Era penemuan sistem keplanetan di luar Tata Surya memang sudah dimulai belasan tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 1995, saat Michel Mayor dan timnya menemukan planet Pegasi 51 b di bintang Peg 51. Sejak saat itu sudah ditemukan 410 sistem keplanetan dengan 485 planet. Di antaranya terdapat 48 sistem multi planet, atau sistem keplanetan yang memiliki planet lebih dari 1 buah planet.
Dari ke-48 sistem multi planet tersebut, ada 15 sistem yang setidaknya memiliki 3 planet dengan rekor planet terbanyak saat ini dimiliki 55 Cancri dengan 5 planet. Setiap sistem yang ditemukan punya keunikan. Sebut saja Epsilon Eridani yang memiliki 2 buah sabuk asteroid mirip dengan Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper di Tata Surya. Kini 55 Cancri tidak lagi menjadi pemegang rekor planet terbanyak dalam sistem extrasolar. Mengapa demikian? Simak ceritanya.
Sistem Extrasolar Mirip Tata Surya
Kali ini Christophe Lovis dan tim menemukan sebuah sistem keplanetan dengan jumlah planet terbanyak di antara sistem extrasolar yang sudah ada.
Penemuan 6 exoplanet disertai bukti keberadaan 1 exoplanet lainnya di dalam sistem membawa sistem extrasolar di bintang HD 10180 menjadi kandidat sistem extrasolar dengan exoplanet terbanyak. Kandidat yang belum dikonfirmasi sebagai planet ini, memiliki massa terendah yang pernah ditemukan dalam dunia exoplanet.
Tak hanya itu, ke-7 planet ini juga membawa manusia pada khazanah baru sebuah sistem yang hampir “serupa” dengan Tata Surya terutama dalam hal jumlah planet yang mengitari bintang induk. Hal menarik lainnya, ditemukan juga bukti kalau jarak planet dari bintangnya mengikuti pola umum yang juga terlihat di Tata Surya.
Apa artinya penemuan ini? Tak lain tak bukan, perjalanan pencarian “dunia lain” memasuki era baru dimana sistem keplanetan yang umum bukan hanya terdiri dari 1 atau 3 planet. Ini merupakan awal era sistem keplanetan yang kompleks dimana pergerakan di dalam sistemnya akan melibatkan interaksi gravitasi yang kompleks di antara planet-planet. Dan keseluruhan informasi inilah yang akan membawa manusia pada pemahaman akan perjalanan evolusi sistem untuk jangka waktu yang panjang. Atau lebih sederhana lagi, manusia bisa mempelajari perjalanan evolusi sebuah sistem keplanetan yang tak jauh berbeda dari Tata Surya.
Pengamatan dengan HARPS
Dengan menggunakan spektograf HARPS yang dipasang pada teleskop 3,6 meter milik ESO di La Silla, Chille, Christophe Lovis dan tim melakukan pengamatan pada bintang HD 10180 yang berada pada jarak 127 tahun cahaya di konstelasi Hydrus selama 6 tahun. HARPS sendiri merupakan instrumentasi pemburu exoplanet kelas wahid yang ada saat ini karena memiliki stabilitas pengukuran dan presisi yang sangat baik.
Setelah melakukan pengamatan, para astronom berhasil mendeteksi gerak maju mundur atau gerak bolak balik atau getaran yang sangat kecil dari bintang sebagai akibat gaya tarik gravitasi yang kompleks dari 5 atau bahkan lebih banyak lagi planet. Lima sinyal yang paling kuat datang dari planet-planet seukuran Neptunus dengan massa antara 13 – 25 massa Bumi dan mengorbit bintang dengan periode 6 – 600 hari. Dalam sistem HD 10180, planet HD 10180 c,d,e,f,g berada pada jarak 0,06 dan 1,4 kali jarak Bumi – Matahari dari bintang induknya. Sementara planet terluar yakni HD 10180 h yang diperkirakan mirip Saturnus memiliki massa minimum 65 massa Bumi mengorbit dalam 2200 hari (6,02 tahun) pada jarak 3,4 SA.
Selain ke-6 planet yang dilihat, tim ini juga menemukan bukti keberadaan 1 planet lainnya. Planet yang berada paling dekat dengan bintang induk ini mengorbit pada jarak sekitar 3,3 juta km atau 2% jarak Bumi – Matahari (0,2225 SA). Satu tahun di planet ini akan berakhir dalam sekejap yakni 1,18 hari di Bumi atau dalam kisaran 28,32 jam. Obyek ini menyebabkan getaran yang sangat lemah pada bintang, yakni hanya 3 km/jam, dan sangat sulit untuk diukur. Tapi jika memang obyek ini bisa dikonfirmasi sebagai planet, ia akan menjadi contoh lain bagi keberadaan planet batuan panas, mirip dengan Corot-7b.
Keunikan Sistem Extrasolar HD 10180
Sistem keplanetan yang baru ditemukan disekeliling HD 10180 ini memiliki beberapa keunikan. Yang pertama, ke-5 planetnya yang seukuran Neptunus berada dalam jarak yang sama dengan jarak orbit Mars. Artinya, sistem ini punya populasi yang lebih banyak dari tata Surya di area bagian dalamnya dan sistem HD 10180 memiliki planet yang lebih masif di area tersebut. Planet-planet dalam sistem extrasolar HD 10180 tidak memiliki planet gas raksasa serupa Jupiter, dan kesemua planetnya memiliki orbit yang hampir lingkaran.
Sebelum sistem HD 10180, sistem 55 Cancri diketahui memiliki 5 buah planet dengan 2 planet merupakan planet gas raksasa. Keberadaan HD 10180 yang hanya memiliki planet bermassa rendah memang tampaknya umum terjadi namun sayangnya proses pembentukan masih menjadi misteri.
Dari data yang didapat untuk sistem HD 10180 dan data sistem keplanetan lainnya, para astronom juga menemukan kesamaan dengan hukum Titus-Bode yang ada di Tata Surya. Jarak planet-planet dari bintang induk tampaknya mengikuti pola umum, dan menurut Michel Mayor salah satu anggota tim penemu sistem HD 10180 yang juga penemu exoplanet pertama pada bintang serupa Matahari, “ini akan menjadi tanda dari proses pembentukan sistem keplanetan”.
Hasil penting lainnya, tampaknya ada hubungan antara massa sistem keplanetan dengan massa konten kimiawi bintang induk. Semua sistem keplanetan yang sangat masif ditemukan mengelilingi bintang masif dan kaya elemen berat sementara 4 sistem keplanetan dengan massa yang kecil ditemukan pada bintang bermassa rendah dan miskin elemen berat. Elemen berat disini dimaksutkan untuk elemen selain Hidrogen dan Helium. Kondisi ini justru menjadi peneguhan bagi model teoretik yang ada.
Babak baru penemuan sistem multi planet dengan jumlah planet yang lebih banyak telah dimulai. Dan perjalanan yang telah ditapaki belasan tahun lalu itu masih akan terus berlanjut diisi dengan cerita baru dari berbagai sistem keplanetan yang ada di Bima Sakti dan alam semesta.
Sumber : ESO
Tulis Komentar