fbpx
langitselatan
Beranda » Europa Dapat Mendukung Kehidupan

Europa Dapat Mendukung Kehidupan

Pernah dengar tentang keberadaan air di Europa? Satelit yang satu ini sudah sejak lama diperkirakan memiliki air dan diharapkan bisa memiliki kehidupan. Lautan global di Europa bahkan dua kali lebih banyak dari seluruh air di Bumi. 

Europa, satelit Jupiter yang memiliki air. Kredit: NASA
Europa, satelit Jupiter yang memiliki air. Kredit: NASA

Penelitian terbaru dari Richard Greenberg dari Universitas Arizona menunjukkan kelimpahan oksigen yang dapat mendukung kehidupan di lautannya. Kali ini jumlah oksigennya seratus kali lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.

Kemungkinan adanya kehidupan di Europa memang masih tidak dapat dipastikan. Bagaimana tidak, lautan yang ada di satelit Jupiter itu berada beberapa mil di bawah es yang memisahkannya dari oksigen yang terbentuk di permukaan oleh partikel bermuatan. Tanpa oksigen, kehidupan masih mungkin ada di sumber air panas di dasar lautan melalui metabolisme kimiawi, yang berdasarkan pada sulfur atau produksi metana. Tapi lagi-lagi masih belum bisa dipastikan apakah dasar lautan memiliki lingkungan yang dapat mendukung kehidupan seperti itu.

Pada akhirnya, sebuah pertanyaan penting muncul yakni apakah ada cukup oksigen yang dapat mencapai lautan sehingga dapat mendukung proses metabolisme berbasis oksigen seperti yang kita kenal.  Jawabannya muncul dari perkiraan permukaan Europa kala masih muda. Kondisi geologi dan kurangnya kawah akibat tabrakan menunjukan kondisi lapisan teratas es-nya yang mengalami pembaharuan secara terus menerus. Diperkirakan permukaan Euroa sekarang baru berusia 50 juta tahun, sekitar 1% dari usia Tata Surya.

Greenberg juga mengemukakan 3 proses umum terjadinya permukaan : peletakkan materi baru di permukaan secara berkala, proses pembukaan celah yang kemudian mengisi permukaan dengan es baru dari bawah, dan proses megganggu potongan permukaan yang ada dan menggantikannya dengan materi baru.  Dari perkiraan pembentukan oksidan di permukaan, bisa diketahui laju hataran ke lautan itu demikian cepat dan konsentrasi oksigen bisa melampaui konsentrasi di lautan di Bumi hanya dalam beberapa juta tahun.

Bahkan diperkirakan, konsentrasi oksigen akan cukup banyak untuk mendukung tidak saja mikroorganisme melainkan juga fauna makro, hewan yang lebih kompleks – mirip organisme dengan kebutuhan oksigen yang lebih tinggi.  Perbekalan oksigen yang terus menerus ini dapat mendukung sekitar 3 milyar kilogram makrofauna, dengan asumsi kebutuhan permintaan oksigennya setara dengan ikan di Bumi.

Nah, kabar baiknya, asal mula kehidupan di Europa ini bisa jadi mengalami penundaan selama beberapa milyar tahun sebelum oksigen pertama di permukaan mencapai lautan. Jika tidak ada keterlambatan ini makan pre-biotik kimia pertama dan struktur organik primitif pertama akan mengalami gangguan oleh oksidasi.  Oksidasi ini membahayakan, kecuali jika si organisme telah berevolusi dan memiliki perlindungan dari efek bahaya itu.

Perlambatan yang serupa dalam hal pembentukan oksigen di Bumi tampaknya memiliki peran yang penting di awal pertumbuhan kehidupan.

Sumber : Universe Today, AAS DPS

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • wah…bukannya baru2 ini ditemukan bukti keberadaan air di bulan?!

    Ternyata di europa juga ada. Kira-kira di tempat lain ada juga yah?

  • semoga aja ditemuin juga planet yang bisa di tempatin kayak bumi, tapi yang ngga jauh, hehee (abis yg dah ditemuin jauh banget jaraknya)

  • Tumben mbak ivie banyak salah ketik, kalau ngantuk mbo yo jangan dipaksa gitu lho.
    Air ini masih berupa unsur atau apa seh? Di London sendiri bukanya air khususnya air laut itu menjadi sebuah ancaman. Belum kota-kota besar lainnya yang paling banyak didataran rendah. Berbagai negara sudah menghabiskan milyaran dolar untuk mengantisipasi banjir besar. Kalau Jakarta seh santai2 saja tinggal tunggu nasib. 🙂