fbpx
langitselatan
Beranda » Mengarung Impian Menjelajah Tata Surya

Mengarung Impian Menjelajah Tata Surya

Semenjak zaman dahulu kala, manusia sudah terpesona dengan keindahan langit malam, Bulan dan Matahari. Tak ada manusia yang tidak terpukau ketika menemukan dirinya berada di bawah bentangan lautan bintang. Di masa lalu, manusia terpukau dengan keindahan dan keajaiban beberapa bintang yang sangat terang, yang bergerak di antara bintang-bintang yang tetap di langit. Menurut orang Yunani, bintang terang itu adalah bintang pengembara atau yang disebutnya planet.

Montase Tata Surya. Kredit : NASA

Tak hanya itu, catatan dan gambar yang ditinggalkan dalam manuskrip dari masa lalu seperti Cina, Yunani dan Anazasis menunjukan ketertarikan manusia akan fenomena alam seperti komet, dan gerhana Matahari.

Berbagai pemikiran tentang langit dan segala objek yang ada didalamnya, mengalami revolusi besar di abad ke-16 dan 17 saat Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton menghadirkan konsep dan dinamika Tata Surya , termasuk ukuran dan massa relatif obyek yang ada dan gaya yang membuat mereka mengorbit satu sama lainnya. Sebuah paradigma baru yang mengguncang dunia di masa itu namun membawa sebuah era baru bagi dunia sains, sebuah era astronomi modern kemudian hadir dan membawa manusia pada berbagai penemuan.

Kemajuan bertahap terus terjadi selama beberapa abad, namun ini tak berarti kita berheti sampai disini. Sebuah revolusi baru masih menanti kita di luar sana. Sebuah revolusi menuju zaman luar angkasa. Bulan oktober 1959, pesawat luar angkasa Luna 3 milik Soviet kembali membawa citra pertama dari wajah bulan yang ada di balik Bumi. Wajah yang senantiasa tersembunyi dari manusia. Sejak saat itu sebuah era explorasi keplanetan pun dimulai.

Selama lebih dari 8 dekade, pesawat luar angkasa telah berhasil menyambangi kedelapan planet yang ada di Tata Surya dan membawa pulang data terkait si planet, cincinnya atau tentang satelit yang dimiliki planet. Citra yang dibawa pulang para pesawat penjelajah menunjukan detil obyek yang tak kan bisa dilihat dan diduga oleh pengamatan landas bumi. Spektrum yang terukur dari panjang gelombang ultraungu sampai inframerah mengungkap keberadaan gas baru dan keadaan padatan yang ada di berbagai planet dan satelit, sementara detektor radio dan megnetometer justru berhasil mengekplorasi medan magnetik raksasa yang menyelimuti planet.

Bagi manusia di di abad-abad lampau, planet dan bintang hanya bisa terekam visual dari apa yang mereka lihat di malam hari. Gambaran utuh Tata Surya sangat sulit diimajinasikan. Karena bagi penglihatan manusia, langit dan isinya hanya bisa dilihat dari sudut pandang di bumi yang justru memberikan gambaran yang terdistorsi. Namun perkembangan astronomi modern telah membawa kita pada era baru mengenal Tata Surya.

Sang Surya yang selama ini hanya bisa dilihat dari Bumi sebagai sumber panas yang menerangi manusia di kala siang ternyata mengisi 99,8% massa di Tata Surya. Bahkan Tata Surya itu bisa dikatakan terdiri dari Matahari dan pecahan ataupun serpihan batuan disertai gas dan debu. Tapi bukan berarti serpihan-serpihan itu tidak berguna. Serpihan yang membentuk planet ini (serpihan karena dia jauh lebih kecil dari matahari. Bahkan Jupiter pun ukurannya jauh lebih kecil dari Matahari –red) bukannya tidak berarti. Di dalam gerak orbit merekalah terletak 98% momentum sudut Tata Surya.

Sang Surya tak lagi jadi misteri dalam dongeng menakutkan bagi anak-anak ketika gerhana Matahari terjadi. Gerhana pada akhirnya menjadi sebuah fenomena alam yang menjembatani kekaguman akan keindahan semesta dengan pendidikan astronomi kepada masyarakat. Berbagai misi diluncurkan untuk mempelajari Matahari dan angin Matahari.  Dan pengetahuan tentang Matahari tak lagi sebatas bola panas yang menyinari Bumi. Matahari kini diketahui memiliki tipe yang berbeda jauh dari planet-planet. Ia adalah bola plasma yang ditenagai oleh reaksi fusi nuklir di intinya. Dan kita juga jadi mengetahui serpihan yang mengelilingi Matahari itu ada yang berbentuk raksasa namun ada juga yang kecil dan berada jauh dari sang bintang.

Kini, ekstrimnya cuaca di Merkurius bukanlah hal yang aneh. Kecantikan Venus ternyata penuh balutan gas rumah kaca dan tak mampu mempertahankan kehidupan disana. Mars telah menjadi rumah baru untuk eksplorasi kehidupan lain sedangkan Jupiter, si planet raksasa ini tak hanya dikenal karena keindahannya di langit malam. Ia juga diketahui memiliki cincin tipis dan kaya materi. Tak hanya itu Io salah satu satelitnya, diduga memiliki air yang menjadi salah satu komponen yang memungkinkan kehidupan itu ada.

Saturnus, si planet bercincin ini ternyata punya banyak hal di dalam cincinnya yang bisa dieksplorasi dan Titan satelit yang setia mengikutnya memiliki kemiripan dengan Bumi purba. Tipe struktur yang tak diduga berhasil juga ditemukan di Saturnus membawa manusia pada pengetahuan baru akan kelas yang ada di cincin dan sistem cincin pada sebuah objek yang pernah terlihat.

Uranus dan Neptunus juga sudah bukan misteri bagi manusia. Citra cincin Uranus yang berhasil diambil memngunkap banyak misteri planet dingin tersebut. Bahkan si kecil Pluto kini tak lagi sendiri. Luasnya bagian terluar Tata Surya walau masih belum terjelajahi sepenuhnya telah memberikan teman bagi Pluto. Ada Sedna, Eris, Quoar, dan berbagai benda kecil lainnya yang tergabung dalam Planet Katai dan juga Sabuk Kuiper..

Asteroid, meteor, dan komet tak lagi menyembunyikan diri dalam balutan misteri menakutkan. Di antaranya adalah kumpulan materi yang gagal membentuk planet atau materi hasil tabrakan antar objek yang terperangkap di antara dua planet raksasa atau yang justru terlempar dan mengembara di Tata Surya.

Di antara mereka, ada dua komet dan empat asteroid yang telah berhasil dijelajahi pesawat luar angkasa. Pengiriman misi ke komet atau asteroid membuka kesempatan pada manusia untuk mengenali objek-objek ini dari dekat.

Pada akhirnya planet dan satelit-satelitnya jadi semakin dikenal sebagai objek-objek individual yang ada di angkasa. Dan perbedaan besar dalam hal atmosfer, medan magnet dan permukaan pada planet dan satelit justru menjadi kejutan manis yang tak dapat dibayangkan para peneliti paling imajinatif sekalipun.

Bahkan di masa ini Tata Surya tak lagi satu-satunya sistem keplanetan di alam semesta maha luas ini. Ada ratusan planet di luar Tata Surya yang juga tengah mengorbit bintangnya masing-masing. Bahkan ada di antara mereka yang mirip sistem di Tata Surya, sebut saja 47 Ursae Majoris yang mirip sistem Matahari-Jupiter-Saturnus di Tata Surya atau sistem di Epsilon Eridani yang memiliki sabuk seperti sabuk asteroid, sabuk cincin Saturnus dan sabuk Kuiper. Penemuan planet-planet ini tak lagi hanya dengan pendeteksian dengan metode tak langsung seperti metode transit. Para astronom dengan pengamatan landas angkasa berhasil mengambil citra sebuah planet pada bintang Fomalhault salah satu permata di langit selatan.

Berbagai penemuan memang telah menyingkap sejumlah misteri. Namun di tengah luasnya alam semesta, masih tersimpan  misteri lainnya di antara bintang-bintang. Sejarah perkembangan astronomi dalam pengamatan sistem-sistem keplanetan memang telah membawa manusia pada era luar angkasa dan memberi harapan yang mengisi mimpi kehidupan lain di luar Bumi maupun impian untuk berkoloni di planet lain. Toh.. mimpi penjelajahan sudah berhasil dilakukan dalam berbagai misi tanpa awak dan misi berawak telah berhasil mengirimkan manusia ke luar Bumi bahkan menginjakan kakinya di Bulan.

Tak pelak mimpi yang lain seperti tengah menanti giliran untuk dapat diwujudkan. Sama seperti Quanzhi Ye yang berhasil meraih impiannya untuk menemukan komet baru yakni komet Lulin yang akan mendekati Bumi dan menghiasi indahnya malam di langit selatan 24 februari 2009. Kini mimpi lain tengah digulirkan di tahun 2009. Sebuah mimpi untuk membawa alam semesta ke Bumi untuk diperkenalkan kepada seluruh lapisan masyarakat lewat Tahun Astronomi Internasional 2009.

Selamat menikmati Tahun Astronomi Internasional 2009

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini