fbpx
langitselatan
Beranda » Apakah Ada Kehidupan di Europa?

Apakah Ada Kehidupan di Europa?

Benarkah ada kehidupan, meski pada taraf sel, di Europa? Saya tertarik ingin lebih tau tentang ini, soalnya dikatakan Europa diketemukan air bentuk cair dan ini menjadi penopang kehidupan vital yang ada bagi makhluk hidup, trims penjelasannya

Wade Wilson – Jakarta

Sampai saat ini belum ditemukan keberadaan kehidupan lain di Europa. Tapi memang benar ada air di satelit Jupiter tersebut.

Europa. Kredit: NASA
Europa. Kredit: NASA

Air. Komponen yang satu ini memang jadi syarat awal bagi sebuah planet untuk bisa dikategorikan planet yang punya potensi laik huni. Untuk menemukan planet seperti ini pun, yang dicari adalah air dalam wujud cair bukan gas maupun es. Di sebuah bintang, planet yang berpotensi laik huni bisa dicari di area laik huni bintang. Seperti halnya Bumi.

Di Tata Surya, planet yang punya kehidupan hanya Bumi. Pencarian juga dilakukan pada planet lain seperti Venus dan Mars. Venus terlalu panas bagi kehidupan. Efek rumah kaca berkelanjutan menjadi problem terbesar planet ini. Mars, si planet merah diduga punya air di masa lalu. Bukan sekarang.

Semakin jauh dari Matahari, temperatur semakin rendah. Artinya air tidak bisa bertahan dalam wujud cair. Di area ini ada planet-planet gas dan es raksasa yang mendominasi. Air di sini tentunya sudah tidak berwujud cair. Air sudah berupa es. Itu planetnya. Apalagi satelit yang mengitarinya.

Europa, satelit dari planet gas raksasa Jupiter.

Permukaan satelit ini mulus. Tidak banyak kawah dan permukaannya sangat reflektif atau punya kemampuan untuk memantulkan yang tinggi. Tentu saja permukaannya ditutupi oleh lapisan es yang tebal. Seperti sudah diduga. Air di area ini pasti membeku jadi es. Sinar Matahari yang diterima sudah semakin sedikit.

Belum ada misi penjejak ataupun orbiter di Europa. Tapi, sejak tahun 1970-an ada beberapa misi yang terbang lintas, yakni Pioneers 10 dan 11 serta Voyager 1 dan 2. Dari tahun 1995 sampai 2003, giliran wahana Galileo yang melakukan misi jangka panjang di satelit Jupiter ini dan mengirimkan informasi tentang Europa pada para ilmuwan yang ada di Bumi.

Data yang ada menunjukkan permukaan Europa yang masih muda. Mulus, tak banyak kawah. Aneh? Tentu saja.

Air di Europa

Sejak masa awal pembentukan Tata Surya, tabrakan-tabrakan yang terjadi di permukaan planet maupun satelit terjadi bertubi-tubi. Kawah yang menghiasi wajah sebuah planet menjadi penanda sejarah perjalanan sebuah planet. Lihat saja wajah Merkurius maupun Bulan yang penuh kawah. Mars juga demikian. Bumi juga punya banyak kawah. Akan tetapi, erosi dan pergerakan tektonik di Bumi menjadi faktor peremajaan wajah Bumi.

Jalur retakan di Europa yang dilihat Wahana Galileo. Kredit: NASA
Jalur patahan di Europa dan warna merah pada permukaan yang dilihat Wahana Galileo. Kredit: NASA

Tidak ada kawah artinya ada proses lain yang berlangsung di Europa yang bisa memperbaharui es dari waktu ke waktu sehingga permukaan satelit ini selalu muda.

Hasil pengamatan Galileo memperlihatkan tanda-tanda yang mengarah pada proses tektonik di Europa. Galileo memperlihatkan ada lempeng tektonik berupa gunung es atau lempengan besar es yang menutupi permukaan satelit tersebut. Lempengan es ini juga memiliki retakan dengan pola gelap di sepanjang retakan dan ada potongan es berwarna oranye kemerahan.

Gunung es di Europa juga tidak statik. Artinya ada pergeseran lempeng dan tabrakan antar lempeng es yang terjadi mirip seperti di Bumi. Proses inilah yang diduga menghapus jejak kawah di Europa. Jika ada pergeseran lempeng, maka ada indikasi keberadaan air. Kemungkinannya, Europa punya air di bawah permukaan.

Indikasi lainnya datang dari pengamatan Teleskop Hubble yang melihat keberadaan plume atau letupan geysers yang muncul di permukaan Europa. Kehadiran geysers di Europa menjadi indikasi kuat keberadaan air di bawah permukaan satelit tersebut. Letupan geysers yang muncul mirip letupan lava yang muncul saat erupsi gunung berapi di Bumi. Bedanya, di Europa bukan lava yang disemburkan melainkan air. Artinya di Europa terdapat Cyrovolcano atau gunung api yang menyemburkan air, amonia dan metana sebagai pengganti lava. Di Europa, tampaknya semburannya berupa air dan es.

Europa berada jauh dari Matahari, dan seharusnya tidak ada air di satelit ini. Artinya, ada mekanisme lain yang menghangatkan Europa dan menyebabkan air masih bisa berada dalam wujud cair. Kemungkinan selain sinar Matahari yang sedikit adalah mekanisme internal.

Setelah diselidiki, rupanya pemanasan di Europa terjadi sebagai akibat dari tidak flexing atau kita sebut saja kelenturan pasang surut.

