fbpx
langitselatan
Beranda » Galaksi Pusaran Air: Tarian Sepasang Galaksi di Langit Malam

Galaksi Pusaran Air: Tarian Sepasang Galaksi di Langit Malam

Di antara bintang-bintang di langit malam, ada sebuah galaksi mirip pusaran air. Galaksi  megah dengan lengan spiral yang jadi pabrik kelahiran bintang-bintang baru.

Messier 51 a.k.a Galaksi Pusaran yang dipotret oleh Wijaya Sukwanto dan Robin Lim dari Trevinca Skies Remote Observatory. Kredit: Wijaya Sukwanto dan Robin Lim
Messier 51 a.k.a Galaksi Pusaran Airyang dipotret oleh Wijaya Sukwanto dan Robin Lim dari Trevinca Skies Remote Observatory. Kredit: Wijaya Sukwanto dan Robin Lim

Messier 51 atau NGC 5194 atau Galaksi Pusaran Air (Whirlpool Galaxy). Diberi nama Galaksi Pusaran Air, karena galaksi yang memiliki dua lengan spiral ini tampak seperti pusaran air di Alam Semesta. Tak cuma itu, di ujung lengan spiral terluarnya, galaksi Pusaran Air seperti sedang menyentuh atau bahkan hendak merangkul sebuah galaksi kecil lain di dekatnya. Kita mengenalnya sebagai galaksi NGC 5195.

Pasangan galaksi ini bisa ditemukan berada 31 juta tahun cahaya dari bumi di rasi Canes Venatici. Galaksi ini bisa ditemukan di utara rasi Canes Venatici yang berbatasan dengan rasi Ursa Mayor si Beruang Besar. M51 bisa ditemukan 3,5º di arah barat daya bintang Alkaid, bintang yang berada pada ekor si Beruang Besar. 

Keindahan struktur spiral yang megah serta interaksi kedua galaksi ini menjadikan pasangan ini sebagai objek favorit para pengamat langit. Dengan kecerlangan 8,1 magnitudo, galaksi M51 bisa diamati dengan telskop kecil 

Tak pelak, pasangan fotogenik ini tidak luput dari jepretan kamera astrofotografer. Kemegahan Galaksi Pusaran Air (M51) yang tampak di laman ini diabadikan oleh astrofotografer Indonesia, Wijaya Sukwanto dan Robin Lim, menggunakan teleskop Planewave CDK17 yang ditempatkan di Trevinca Skies Remote Observatory, Spanyol.

Dengan detail menakjubkan, foto ini menampilkan struktur spiral megah M51 serta interaksinya dengan galaksi pendamping, NGC 5195.

Keren kan! 

Penemuan

Galaksi Pusaran Air atau M51 pertama kali ditemukan pada 13 Oktober 1773 oleh astronom Prancis, Charles Messier. Messier saat itu sedang melakukan pengamatan untuk mencari objek bercahaya samar atau objek berdebu mirip komet. Tujuannya supaya para astronom menghindari objek-objek ini saat mencari komet. Perbedaan paling besar adalah objek berawan yang dilihat messier ini tidak bergerak melintasi langit seperti komet. Di antara objek yang diamati Messier itu, ia menemukan sebuah objek kabur yang awalnya dikira sebagai nebula. Objek ini kemudian dimasukkan ke dalam katalog objek non-komet miliknya sebagai Messier 51 (M51).

Pada saat itu, Messier 51 masih merupakan objek berawan. Delapan tahun kemudian pada tanggal 20 Maret 1781, astronom Prancis, Pierre Méchain menemukan NGC 5195, galaksi kecil yang jadi pendamping Galaksi Pusaran Air. Sementara itu, fitur lengan spiral pada Messier 51 baru ditemukan pada tahun 1845 oleh William Parsons, 3rd Earl of Rosse, dari Irlandia saat melakukan pengamatan dengan teleskop reflektor 183 cm. Teleskop yang memperoleh julukan Leviathan of Parsonstown merupakan teleskop terbesar pada masanya dan dengan teleskop ini pula Lord Rosse menemukan bentuk spiral pada beberapa nebula di langit malam. 

Pada tahun 1923, Edwin Hubble mengamati nebula Andromeda dan menemukan bintang variabel Cepheid yang membawanya pada kesimpulan bahwa Andromeda merupakan galaksi yang berbeda dari Bimasakti. Bintang variabel Cepheid adalah bintang berdenyut atau bintang yang kecerlangannya berubah secara berkala. Bintang ini kemudian dijadikan sebagai lilin penentu jarak untuk menentukan jarak galaksi-galaksi jauh. Penemuan inilah yang pada akhirnya memperlihatkan kalau M51 bukan nebula melainkan galaksi spiral. 

Fitur

Galaksi Pusaran Air merupakan galaksi dengan palung kelahiran bintang yang sangat aktif. Galaksi ini diperkirakan merentang pada jarak 23-31 tahun cahaya dari Bumi, dengan diameter 76.900 tahun cahaya. Di pusat M51 terdapat monster pelahap materi, lubang hitam supermasif yang massanya bisa mencapai jutaan massa Matahari. 

Di pusat M51 yang terang terjadi tabrakan gas dan ledakan bintang yang terjadi seiring terjadinya akresi yang menghasilkan radiasi saat materi ditarik masuk ke dalam lubang hitam. Sementara itu, di sepanjang lengan spiral nan anggun inilah terdapat jalur panjang bintang, gas, dan debu. Dan pada lengan-lengan spiral inilah terdapat pabrik raksasa pembentukan bintang-bintang baru di galaksi Pusaran Air.

Messier 51 tidak hanya terkenal karena lengan spiralnya saja. Lengan spiral terluar galaksi ini tampak menyentuh sebuah galaksi kecil. Galaksi NGC 5195. Kedua galaksi ini memang berpapasan cukup dekat dengan jarak sekitar 25 juta tahun cahaya. Galaksi NGC 5195 memiliki lubang hitam supermasif dengan massa 19 juta massa Matahari ini telah melintas di belakang M51 selama ratusan juta tahun. 

Papasan dekat seperti ini tentu saja bukan sekedar lewat. Ada interaksi gravitasi yang terjadi di antara keduanya dan menghasilkan arus pasang surut. 

Sekilas, NGC 5195 tampak menarik lengan spiral Galaksi Pusaran Air dan memicu terjadinya pembentukan bintang di galaksi M51. Dan pembentukan bintang ini ditandai oleh kehadiran gugus bintang-bintang muda yang terang dan tampak berwarna merah dari gas hidrogen yang bersinar di sekitarnya.

Interaksi antara kedua galaksi ini masih akan terus berlangsung layaknya sepasang penari. Akibatnya bisa terjadi pertambahan pembentukan bintang maupun distorsi pada struktur kedua galaksi. Akan tetapi, dalam skala waktu ratusan juta tahun kemudian, para astronom memperkirakan kedua pasang galaksi ini akan bergabung menjadi satu galaksi tunggal dengan bentuk tidak beraturan sebelum akhirnya membentuk galaksi elips.  


Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini