fbpx
langitselatan
Beranda » Lagi-Lagi Air di Bulan

Lagi-Lagi Air di Bulan

Teleskop SOFIA mengonfirmasi keberadaan air di area yang disinari Matahari di Bulan. Penemuan ini sekaligus jadi indikasi air bisa saja ada di seluruh permukaan Bulan.

Molekul air yang dilihat SOFIA di Kawah Clavius, Bulan. Kredit: NASA/Daniel Rutter
Molekul air yang dilihat SOFIA di Kawah Clavius, Bulan. Kredit: NASA/Daniel Rutter

Air di Bulan. Kita memang berharap bisa menemukan air dalam jumlah besar di satelit pengiring Bumi tersebut. Tapi, ketika astronaut menjejakkan kakinya 51 tahun lalu di Bulan, mereka mendapati satelit Bumi itu kering dan gersang.

Tidak ada air yang tampak. Tapi ternyata Bulan tidak sekering yang diduga. Peneitian selama lebih dari dua puluh tahun terakhir memperlihatkan keberadaan air dan es.

Air di Bulan ditemukan pada wilayah dingin, gelap, dan tertutup bayangan. Jejak air dalam bentuk es paling banyak ditemukan di area kutub Bulan.

Untuk pertama kalinya, NASA mengumumkan keberadaan air pada permukaan Bulan yang disinari Matahari. Air tersebut ditemukan oleh teleskop SOFIA dan ada indikasi kalau kandungan air di Bulan lebih banyak dari yang diduga sebelumnya.

Air di Bawah Cahaya Matahari

SOFIA mendeteksi molekul air (H2O) di Kawah Clavius, salah satu kawah terbesar yang berada di belahan selatan Bulan dan bisa diamati dari Bumi. Sebelumnya SOFIA sudah mendeteksi beberapa bentuk hidrogen yang tidak bisa dibedakan apakah yang dideteksi itu air (H2O) atau justru hidroksil (OH).

Untuk pengamatan ini, SOFIA menemukan air sejumlah 0,35 liter (setara dengan satu botol kecil air) terperangkap dalam satu meter kubik tanah yang tersebar di Bulan. Untuk perbandingan air, di gurun sahara 100 kali lebih banyak dari yang dideteksi SOFIA.

Tapi, jangan bayangkan bisa ke Bulan kemudian mengali regolit dan kita bisa menemukan air begitu saja. Air yang ditemukan berbentuk molekul air dan bukan dalam bentuk kristal es yang merupakan ikatan molekul-molekul air. Jadi penemuan SOFIA mengindikasikan molekul-molekul air tersebar di seluruh permukaan.

Pertanyaannya bagaimana air bisa terbentuk dan bertahan di area yang terang di Bulan. Tidak ada atmosfer tebal di Bulan dan itu artinya molekul air pada area yang disinari Matahari akan dengan mudah dipisahkan oleh cahaya ultraungu.

Tapi, air itu bisa ditemukan SOFIA. Jika demikian tentu ada proses yang menghasilkan air dan kemudian memerangkap air di Bulan.

Ada beberapa kemungkinan yang diduga membawa atau memroduksi air di Bulan. Yang pertama adalah hujan meteorit mikro di permukaan Bulan jadi medium yang membawa air dalam jumlah kecil. Air yang dibawa meteorit ini kemudian tersimpan di permukaan Bulan.

Kemungkinan lain adalah proses dua tahap yang melibatkan angin Matahari sebagai pembawa hidrogen ke permukaan Bulan. Hidrogen yang dibawa memicu terjadinya reaksi kimia dengan mineral yang mengandung oksigen dan menghasilkan hidroksil. Sementara itu radiasi dari hantaman meteorit mikro mengubah hidroksil jadi air.

Bagaimana air bisa tersimpan juga jadi pertanyaan. Air yang terbentuk ini sepertinya terperangkap dalam butiran tanah yang strukturnya mirip manik-manik kecil. Butiran tanah dengan struktur manik-manik terbentuk ketika meteorit mikro menghantam permukaan Bulan dengan kecepatan tinggi dan panas tinggi akibat tabrakan melelehkan partikel meteori tersebut. Lelehan materi ini kemudian memadat dalam bentuk manikmanik kecil yang memerangkan molekul air di dalamnya.

Kemungkinan lain, air memang tersembunyi dalam butiran tanah Bulan dan terlindungi dari sinar Matahari.

Observatorium SOFIA

Observatorium SOFIA. Kredit: NASA/Daniel Rutter
Observatorium SOFIA. Kredit: NASA/Daniel Rutter

SOFIA atau Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy merupakan teleskop inframerah hasil kolaborasi NASA dan German Aerospace Center.

Teleskop ini unik karena beroperasi dari dalam pesawat besar. SOFIA ini observatorium yang terbang dengan pesawat jet Boeing 747  yang dimodifikasi dan dilengkapi dengan teleskop 2,6 meter pada ketinggian 13,7 km. Berada lebih tinggi dari 99% uap air di atmosfer Bumi, SOFIA bisa memperoleh pandangan yang jernih untuk melihat Alam Semesta dalam cahaya inframerah. Perlu diingat bahwa air itu menyerap cahaya inframerah Jadi berada lebih tinggi dari sebagian besar uap air itu penting.

Seperti pesawat pada umumnya, dari luar SOFIA tampak seperti pesawat yang biasa kita tumpangi saat berlibur. Tapi, di malam hari, pesawat ini akan membuka pintu besar di sampingnya sehingga teleskop yang ada di dalamnya bisa melakukan pengamatan. Dengan FORCAST atau kamera inframerah untuk objek redup, Teleskop SOFIA bisa memilih panjang gelombang 6,1 mikron untuk menyingkap molekul air di Bulan.

SOFIA sudah mempelajari alam semesta sejak 2010. Yang dipelajari adalah komik, area pembentukan bintang, pusat Bima Sakti, dan masih banyak lagi.

Melihat Jauh ke Depan

Penemuan ini sangat penting untuk eksplorasi antariksa di masa depan karena ternyata ada lebih banyak air di Bulan. Air bisa digunakan untuk mendukung kehidupan manusia di Bulan, bahan bakar wantariksa, roket, dan habitat. Itu artinya, air di Bulan bisa mendukung rencana tinggal di Bulan serta eksplorasi antariksa di masa depan.

Para ilmuwan sedang mencari tahu seberapa banyak air di Bulan dan lokasi keberadaan air. SOFIA juga terus melanjutkan penelitiannya untuk mencari air di area terang dengan harapan bisa mengetahui bagaimana air bisa ada di wilayah tersebut.

Fakta keren:

Bulan memang sangat terang di langit malam. Tapi, Bulan tidak menghasilkan cahaya. Yang kita lihat adalah pantulan cahaya Matahari.


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini