Pernah membayangkan berada di dekat Matahari? Jangankan Matahari di dekat kompor yang menyala saja kita sudah kepanasan dan bisa terbakar. Nah sekarang bayangkan sebuah planet berada sangat dekat dengan Matahari…
Es di Merkurius
Merkurius, planet terdekat dengan Matahari di dalam Tata Surya yang jaraknya hanya 57,909,100 km atau 0.387 au. Sangat dekat bukan? Pada jarak tersebut, Merkurius memiliki temperatur yang berkisar dari 100 K – 700 K. Dengan temperatur seperti itu, tentunya kita “tidak terlalu berharap” menemukan air disana. Tapi, kemiringan sumbu rotasi planet Merkurius tidak benar-benar nol alias kurang dari satu derajat (hampir nol) sehingga ada area di kutub yang tidak pernah melihat sinar Matahari. Karena itu, sejak satu dekade lalu ada ilmuwan-ilmuwan yang berteori bahwa di area-area gelap Merkurius di kutub akan bisa ditemukan air es yang terperangkap di sana.
Ide ini pertama kali mendapat tanggapan positif di tahun 1991 ketika teleskop radio Arecibo di Puerto Rico mendeteksi potongan radar-terang di kutub Merkurius yang mengindikasikan pantulan gelombang radio karena keberadaan air es. Sebagian besar hasil pengamatan terhadap radar-terang tersebut mengacu pada lokasi kawah tabrakan yang besar yang dipetakan oleh wahana Mariner 10 di tahun 1970. Tapi lagi-lagi para ilmuwan tidak terlalu yakin kalau potongan radar-terang yang dideteksi Arecibo memiliki keterkaitan dengan area gelap di kawah.
Dan 20 tahun kemudian barulah dugaan itu bisa dibuktikan kebenarannya.
Kedatangan MESSENGER di Merkurius memang membawa cerita baru dari planet tersebut sekaligus harapan untuk mengungkap lebih banyak lagi cerita dari planet terdekat Matahari itu. Citra yang dihasilkan Dual Imaging System Merkurius di tahun 2011 dan awal 2012 menunjukkan keberadaan fitur berwarna terang di kutub utara dan selatan Merkurius. Dan citra itu juga menunjukkan kalau fitur terang tersebut berada di area gelap permukaan Merkurius di kutub-kutubnya.
MESSENGER menemukan air es di Merkurius. Itulah berita utama yang dirilis oleh team MESSENGER pada tanggal 30 November lalu.
Es yang dilihat oleh MESSENGER tersebut merupakan simpanan utama di kutub utara Merkurius dan simpanan itu tidaklah sedikit. Air es yang ada di Merkurius tersebut cukup banyak untuk menyelubungi seluruh ibukota Amerika. Maksudnya, jika kita tebar es itu di area seluas kota Washington DC, maka es akan menutupi seluruh permukaan dengan ketebalan 3,2 km.
Di area yang paling dingin, es tampak di permukaan sedangkan di area yang lebih hangat ada materi gelap yang melapisi es. ??Dalam pengamatan MESSENGER menggunakan instrumen spektroskopi neutron untuk mengukur konsentrasi hidrogen rata-rata di area berwarna terang Merkurius. Ternyata area terang yang diduga jadi penyimpan es itu memiliki lapisan kaya hidrogen dengan ketebalan lebih dari puluhan sentimeter di bawah lapisar permukaan yang tebalnya 10-20 cm dan memiliki hidrogen lebih sedikit. Lapisan yang terkubur tersebut memiliki hidrogen dalam bentuk es air murni.
Pengamatan MESSENGER
Dalam tugasnya, MESSENGER mengambil data menggunakan Mercury Laser Altimeter (MLA) yang melakukan pemetaan topografi Merkurius dan menguatkan hipotesa es di kutub planet tersebut, utamanya di kutub utara. Untuk pengamatan di kutub selatan masih belum memungkinkan. Dalam datanya, MESSENGER menemukan kalau di area gelap kutub utara Merkurius terdapat simpanan gelap dan terang.
Materi gelap di Merkurius merupakan kunci untuk mengetahui tentang kandungan air di Merkurius. Diduga materi gelap tersebut berasal dari senyawa organik kompleks komet dan asteroid yang menumbuk Merkurius. Dan air di Merkurius pun diyakini berasal dari senyawa kimia yang dibawa komet dan asteroid tersebut.
Indikasi keberadaan air dalam bentuk es memang sudah ditemukan di Merkurius. Tapi tidak berarti misteri bisa diungkapkan semua. Ada banyak pertanyaan baru yang muncul.
Apakah materi gelap di kutub susunan paling banyaknya berupa senyawa organi? Reaksi kimia seperti apa yang sudah dialami materi tersebut? Apakah ada area lain di Merkurius yang memiliki air dalam wujud cair dan senyawa organik bersama-sama?
Pertanyaan tersebut masih akan terus dicari jawabannya dalam eksplorasi Merkurius.
Tulis Komentar