Misi Sukses! Parker selamat dalam operasi papasan dekat dengan Matahari di malam Natal pada jarak 6,2 juta km dari permukaan Sang Surya.
Rekor baru papasan dekat wahana antariksa yang dikirim untuk mempelajari Matahari dari dekat. Tak cuma itu, Paker mencatat rekor baru paling dekat dengan bintang alias inilah misi pertama yang “mencapai” bintang. Kabar kesuksesan itu diterima NASA pada tanggal 26 Desember 2024. Parker selamat dan masih bisa bekerja dengan normal.
Tapi, ini bukan yang terakhir.
Capaian di malam Natal merupakan keberhasilan papasan dekat pertama setelah terbang lintas terakhir di Venus. Keberhasilan Parker dalam operasi ini menandai awal papasan dekat lainnya pada jarak yang sama di tahun 2025 sampai akhir misi utamanya.
Wahana antariksa (wantariksa) Parker diluncurkan pada tahun 2018 menuju Matahari. Tujuannya tentu saja untuk mempelajari Matahari, atau lebih tepatnya mempelajari lapisan atmosfer teratas bintang terdekat dari Bumi tersebut. Korona Matahari.
Sejak diluncurkan, Parker melakukan tujuh kali terbang lintas di Venus selama tujuh tahun. Tujuannya tak lepas dari memanfaatkan gravitasi dan gerak orbit Venus untuk mengurangi energi orbital Parker supaya bisa mendekati Matahari. Dari terbang lintas inilah Parker memperoleh momentum yang tepat untuk mengorbit Matahari sebanyak 24 kali. Papasan dekat pertama pada jarak 24,8 juta km di bulan November 2018 dan terus mendekat sampai jarak 6,2 juta km pada tanggal 24 Desember 2024 lalu.
Menembus Panas Matahari
Perjalanan yang tidak mudah dan penuh tantangan. Untuk mendekati Matahari, Parker bergerak dari lokasi yang sangat dingin menembus angin Matahari yang bergerak dengan kecepatan 1,6 juta km/jam dengan suhu 1400ºC!
Pada terbang lintas di Venus tanggal 6 November 2024, Parker mencapai orbit yang optimal untuk mencapai jarak 6,2 juta km. Wahana Parker bergerak menembus korona dengan kecepatan 692 ribu km/jam dan akhirnya bisa berada pada jarak terdekat dengan Matahari. Jarak yang ideal untuk mempelajari proses yang terjadi di Matahari tapi tidak terlalu dekat untuk terpapar panas dan radiasi yang membahayakan Parker. Kalau permukaan Matahari panasnya hanya 5600 ºC, maka temperatur korona Matahari merentang antara 1 juta – 2 juta derajat Celsius!
Meskipun korona Matahari luar biasa panas sampai 1 juta ºC, tapi kerapatannya sangat renggang sehingga panas yang diterima Parker hanya berkisar 1400ºC. Meskipun tampaknya jauh lebih dingin, tapi panas yang diterima Parker ini bisa melelehkan alumunium dan tembaga.
Supaya Parker bisa selamat dari korona Matahari yang membara, wahana dilengkapi perisai dari komposit karbon yang dirancang untuk mencapai suhu 2600ºC. Cukup panas untuk melelehkan baja, tapi perisai yang dibuat lebar ini bisa tetap menjaga instrumen yang dibawa dalam suhu ruangan. Pada lapisan korona yang kepadatannya rendah, perisai ini akan memanas sampai 980ºC.
Menembus Atmosfer Matahari
Berita kesuksesan Parker sudah diterima. Yang masih ditunggu adalah kiriman data dari korona Matahari. Terbang pada jarak dekat tentunya akan memberikan informasi yang lebih akurat terkait Matahari dibanding informasi yang sudah kita miliki selama ini. Bisa jadi informasi dari Parker mengubah pemahaman kita tentang Matahari, bintang normal yang sedang membakar hidrogen jadi helium lewat reaksi termonuklir.
Informasi dari Wahana Parker bisa memberikan pemahaman yang lebih baik terkait dampak Matahari untuk Tata Surya, termasuk pada teknologi yang kita gunakan di Bumi dan di ruang angkasa. Kita juga bisa mempelajari cara kerja bintang untuk membantu pencarian planet laik huni di bintang lain.
Wantariksa Parker yang saat ini mengorbit di lapisan korona Matahari bertugas untuk mengumpulkan data dan mengungkap cerita dari Matahari. Di antaranya, bagaimana korona bisa sangat panas, juga menjejak asal angin Matahari, dan mencari tahu bagaimana partikel energetik bisa mengalami percepatan sampai setengah kecepatan cahaya.
Informasi dari Parker
Di sepanjang perjalanannya Parker telah mengirimkan data terkait korona dan angin Matahari. Seiring jarak yang makin dekat, data yang diterima juga jauh lebih detail. Ketika Parker untuk pertama kalinya memasuki korona Matahari, wahana ini berhasil mengirim informasi terkait partikel Matahari dan medan magnetnya. Selain itu, Parker juga menemukan adanya kerutan dengan taji dan lembah pada batas terluar korona. Wahana ini juga mengungkap asal usul struktur zig zag dalam angin Matahari, yang kita kenal sebagai “switchback atau sorot balik” di lapisan fotosfer Matahari.
Selama melintasi korona Matahari menuju jarak 6,2 juta km, Parker juga mengirimkan informasi terkait angin Matahari dan percepatannya saat menjauhi Matahari. Selain itu, Parker juga memperlihatkan bagaimana lontaran massa korona menyedot debu saat melintasi Tata Surya serta berbagai pengamatan terkait partikel energetik Matahari. Dari terbang lintas di Venus, Wahana Parker juga menangkap pancaran radio dari atmosfer Venus dan citra cincin debu di orbit planet ini.
Sampai saat ini, informasi yang kita peroleh dari Parker hanyalah transmisi kalau Parker baik-baik saja. Untuk transmisi data informasi tentang Matahari, wahana Parker baru akan mengirim data saat sudah berada pada lokasi yang aman. Data ini akan jadi informasi terkini dan terbaik yang bisa kita miliki dari Matahari. Sampai saat ini. Setidaknya Parker masih akan berpapasan beberapa kali lagi di tahun 2025, dan lagi-lagi kita akan bisa memperoleh data yang lebih detail dari Matahari tahun depan.
Tulis Komentar