulang dan keduanya sudah terpisah sejak dahulu, melangkah menempuh perjalanannya masing-masing.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini