fbpx
langitselatan
Beranda » Pabrik Debu di Sisa Supernova

Pabrik Debu di Sisa Supernova

ALMA aka Atacama Large Milimeter/subMilimeter Array, berhasil memotret sisa-sisa supernova yang masih dipenuhi debu yang baru saja terbentuk. Debu yang dilihat ALMA bisa menjadi kunci penting untuk menjawab darimana galaksi memperoleh debunya.

Citra SN 1987A. Kredit: Alexandra Angelich (NRAO/AUI/NSF); NASA Hubble; NASA Chandra
Citra SN 1987A. Kredit: Alexandra Angelich (NRAO/AUI/NSF); NASA Hubble; NASA Chandra

Seperti kita ketahui, galaksi adalah area yang sangat berdebu. Dan supernova adalah sumber dari debu tersebut, terutama di alam semesta dini. Tapi, bukti nyata bahwa debu dari supernova-lah yang menjadi penyedia debu tersebut pada galaksi jauh yang berusia muda belum bisa ditemukan. Apalagi diperkirakan kemampuan supernova untuk memproduksi debu semakin menipis. Hasil pengamatan ALMA inilah yang akan menjadi bukti dan pengetahuan baru terkait evolusi galaksi.

Dalam pengamatannya, ALMA melihat konsentrasi massa yang besar dari debu di area pusat lontaran dari supernova yang relatif masih muda. Artinya, debu yang dilihat ini baru terbentuk dan akan memegang peran [enting dalam evolusi galaksi. Sesuatu yang belum pernah berhasil dilihat sebelumnya.

Supernova yang dilihat ALMA adalah sisa supernova 1987A, yang berada di Awan Magellan Besar – galaksi katai yang mengorbit Bima Sakti pada jarak 160000 tahun cahaya dari Bumi. SN1987A merupakan ledakan bintang maha dasyat yang diamati berada paling dekat semenjak terakhir kali Johannes Kepler melakukan pengamatan supernova di galaksi Bima Sakti pada tahun 1604.

Kumpulan debu yang dilihat ALMA akan membentuk atom oksigen, karbon dan silikon yang terikat bersama setelah gas mengalami pendinginan. Sebelumnya debu di sisa supernova muda tersebut berhasil dilihat dalam pengamatan inframerah, 500 hari setelah ledakan terjadi. Tapi pada saat itu hanya sejumlah kecil debu panas yang tampak. Kehadiran ALMA yang memiliki resolusi dan sensitifitas tinggi memberi cerita baru, karena ia berhasil memotret kelimpahan debu dingin yang berpendar terang dalam cahaya milimeter dan submilimeter. Diperkirakan debu yang baru terbentuk di SN 1987A tersebut mengandung 25% massa Matahari dan di area tersebut tampak juga sejumlah karbon monoksida dan silikon monoksida yang sudah terbentuk.

Menurut Remy Indebetouw, astronom dari  National Radio Astronomy Observatory (NRAO) dan University of Virginia, di Charlottesville, USA, “SN 1987A berada pada lokasi yang spesial. Karena di tempatnya berada, tidak ada percampuran dengan area di sekelilingnya sehingga para astronom pun bisa memastikan kalau debu yang mereka lihat memang terbentuk dari supernova tersebut. Dan hasil pengamatan ALMA juga menunjukkan keberadaan debu yang baru terbentuk yang memang tidak ada beberapa dekade sebelumnya.”

Tapi, selain membentuk debu, supernova juga bisa menghancurkan butiran debu.

Saat gelombang kejut dari ledakan awal diradiasikan ke angkasa, maka akan terbentuk cincin materi yang berpendar sangat terang seperti yang tampak pada pengamatan awal yang dilakukan Teleskop Hubble. Setelah bertabrakan dengan selubung gas yang yang dilepaskan oleh bintang raksasa merah saat ia mendekati akhir hidupnya. Sebagian dari ledakan ini akan terpantul kembali ke pusat sisa bintang dan gelombang kejut dari pantulan tersebut akan menghantam gumpalan debu yang baru terbentuk. Dan pada saat itu, sebagian dari debu itu akan terpecah dan terlontar dalam ledakan. Tapi masih sulit bagi astronom untuk bisa menentukan seberapa banyak debu yang akan terlontar. Mungkin hanya setengah atau hanya dua pertiga. Tapi jika debu yang selamat berjumlah cukup banyak dan berhasil lolos memasuki ruang antar bintang, maka debu tersebutlah yang akan menjadi komposisi debu yang dideteksi di alam semesta dini.

Alam semesta dini memang mengandung banyak sekali debu dimana debu memegang peran penting dalam evolusi galaksi. Di masa kini, debu memang diketahui bisa terbentuk dari banyak cara. Tapi, di alam semesta dini sumber sebagian besar debu tersebut adalah supernova. Dan untuk pertama kalinya bukti nyata bisa dilihat oleh para astronom.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini