Mengawali tahun 2013 ini, langitselatan mendapat undangan dari Jong Situbondo untuk mengisi salah satu acara dalam kegiatan Festival Pendidikan (Fespen) 2013 di Situbondo Jawa Timur yang diadakan dari tanggal 31 Januari – 3 Februari 2013. Acara ini adalah kali keduanya dilakukan oleh Jong Situbondo sebagai bentuk kepedulian generasi muda Situbondo terhadap pendidikan di kota tersebut. Acaranya meliputi presentasi perwakilan mahasiswa-mahasiswa Situbondo yang telah diterima di berbagai civitas akademika di Indonesia mengenai kampusnya masing-masing, seminar motivasi, pengamatan langit malam, dan roket air. Pengamatan langit malam dan roket air merupakan kegiatan baru di tahun 2013 ini. Kegiatan ini memang awalnya ditujukan bagi siswa-siswi SMA di Situbondo. Minimnya informasi tentang dunia kampus menyebabkan Jong Situbondo merasa perlu untuk mengadakan kegiatan pendidikan ini sehingga siswa-siswi SMA di Situbondo mendapatkan informasi mengenai jenjang pendidikan berikutnya yang dapat ditempuh sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan masing-masing.
Dari hasil diskusi dengan perwakilan Jong Sitobondo di kediaman Avivah di Bandung, langitselatan mengusulkan berbagai kegiatan yang mungkin di lakukan di sana. Salah satunya adalah saat upacara pembukaan yang dilakukan di malam hari, langitselatan mengusulkan adanya peluncuran roket air kembang api. Roket air kembang api pernah saya ujicobakan di acara kemping kelas 1,2,3 di Sekolah Alam Bandung dengan menggunakan roket standar volume 500 ml. Berhubung saya baru bisa meluncur ke Situbondo pada Kamis sore tanggal 31 Januari, eksekusi roket air kembang api pada acara pembukaan ini dilakukan oleh panitia. Rencananya, pembukaan Festival Pendidikan 2013 dilakukan pada tanggal 31 Januari pada malam hari dan dibuka oleh Bupati Situbondo.
Ujicoba peluncuran roket air kembang api pun dilakukan di Bandung bertempat di Lapangan Aula Barat, ITB sekitar pukul 20.30 malam. Pada ujicoba kali ini, saya menggunakan roket air panjang volume 350 ml. Ujicoba dilakukan bersama dengan beberapa mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron) ITB, seorang alumni yang telah bekerja di sektor IT dan seorang alumni yang baru menyelesaikan gelar doktornya di Max Planck Institute, Jerman.
Ujicoba pelucuran roket kembang api menggunakan roket panjang
Dari ujicoba menggunakan roket air panjang, ketinggian roket kurang maksimal. Sisi positifnya, roket lebih aman saat jatuh ke bumi. Pada acara pembukaan nanti kami memutuskan roket air yang akan digunakan adalah roket air versi standar 500 ml agar ketinggian yang dihasilkan lebih maksimal. Namun dengan resiko saat roket jatuh ke bumi, roket akan bergerak dengan kecepatan yang lebih cepat daripada roket panjang karena roket standar memiliki pemberat di bagian nose cone-nya.
Hari Keberangkatan
Mengingat dana yang terbatas dari panitia, langitselatan memutuskan hanya seorang saja yang meluncur ke Situbondo yang diwakili oleh saya sendiri. Sesi roket air akan dipegang oleh langitselatan sedangkan sesi pengamatan menjadi tanggungjawab dari mahasiswa Himastron ITB yang juga diundang dalam acara tersebut. Saya berangkat menggunakan kereta api Mutiara Selatan tanggal 31 Januari 2013 pukul 17.00. Dari hasil kontak-kontak dengan panitia via sms, sesi pembukaan berjalan dengan sukses. Acara dibuka oleh Wakil Bupati Situbondo. Saya tiba di Stasiun Wonokromo esok pagi harinya. Perjalanan selanjutnya dilakukan secara estafet dengan rute dari Wonokromo ke Terminal Bungurasih. Dari terminal tersebut perjalanan dilanjutkan ke Probolinggo yang kemudian dilanjutkan lagi ke Situbondo. Walaupun ada bus yang langsung ke Situbondo, tarif yang dikenakan lebih mahal. Hal ini karena bus yang digunakan merupakan bus yang menuju ke Denpasar. Saya tiba di Situbondo siang hari menjelang sore. Salah seorang panitia menjemput saya menggunakan motor dan langsung mengarahkan ke lokasi acara yang terletak di alun-alun kota Situbondo.
Saya pun berkenalan dengan beberapa mahasiswa dari berbagai civitas akademika setibanya di lokasi acara. Sekilas saya lihat beberapa mahasiswa sedang memerbaiki roket karena bagian botolnya sedikit terbakar dan bagian sayap ada yang lepas. Kegiatan roket air di hari Jumat dilakukan oleh mahasiswa tanpa kehadiran saya. Tak seberapa lama, panitia mengantar saya ke rumah ibu Danu yang merupakan basecamp saya selama di Situbondo yang juga menjadi tempat menginap mahasiswa dari Himastron ITB, Dhimas dan Arif. Setelah beristirahat, malam harinya saya gunakan untuk membuat roket baru yang akan menjadi kejutan bagi masyarakat Situbondo.
Puncak Acara Pameran
Tidak bisa dipungkuri, hari Sabtu tanggal 2 Februari 2013 merupakan puncak dari acara pameran. Di kota Situbondo, acara semacam ini sangat jarang sehingga ketertarikan masyarakat untuk datang sangat tinggi terutama di malam hari. Pukul 9.00, kami dijemput panitia menuju alun-alun kota. Berhubung berawan di pagi hari, tim dari Himastron ITB, Dhimas, Arif, dan Bisma, mengawali pengenalan astronomi dengan presentasi mengenai benda langit, software Stellarium, dan pengamatan lampu menara dengan menggunakan teleskop. Setelah satu jam presentasi, awan pun bergeser dan matahari bersinar dengan teriknya. Teleskop pun di keluarkan dan diarahkan ke matahari.
Saat peserta mengamat matahari, saya berkesempatan untuk menguji roket air. Di malam sebelumnya, saya membuat dua buah roket panjang. Satu buah menggunakan volume 350 ml dan satu buah lagi menggunakan volume 1,5 l yang telah dilengkapi dengan parasut.
Parasut yang saya buat kali ini ukurannya lebih besar dari parasut yang pernah saya buat sebelumnya di Bandung. Ujicoba pertama yang dilakukan belum berhasil, roket menghujam ke bumi dengan tanpa parasut yang terbuka sehingga bagian depan roket agak sedikit penyok. Kunci utama roket parasut ini adalah cara melipat parasutnya serta cara meletakkannya di dalam nose cone. Jika terlalu rapat meletakkan ke dalam nose cone, parasut tidak akan terbuka. Namun, jika terlalu longgar, parasut akan terbuka saat roket berada pada kecepatan tertingginya. Akibatnya, tali-tali yang mengikat parasut akan putus.
Di hari yang cerah tersebut ternyata alam memberikan kejutan kepada masyarakat Situbondo. Halo matahari terlihat sebagai cincin pelangi raksasa yang mengelilingi matahari.
Sesi roket air itu sendiri berlangsung secara estafet tergantung dari pengunjung yang datang. Di siang hari, anak-anak SMA Situbondo berkesempatan meluncurkan roket air termasuk salah satunya mencoba menggunakan peluncur tipe Gun.
Pada awal sebelum peluncuran, siswa yang mencoba Gun Launcher ini tidak menyadari bahwa air akan keluar mengenainya begitu pelatuk ditarik. Hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi siswa-siswi SMA yang berkesempatan mencoba Gun Launhcer ini.
Pada sore harinya, giliran beberapa anak SMP dan beberapa gurunya berkesempatan diajarkan cara membuat peluncur dan membuat roket. Mengingat kompetisi roket air itu sendiri berada pada tingkat SMP, saya menekankan agar Situbondo juga bisa mengikuti kompetisi roket air. Ketiadaan peluncur bisa diatasi dengan membuat sendiri berdasarkan pada buku panduan roket air yang ada di langitselatan. Pada sesi ini, para pelajar SMP berkesempatan untuk untuk membuat roket standar serta meluncurkan roket dengan simulasi seperti dalam kompetisi roket air yaitu siswa meluncurkan roket air ke target tertentu. Tak lupa mereka juga diberi kesempatan untuk meluncurkan roket air berparasut.
Menjelang magrib, beberapa siswa SD mendatangi saya dan meminta diajari membuat roket air. Saya sedikit terkejut karena bahasa yang mereka gunakan sangat santun. “Kak, bisa minta tolong saya diajarkan cara membuat roket?”, demikian salah seorang anak bertanya pada saya. Mereka tidak lupa menggunakan kata tolong. Di kota-kota besar, mungkin hal ini sudah sangat langka kecuali anak-anaknya dididik dengan benar. Saya pun memberikan tutorial singkat kepada generasi muda cilik ini dan setelah roket jadi, anak-anak ini diberi kesempatan untuk meluncurkan roket sampai adzan magrib berkumandang.
Selama sesi roket air di pagi hingga menjelang Magrib, salah seorang mahasiswa Situbondo, Fahmi, sangat setia menemani saya. Mahasiswa ini sangat tertarik meluncurkan roket berkali-kali termasuk juga membantu saya mengambilkan roket saat roket berparasut nyangkut di puncak pohon beringin yang berdiri di depan Pendopo Agung. Saat ditanya, ternyata Fahmi ini sudah terbiasa memanjat pohon kelapa. Keahlian ini ternyata sangat berguna dalam roket air yaitu mengambil roket yang nyangkut baik di pohon, kabel listrik, maupun atap stand.
Pengamatan Malam dan Roket Air Malam
Mungkin beberapa orang berpendapat, aktivitas roket air hanya bisa dilakukan di pagi, siang, atau sore hari. Hal ini ternyata tidak. Roket air juga bisa digunakan di malam hari dengan sedikit kreativitas. Di Situbondo, malam minggu adalah malam yang baik untuk berkumpul bersama di alun-alun apalagi jika cuaca cerah. Roket air pun kami luncurkan kembali dengan menggunakan kembang api.
Karena kembang api terbatas, beberapa mahasiswa berinisiatif membeli lampu-lampu LED yang awalnya merupakan lampu yang terpasang pada mainan yang dilontarkan dengan karet ke udara yang nantinya akan turun perlahan secara berputar seperti daun jatuh. Mainan seharga 5000 rupiah sebuah ini kemudian diambil lampunya dan dipasang di badan roket. Kami memasang sebanyak dua buah. Alhasil, jadilah roket air berparasut yang dilengkapi dengan lampu-lampu LED yang berkelap-kelip. Salah seorang mahasiswa yang berasal dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berusaha untuk memasang ke badan roket suatu rangkaian LED lain yang berasal dari robot yang dibawanya. Namun karena daya baterai yang kurang kuat, lampu LED tidak menyala. Rangkaian LED ini akhirnya tidak jadi dipasang. Adan (nama aslinya Adnan), Mahasiswa dari PENS ini ternyata adalah salah seorang wakil dari mahasiswa Indonesia yang di tahun 2013 ini akan dikirim ke kompetisi robot internasional di Amerika Serikat dengan spesialisasinya adalah robot air.
Kami pun bertukar kontak karena ternyata mahasiswa di PENS juga ada yang mengembangkan roket air yang salah satunya roket air dua tingkat walaupun untuk saat ini masih mengalami kegagalan.
Di sudut yang lain, pengamatan langit malam pun berjalan sukses. Cuaca yang sangat mendukung menjadi nikmat tersendiri bagi masyarakat Situbondo karena berkesempatan untuk melakukan pengamatan langit malam menggunakan teleskop. Mahasiswa dari Himastron ITB mengarahkan pengintip angkasa ini ke Jupiter. Antrian pun mengekor panjang. Di bagian stand acara, panitia menggelar presentasi tentang berbagai jurusan dari berbagai universitas di Indonesia. Festival Pendidikan 2013 ini terasa lebih lengkap karena selain siswa-siswi SMU yang menjadi target awal pemberian informasi mengenai jenjang pendidikan berikutnya ini terpuaskan, masyarakat dari lapisan lain dapat menikmati acara pendidikan lainnya yaitu pengamatan langit malam dan roket air.
Walaupun melelahkan karena aktivitas maraton yang dimulai sejak pagi, kami menutup malam dengan senyum puas karena bisa dikatakan acara hari ini sukses. Sebelum beristirahat di rumah bu Danu, kami menyempatkan mencoba nasi karak, nasi khas Situbondo, yang menjadi pengganjal perut kami di tengah malam.
Nasihat yang Menginspirasi
Pada hari Minggu, 3 Januari 2013, tim dari Bandung memutuskan untuk pulang duluan karena hari Seninnya, aktivitas kuliah dan mengajar sudah dimulai lagi. Kami tidak mengikuti kegiatan lanjutan di Situbondo karena kegiatan tersebut memang lebih ditujukan bagi siswa dan mahasiswa di kota tersebut dalam bentuk seminar motivasi yang mengundang para alumni dari Situbondo dari berbagai profesi. Sebelum pulang, ibu Danu sang pemiliki rumah menyuguhi kami dengan kuliner laut spesial, Garang Asem. Dari ibu Danu kami mendapatkan banyak nasihat-nasihat mengenai bangsa ini dalam skup Situbondo berhubung suami beliau almarhum adalah salah seorang pejabat di daerah tersebut. “Walaupun saat ini posisi-posisi strategis bangsa masih banyak diduduki oleh orang-orang yang tidak baik yang seringkali menghambat niat baik orang-orang muda, jangan berhenti untuk berkarya menyebarkan kebaikan!” demikian salah satu nasihat beliau.
Kami pun berpamitan di terminal Situbondo dengan keyakinan dan harapan kami pasti akan kembali yang tentunya membawa hal yang baru lagi. Selamat tinggal Situbondo, sampai berjumpa lagi.
Tulis Komentar