Selama beberapa dekade astronom telah dibutakan oleh penampakan Bimasakti. Kok bisa? Bimasakti tidaklah tampak seperti apa yang kita bayangkan dan digambarkan selama ini. Tak bisa disalahkan karena kita tinggal di dalamnya, dan tak pernah keluar untuk melihat bagaimana bentuknya.
Galaksi
Galaksi Bimasakti telah kehilangan bobotnya. Tidak tanggung-tanggung ia kehilangan sekitar triliunan Matahari. Yang pasti ini bukan karena Bimasakti sedang diet sehingga ia menjadi lebih langsing melainkan lebih kepada akurasi skala. Masalah bobot inilah yang jadi penemuan Sloan Digital Sky Survey (SDSS-II) yang akan membawa kita pada pemahaman baru mengenai Bimasakti.
Materi yang hilang di alam semesta berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari Jerman dan Belanda menggunakan satelit sinar X milik Eropa, XMM-Newton. Wah bagaimana caranya?
Bintang di langit tak selamanya akan tetap disana. Ia juga akan menjadi tua dan mati. Ada yang berakhir sebagai katai putih, lubang hitam atau supernova. Tapi ada juga bintang yang dipaksa mati sebelum waktunya. Kok bisa? Ada bintang yang hidupnya berjalan biasa saja sampai masa tua dan kemudian mati, namun ada juga bintang yang dalam hidupnya berani menempuh bahaya dan ternyata tak selamat dari bahaya tersebut. Bintang itu adalah mereka yang berani berdekatan dengan lubang hitam masif.
Menurut teori, suatu galaksi katai paling bisa dijelaskan melalui perubahan gravitasinya. Analisis gerak bintang dalam 6 galaksi kecil menunjukkan jika gravitasi galaksi katai bisa jadi lebih kuat dari gravitasi di Bimasakti.
Bintang deret utama kelas B umumnya langka dijumpai berada jauh dari bidang Galaksi. Bintang-bintang ini diyakini sebagai “bintang pelarian” yang terlontar dari bidang Galaksi usai terbentuk.
Keberadaan awan gelap dan terang di antara bintang medan telah diketahui secara visual. Dengan fotografi bermedan luas awan gelap dan terang terpotret dalam berbagai bentuk dan ukuran.