fbpx
langitselatan
Beranda » Mengapa Obyek Sabuk Kuiper Lebih Sulit Diamati?

Mengapa Obyek Sabuk Kuiper Lebih Sulit Diamati?

Mengapa para astronom sulit mengidentifikasi benda langit di balik sabuk kuiper? padahal sudah bisa mengamati bintang yang jaraknya tahunan kecepatan cahaya…??
(Maulana Putra Santoso – Jombang)

Ilustrasi Obyek di Sabuk Kuiper. Kredit : UCLA

Tampaknya aneh bukan, kok melihat bintang jauh bahkan galaksi yang sangat jauh saja bisa dilakukan tapi menemukan dan mengidentifikasi benda langit di sabuk kuiper saja susah. Jangan-jangan astronom selama ini hanya mengada-ada. Logikanya memang terasa aneh kalau kita hanya berpatokan pada jarak suatu benda. Bukankah lebih mudah menemukan benda yang dekat dibanding yang jaraknya jauh sekali? Tapi sebenarnya kalau ditilik lebih jauh, ini tidaklah aneh. Karena hal yang sama pun bisa terjadi dalam keseharian di Bumi.

Untuk mengamati benda di alam semesta, jarak bukan persoalan utama. Dalam keseharian, bagaimana kita bisa melihat sebuah benda? Menggunakan mata bukan? Nah untuk bisa melihat suatu benda maka kornea mata harus menerima cahaya dari sumber cahaya untuk kemudian diteruskan ke pupil mata sampai ke retina. Tanpa cahaya mata tidak akan bisa mengidentifikasi sebuah benda.

Hal yang sama juga terjadi dalam mengamati benda-benda langit. Tapi, untuk melakukan pengamatan benda-benda langit, mata kita memiliki keterbatasan dan hanya mampu melihat benda sampai batas kecerlangan 6 magnitudo. Untuk itu dibutuhkan alat bantu berupa teleskop yang pertama kali digunakan oleh Galileo untuk melihat benda langit 400 tahun yang lalu.

Teleskop menjadi alat bantu yang bisa membawa manusia melihat benda – benda langit yang sangat jauh. Tapi harus diingat fungsi teleskop itu sama dengan mata. Teleskop pada intinya merupakan alat untuk mengumpulkan cahaya, menguatkannya, dan mengumpulkannya pada satu tempat. Walaupun kata “teleskop” dapat dipecah menjadi “tele” yang berarti “jauh” dan “scope” berarti “melihat”, atau kurang lebih maknanya adalah “melihat [obyek-obyek] jauh”, tapi fungsi utama sebuah teleskop astronomi bukanlah untuk melihat hingga kejauhan.

Mengapa kita “lebih mudah” melihat bintang yang sangat jauh sementara obyek sabuk kuiper di Tata Surya sulit diidentifikasi?

Jawabannya ada pada sumber cahayanya.

Bintang memang berada sangat jauh dari Bumi. Bintang terdekat dari Bumi adalah Matahari dan bintang berikutnya yang dekat dengan Matahari jaraknya 4 tahun cahaya. Bahkan ada yang lebih jauh lagi dan bisa diamati menggunakan teleskop. Ini karena bintang memiliki sumber cahaya sendiri yang meskipun berada jauh masih bisa dilihat. Jadi meskipun benda jauh tetapi memancarkan sumber cahaya sendiri (& kuat), akan lebih mudah dikenali, dibandingkan yang dekat, tetapi redup & tidak memancarkan cahayanya sendiri.

Di Tata Surya, planet dan obyek lainnya yang mengitari Matahari tidak memancarkan cahaya sendiri. Mereka menerima cahaya dari Matahari kemudian memantulkannya. Itulah mengapa kita bisa melihat planet-planet di Tata Surya. Tapi, semakin jauh sebuah benda dari sumber cahaya maka semakin sedikit yang bisa diterima dan dipantulkan kembali. Itulah yang terjadi dengan obyek di sabuk kuiper. Lokasinya yang berada di area terluar Tata Surya jelas jauh dari sumber cahaya (Matahari) sehingga hampir tidak ada cahaya yang bisa dikumpulkan untuk dilihat.  Atau dengan kata lain obyek di sabuk kuiper sangat redup.

Baca juga:  Apakah Gunung Tertinggi di Tata Surya?

Seperti ketika listrik padam ketika kita berada di rumah, maka benda-benda di sekitar kita tidak akan bisa kita lihat tapi sebuah benda yang sangat jauh di sisi jalan yang lain bisa kita lihat meskipun hanya diterangi lampu yang redup.

Sabuk Kuiper selama bertahun-tahun hanya menjadi area yang ada secara teori dan baru ditemukan pada tahun 1992.  Obyek-obyek di Sabuk Kuiper ini berada 30 SA dari orbit Neptunus dan memiliki lebih dari  70000 obyek trans-Neptnunian dengan diameter lebih dari 100 km. Penemuan obyek di sabuk kuiper memiliki arti penting karena diyakini obyek-obyek di sabuk kuiper masih menyimpan materi pembentuk Tata Surya, sehingga kita bisa mengetahui bagaimana awal Tata Surya sebelum planet-planet terbentuk.

Saat ini, untuk bisa mempelajari area di sabuk kuiper Panoramic Survey Telescope & Rapid Response System (Pan-STARRS) PS1 melakukan survey di area itu untuk bisa menemukan obyek-obyek sangat redup di area yang letaknya 50 SA dari Matahari itu. Pan-STARRS merupakan teleskop 1,8 meter dengan kamer 1,4 giga pixel (1400 mega pixel).

Bacaan terkait :
Magnitudo bintang
Menuju Titik Api: Sebuah Penjelasan-tak-terlalu-teknis Tentang Prinsip Kerja Teleskop, Bagian 1: Pengantar

____

Punya pertanyaan tentang astronomi? Silahkan Tanya LS !

Pengembara Angkasa

Pengelana yang telah banyak menjelajahi angkasa raya dan ingin membagi kisahnya dengan banyak orang. Senang pula mengamen, nebeng kapal orang, dan menumpang tidur di rumah singgah antar bintang.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Saya orang awam tapi punya teori pembentukan tata bintang . Pada awalnya yang terbentuk adalah gugus galaksi yang bahan dasarnya dark matter. Dark matter bahan dasar kehidupan yang memiliki potensi kecerdasan. Adapun materi bintang beserta planet dibentuk di alam atas akibat semburan enerji dari Zat Yang Maha Pencipta. Materi bintang-planet yang jumlahnya milyaran ditangkap oleh milyaran gugus galaksi. Bentuk gugus galaksi yang 80% berupa cakram atau dua piring yang ditangkupkan bertujuan agar dapat menangkap materi bintang dan planet semaksimal mungkin. Ruang tata bintang di dalam gugus galaksi sangat bervariasi, tetapi di bagian tepinya akibat seretan rotasi bintang induk akan terbentuk sabuk kuiper. Kesimpulannya penciptaan alam semesta memiliki tujuan (alam semesta antropik) yang saat ini masih dijauhi para ilmuwan.

  • jadi andai kata ada planet besar di luar tatasurya kita berada di sabuk kuiper,akan sangat sulit untuk mendeteksinya?