Tidal flexing terjadi karena interaksi antara Europa, Ganymede, Io, dan Jupiter. Europa butuh 3,5 hari untuk mengelilingi Jupiter. Setiap satu mengorbit Jupiter, Io yang berada di orbit lebih dekat dengan Jupiter sudah menyelesaikan 2 kali putaran mengelilingi planet gas raksasa tersebut. Di orbit terluar ada Ganymede yang setiap satu kali menyelesaikan satu putaran pada Jupiter, maa Europa sudah menyelesaikan 2 kali orbit mengelilingi Jupiter dan Io menyelesaikan orbitnya yang ke-4.

Tanpa keberadaan satelit lain, interaksi Jupiter dan Europa akan cenderung membuat orbit Europa jadi lingkaran. Tapi, resonansi orbit Europa dengan satelit Jupiter lain di dekatnya (Ganymede dan Io) menyebabkan satelit ini bergerak mengelilingi Jupiter dengan kecepatan berbeda-beda, mendekat dan menjauhi Jupiter karena orbit yang tidak sepenuhnya lingkaran.

Ketika berada di dekat Jupiter, gaya tarik yang lebih besar menyebabkan tonjolan atau tidal bulge lebih besar. Demikian juga sebaliknya ketika berada jauh dari Jupiter. Gaya gravitasi lebih kecil, dan tonjolan jadi lebih kecil. Gerak ini mirip meremas dan meregangkan bola karet. Akibatnya, ada friksi pasang surut yang muncul di bagian dalam Europa yang kemudian menghangatkan bagian dalam satelit ini.

Panas yang dihasilkan dari friksi pasang surut ini cukup untuk membuat es di Europa bergerak dan punya energi yang cukup untuk menghapus jejak kawah.

Rupanya, panas yang dihasilkan juga cukup untuk menjaga air di bawah permukaan Europa tetap cair dan pada akhirnya meletup ke luar sebagai semburan geyser di permukaan.

Diduga, air di Europa memiliki kedalaman sampai 100 km atau jauh lebih dalam dari laut paling dalam di Bumi. Ada waduk air di bawah permukaan Europa atau kita sebut saja samudera global yang terkunci di bawah permukaan Europa. Bahkan, kalau dibandingkan dengan Bumi, jumlah air di Europa jauh lebih besar. Tapi, lokasi Europa yang jauh dari Matahari menyebabkan permukaan lautan global di Europa tersebut membeku. Diperkirakan kerak es atau lempengan es yang menutupi permukaan Europa itu memiliki ketebalan 15 – 25 kilometer.

Kehidupan di Europa

Europa punya air. Bagaimana dengan kehidupan?

Air merupakan komponen penting bagi kehidupan di Bumi. Tapi, air bukan satu-satunya komponen yang menentukan tumbuh kembangnya kehidupan di suatu planet atau satelit. Ada senyawa kimia lainnya yang dibutuhkan oleh kehidupan untuk berkembang.

Apakah lautan di Europa juga asin seperti di Bumi? Apakah ada mineral? Apakah ada percampuran senyawa kimia lainnya di lautan global Europa? Atau H2O murni?

Hasil pengamatan memperlihatkan kalau es yang berwarna oranye kemerahan merupakan indikasi kalau lautan di Europa memang mengandung garam. Pada kondisi yang sangat dingin seperti di Europa dan permukaan es yang dibombardir partikel cahaya Matahari, maka akan berwarna merah. Garam diduga berasal dari dasar lautan Europa. Jika demikian, bisa disimpulkan kalau dasar lautan Europa mengandung mineral yang naik dan mencapai permukaan.

Mungkin aneh karena di dasar lautan Europa, tidak ada sinar Matahari yang bisa menjadi sumber energi bagi bentuk kehidupan apapun yang mungkin terbentuk. Akan tetapi, jika dasar laut Europa memiliki ventilasi hidrotermal seperti yang ditemukan di dasar lautan di Bumi, maka masih ada kemungkinan bagi kehidupan untuk tumbuh.

Akan tetapi sampai saat ini, ventilasi hidrotermal di Europa belum diketahui keberadaannya karena inti Europa tidak cukup panas untuk menghasilkan batuan cair.

Tapi, jika ada… maka interaksi antara batuan dan air di dasar laut Europa bisa menghasilkan retakan pada kerak inti yang kemudian melepaskan mineral ke lautan. Reaksi antara mineral dan garam di lautan Europa bisa memimpin pada evolusi terbentuknya kehidupan. Di sisi lain, oksigen bisa dihasilkan oleh es di permukaan Europa. Radiasi yang intens dari Jupiter akan memecah molekul air jadi hidrogen dan oksigen. Pada akhirnya oksigen akan bereaksi dengan senyawa kimia lainnya di laut dan bisa membawa kita pada terbentuknya kehidupan.

Ada berbagai kemungkinan kehidupan bisa terbentuk di Europa. Tapi, sampai saat ini belum ada bentuk kehidupan apapun yang ditemukan di Europa.

Yang kita ketahui hanya ada lautan global yang asin seperti halnya di Bumi.


Punya pertanyaan tentang astronomi? Silahkan Tanya LS!

Pengembara Angkasa

Pengelana yang telah banyak menjelajahi angkasa raya dan ingin membagi kisahnya dengan banyak orang. Senang pula mengamen, nebeng kapal orang, dan menumpang tidur di rumah singgah antar bintang.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini