Astronomi memang telah melangkah jauh dibanding berabad-abad lampau ketika para matematikawan maupun fisikawan dan astronom memulai perjalanan ini dari pengamatan sederhana dan perhitungan-perhitungan sederhana yang justru membuka jalan bagi pengetahuan maha dasyat tentang alam semesta. Ruang maha luas yang tak bisa disentuh oleh manusia dan tetap menjadi misteri bagi peradaban di Bumi.
Di antara mereka, terdapat juga banyak wanita yang ikut ambil bagian dalam peletakkan dasar itu. Perempuan-perempuan yang bukan hanya mampu menghasilkan karya di bidang astronomi lewat pengamatan panjang dan perhitungan yang tekun, namun sekaligus menjadi tonggak sejarah kebangunan astronom wanita. Mereka adalah orang-orang yang bertarung dengan pandangan masyarakat di masanya akan perempuan dan pendidikan tinggi. Masa yang pernah menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua dan yang tidak bersahabat dalam memberi kesempatan pendidikan tinggi maupun karir bagi perempuan.
Sexism atau pemisahan gender kala itu memang terjadi di mana-mana. Namun sejarah juga memperlihatkan di tengah kondisi seperti itu, lahir ilmuwan-ilmuwan perempuan tangguh yang berkontribusi dalam membangun astronomi sebagai salah satu bidang keilmuan.
Di antara astronom perempuan yang tersebut ada Caroline Herschel (16 Maret 1750 – 9 Januari 1848), astronom asal Jerman yang menemukan beberapa komet dan menjadi asisten bagi sang kakak Sir William Herschel dalam pekerjaan astronominya. Walaupun pada awalnya ia bertindak selaku asisten, namun ia kemudian melakukan pengamatan sendiri dan berhasil menemukan objek-objek langit memukau seperti M110 (NGC 205) pasangan galaksi Andromeda, 8 buah komet, dan menemukan kembali komet Encke di tahun 1795. Caroline kemudian diberi penghargaan penghasilan tahunan sebesar 50 £ oleh George III untuk pekerjaannya sebagai asisten William Herschel. Caroline juga membantu sang kakak dalam menyusun katalog bintang yang diterbitkan tahun 1798.
Setelah kematian William, Caroline meneruskan proses verifikasi dan konfirmasi atas penemuan Wiliam dan membuat katalog nebula untuk membantu keponakannya John Herschel dalam pekerjaan astronominya. Ia kemudian dianugerahi Medali Emas untuk pekerjaannya oleh Royal Astronomical Society pada tahun 1828. Dan tak ada perempuan lainnya yang diberi penghargaan ini sampai tahun 1996 ketika Vera Rubin diberi penghargaan yang sama.
Astronom perempuan lainnya adalah Henrietta Swan Leavitt (4 Juli 1868 – 12 Desember 1921) lulusan Redcliffe College yang kemudian bekerja di Harvard College Observatory dengan tugas menghitung citra pada plat fotografi. Pekerjaan inilah yang mebawa Henrietta menemukan satu hal penting yang menjadi dasar dalam perhitungan jarak di masa depan dan menjadi dasar bagi pekerjaan Edwin Hubble.
Penemuan Henrietta itu adalah hubungan Periode-Luminositas Cepheid sebagai alat penentu jarak. Penemuan yang membuka mata manusia akan kebesaran alam semesta. Dari penemuannya ini, para astronom bisa mengukur jarak cepheid di galaksi lain dan bisa mengetahui jarak galaksi tersebut. Cepheid merupakan bukti penting kalau ada galaksi lain yang berada jauh di luar Bima Sakti. Penemuan Hanrietta Leavitt pada akhirnya mengubah teori astronomi modern. Pencapaian yang sangat penting dan luar biasa mengingat ia hampir tak pernah mendapatkan kredit selama hidupnya. Penghargaan padanya diberikan dengan memberi nama Leavitt pada asteroid dan salah satu kawah di Bulan. Peghargaan lainnya juga diberikan padanya oleh AAS dengan menemukan hubungan periode-luminositas yang ia temukan dengan namanya yakni Leavitt Period-Luminosity relation.
Astronom lainnya, Annie J. Canon ( 11 Desember 1863 – 13 April 1941) juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam klasifikasi bintang. Ia membagi bintang dalam beberapa kelas berdasarkan spektrumnya. Kelas spektrum yang ia buat inilah yang menjadi dasar klasifikasi fisis bintang dalam sejarah perkembangan astronomi sampai hari ini. Kelas yang dikenal dengan idiom Oh Be A Fine Girl and Kiss Me (O B A F G K M). Dan saat itu ia bekerja di Harvard dengan bayaran 25 sen sementara sekretaris di Harvard mendapatkan bayaran yang lebih dari itu.
Untuk pekerjaan klasifikasi bintang ini, Annie J Canon sebenarnya membuat klasifikasi yang sederhana dan lebih mudah dipahami dibanding klasifikasi yang telah dibuat sebelumnya oleh Antonia Maury maupun klasifikasi yang diajukan oleh Williamina Flemming, dua astronom wanita lainnya pada masa itu yang juga bekerja dalam mengkatalogkan bintang. Williamina Flemming juga astronom yang menemukan nebula kepala kuda.
Di masa kini, astronom wanita sudah jauh lebih banyak walaupun masih sedikit dalam jumlah jika dibandingkan dengan astronom pria. Sebut saja Vera Rubin, wanita kedua yang mendapatkan medali emas dari Royal Astronomical Society setelah Caroline Herschel. Ia adalah astronom yang menjadi pioner dalam mempelajari laju rotasi galaksi. Ibu dari 4 anak ini pernah mendaftarkan dirinya ke Princeton untuk melanjutkan studi setelah menamatkan pendidikan sarjananya di Vassar College. Sayangnya pada masa itu, Princeton belum menerima mahasiswa pasca sarjana perempuan untuk menempuh pendidikan. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Cornell University.
Selain Vera Rubin, ada juga Wendy Freedman yang lahir dari keluarga yang mencintai astronomi. Ia merupakan perempuan pertama yang bergabung sebagai staf sains permanen di Carneige Institutions. Ia kemudian menjabat sebagai direktur Carneige Observatory pada tahun 2003. Ketika diberi kesempatan menggunakan teleskop Hubble, Wendy dan timnya kemudian mencari konstanta Hubble yang lebih presisi dengan mengamati galaksi M100. Ia dan timnya berhasil mengidentifikasi 20 Cepheid untuk keperluan penghitungan konstanta Hubble setelah melakukan pengamatan pada 4000 bintang dalam 60 malam. ia juga memimpin timnya untuk membangun teleskop raksasa landas Bumi bernama Giant Magellan yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2018.
Dan di sepanjang tahun astronomi 2009 ini, tak pelak ada satu nama yang akan selalu diingat orang. Catherine Cesarsky, mantan Presiden IAU (International Astronomical Union) yang baru saja menyelesaikan masa jabatannya pada bulan Agustus 2009 lalu. Catherine Cesarsky pada awalnya bekerja dalam hal perambatan dan percepatan sinar kosmik dan emisi sinar gamma galaktik. Ia kemudian memimpin perancangan dan pembangunan ISOCAM kamera onboard pada Infrared Space Observatory (ISO) di ESA. Ibu dua anak ini pernah menjadi Direktur ESO (European Southern Observatory) dari tahun 1999 – 2007 dan menjabat sebagai presiden IAU dari tahun 2006-2009.
Di akhir masa jabatannya Catherine Cesarksy memang membawa astronomi turun ke masyarakat melalui pencanangan Tahun Astonomi 2009. Tahun yang menjadi pergerakkan awal maupun pemicu bagi perkembangan astronomi di masa mendatang dan pembangunan astronomi di negara-negara berkembang. Di antara berbagai program yang dicanangkan dalam tahun astronomi 2009, ada sebuah program yang dikhususkan untuk memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan dan meningkatkan minat kaum perempuan untuk mendalami sains dan astronomi. Program itu adalah She is an Astronomer.
Perempuan masa kini memang telah merambah dunia sains dan menjadi peneliti-peneliti handal yang membangun astronomi di semua sisi. Dan semua itu dimulai berabad-abad lampau oleh astronom-astronom wanita yang telah meletakkan dasar dan perubahan bagi perkembangan astronomi di masa kini. Dasar itu memang telah diisi oleh bangunan-bangunan kokoh dan megah. Namun di sudut lain dunia ini.. masih ada dasar yang belum dibangun.
Seperti kata Cesarsky dalam pidatonya di penutupan IAU`s XXVII General Assembly 2009 di Brazil, “Poin penting dalam masa kepemimpinan saya adalah persiapan dan peluncuran Tahun Astronomi 2009. Tahun yang sudah berjalan dan sampai saat ini telah melampaui harapan yang dibuat dan menjadi pengalaman yang luar biasa yang tak dapat saya lupakan. Perencanaan baru untuk pengembangan astronomi merupakan kelanjutan untuk IYA2009. Tak bisa dielakkan perencanaan itu hanya bisa mencakup bagian kecil dari aktivitas IAU, namun pekerjaan kita untuk pembangunan dunia adalah hal yang vital.”
Dan pekerjaan serta perjuangan itupun masih akan berlanjut. Bukan hanya untuk membangun astronomi di dunia, namun juga untuk memberi kesempatan lebih banyak pada perempuan untuk terus berkiprah di dunia astronomi dan sains.
bagus informasinya. mengingatkan aku waktu masih SD, suka baca2 tentang penemu2 di bidang sains. mudah2an ada astronom perempuan Indonesia yang namanya bisa disejajarkan dengan perempuan2 dalam tulisan ini
Cecilia Payne-Gaposchkin?
yaiii kelupaaan…tp ga bisa masuk semua sih…coba ah gue bikin lg.
Avivah Yamani?
: D, semangat mbak!!
Wuuiih……. astronom’na keyen……
jdiii tambah pengen jdii astronot
kita pasti bisa…..
trus semangat….