Setidaknya saat ini ada 3 pemberitaan dengan berita utama yang hampir sama. Beritanya menarik loh. Dalam ketiga berita tersebut, disebutkan Bumi tak lama lagi akan memiliki “Dua Matahari”.
Budaya
Planet minor adalah istilah yang digunakan untuk obyek langit non planet atau komet yang mengitari Matahari. Planet minor pertama yang ditemukan adalah Ceres pada tahun 1801 yang kemudian dikenal juga sebagai planet katai setelah IAU melakukan redenefinisi terhadap klasifikasi planet di tahun 2006.
Astronomi, ilmu yang satu ini hampir setua peradaban manusia itu sendiri. Bagaimana tidak, ia lahir bersama dengan kekaguman dan keingintahuan manusia akan langit dan apa yang ada di sana.
Bagi seseorang yang mengaku belajar astronomi, tidak jarang terjadi ada orang yang minta diramalkan nasibnya, seraya mengatakan bahwa bintangnya adalah X dan meminta supaya dibaca peruntungannya di masa datang. Kebanyakan hanya bercanda saja untuk membuat si astronom kesal, namun tidak sedikit pula yang serius, mengira bahwa astronomi adalah bidang studi untuk mempelajari cara-cara meramalkan masa depan berdasarkan posisi benda-benda langit.
Beberapa hari terakhir ini, langitselatan mendapat beberapa pertanyaan senada tentang Matahari.
Liburan hari Kemerdekaan Amerika Serikat (AS) tahun 2010 ini disambut dengan fenomena yang menyedihkan di AS khususnya bagian Timur Laut. Temperatur tinggi mencapai batas rekor di beberapa tempat. Masyarakat mengenalnya sebagai gelombang panas (heat wave).
Sudah hampir mendekati satu bulan gempita Piala Dunia melanda masyarakat dunia. Satu per satu tim pun pulang setelah mengalami kegagalan. Namun kegembiraan mereka yang masih terus lolos ke babak berikutnya pun semakin terasa melanda masyarakat global terutama mereka yang mencintai permainan sepakbola ini.
Angkor Wat adalah sebuah kuil Hindu yang berada di kota Siem Reap, kota kecil di bagian utara Kamboja. Kuil ini bangun pada abad ke 11 pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II.
Dunia astronomi modern disibukkan dengan penelitian extrasolar planet, dimana manusia ingin mencari “tempat tinggal” yang baru dan peluncuran teleskop luar angkasa yang akan mencari “batas” terluar alam semesta. Semua itu hebat, semua itu canggih, rumit dan mengagumkan. Tetapi, 2000 tahun yang lalu ada pekerjaan lain yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita yang tak kalah rumit dari sebuah teleskop Hubble.
Mengapa kita menyebut benda-benda langit itu dengan nama-nama asing seperti Jupiter, Saturnus, Mars, Pleiades, atau Orion? Bisakah kita menyebutnya dengan panggilan yang lebih khas “Indonesia”, seperti Respati, Batara Kala, Joko Belek atau Anggara, Lintang Kartika, Hala Na Godang atau Waluku?
“Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali, cepat, chek up mengejar kebelakangan kita ini, mengejar disegala lapangan. Lapangan politik kita kejar, lapangan ekonomi kita kejar, lapangan ilmu pengetahuan kita kejar, agar supaya kita benar-benar didalam waktu yang singkat bisa bernama Bangsa Indonesia yang besar, yang pantas menjadi mercusuar daripada umat manusia di dunia” (Soekarno, 1964, saat pemancangan tiang pertama Planetarium Jakarta).
Planetarium adalah sebuah tempat atau ruangan dengan atap berbentuk kubah untuk mensimulasikan keadaan langit yang sebenarnya, dipandang dari segala tempat di Bumi dan segala waktu. Sebuah planetarium dilengkapi proyektor bintang, biasanya terletak di tengah ruangan, yang berfungsi untuk memproyeksikan cahaya pada atap kubah planetarium, untuk menghasilkan cahaya benda-benda langit seperti bintang-bintang, planet, bulan dan lain-lain sehingga menghasilkan gambaran keadaan langit malam sebenarnya.
Katanya tahun 2012, kita akan menyaksikan kembang api raksasa. Kok bisa? Matahari kan akan mendekati siklus 11 tahunannya, yang dikenal sebagai “solar maksimum”. Kalau demikian tentunya akan ada banyak aktivitas Matahari yang bisa kita saksikan. Beberapa prediksi mengatakan siklus Matahari tersebut akan lebih kuat dibanding maksimum yang terjadi tahun 2002-2003. Para ilmuwan Matahari tentunya sudah sangat gembira menantikan kejadian ini.
Hmm … sepertinya banyak juga ya penggemar kiamat 2012. Ada apa sebenarnya, sehingga manusia sangat tertarik dan percaya dengan mudah pada isu-isu seperti ini?
Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?