fbpx
langitselatan
Beranda » Materi Kelam Membekukan Bintang

Materi Kelam Membekukan Bintang

Bintang-bintang yang lahir saat alam semesta dini atau yang juga dikenal sebagai bintang Populasi III merupakan bintang yang hidupnya singkat atau bisa dikatakan mati muda. Bintang-bintang ini terbakar setelah beberapa ratus ribu tahun. Namun, hasil penelitian terbaru menyatakan, bisa jadi bintang-bintang ini masih ada. Tidak tampaknya bintang-bintang ini adalah akibat dari interaksi mereka dengan materi kelam, yang menghentikan pertumbuhan mereka untuk sementara waktu dan menahan ekses sinar mereka yang terang. Menurut Gianfranco Bertone dari Paris Institute of Astrophysics, Prancis, bintang-bintang tersebut mengalami pembekuan dalam jangka waktu yang lebih lama daripada usia alam semesta.

Materi kelam menahan evolusi bintang normal yang lahir pada masa alam semesta dini.

Bintang yang dibekukan ini bisa jadi masih ada di pusat Bima Sakti, dan bisa memberikan informasi kondisi materi kelam yang hingga saat ini belum bisa dipahami. Bintang-bintang yang lahir pada masa awal setelah peristiwa dentuman besar ini terbentuk di dalam awan materi kelam yang rapat. Jika partikel materi kelam terbentuk dari partikel-partikel yang sudah diketahui dalam versi yang lebih berat, yang juga kita kenal dalam hal supersimetri, maka partikel-partikel itu akan kehilangan energinya melalui interaksi dengan materi normal dan tenggelam dalam pusat bintang-bintang itu.

Karena terjebak, partikel-partikel materi kelam akan saling bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain, menjadi butiran elemen partikel dan energi. Bintang yang menangkap partikel energi kelam yang cukup akan tetap memancarkan radiasi, namun sumber tenaga cahayanya bukan lagi berasal dari reaksi nuklir. Sebagai hasilnya, bintang itu akan terjebak dalam kondisi “arrested development“. Arrested development merupakan keadaan saat pengembangan bintang itu tertahan atau terhenti sementara.

Model yang ada sebelumnya menyatakan, bintang populasi III bisa tetap berada dalam kondisi beku selama ratusan ribu tahun atau bahkan lebih lama, sebelum ia menggunakan materi kelam lokal di sekitarnya untuk melanjutkan evolusinya sebagai bintang normal. Namun, penelitian terbaru menunjukkan, jika bintang awal terbentuk dalam area materi kelam yang sangat rapat seperti yang ada di dekat pusat galaksi, maka bintang-bintang itu bisa tetap berada dalam kondisi beku tanpa batas waktu.

Pada saat alam semesta dini, bintang terbentuk dalam waduk materi kelam yang besar yang masih ada sampai saat ini. Bintang-bintang yang terbentuk di waktu awal pembentukan alam semesta ini bisa dideteksi. Bintang yang membeku akan tampak jauh lebih besar dan lebih dingin dibandingkan bintang normal yang memiliki massa dan komposisi kimia yang sama.

Bintang tipe lain juga mungkin ditranformasi oleh materi kelam, dan bintang-bintang yang saat ini lahir dalam materi kelam dengan kerapatan tinggi akan dipengaruhi juga. Materi kelam juga memiliki kekuatan untuk membangkitkan bintang mati. Salah satu jenis yang mungkin dibangkitkan kembali adalah bintang katai putih, yang merupakan masa akhir bintang sekelas Matahari. Kerapatannya yang tinggi menyebabkan katai putih bisa menjadi penyerap materi kelam yang baik.

Baca juga:  Kejutan! Bintang Juga Pindah ke Galaksi Lain

Jika bintang katai putih pengembara masuk ke daerah yang berlimpah materi kelamnya, ia bisa bertransformasi menjadi pembakar materi kelam. Dan jika itu terjadi si katai putih tadi akan bersinar seperti 30 Matahari karena mereka membakar materi kelam. Jika si pembakar materi kelam ini bisa ditemukan, maka bisa dibuktikan jika materi kelam memang terdiri dari partikel supersimetri atau superpartner.

Sumber : New Scientist

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini