Seperti apa wajah Bumi? Setidaknya itu pertanyaan yang hadir dalam benak banyak orang. Tapi, untuk bisa ke luar Bumi dan melihat planet biru pucat ini tentu bukan perkara mudah. Setidaknya, Virgin Galactic menetapkan harga USD 200000 atau sekitar IDR 2,7 milyar untuk wisata sub-orbital.
Buat kita yang tidak mampu untuk membayar sebesar itu, mungkin foto-foto indah dari antariksa bisa menjadi pelipur lara. Foto-foto Bumi yang dipotret dari luar angkasa memberi cerita menarik dan senantiasa membuat kita berdecak kagum. Tahun 1966, untuk pertama kalinya Bumi dipotret dari luar angkasa. Foto bersejarah yang memperlihatkan Bumi terbit yang tampak dari Bulan tersebut diambil oleh Lunar Orbiter 1 dari orbit Bulan. Sejak itu, tercatat Bumi telah dipotret oleh berbagai misi, termasuk Cassini yang berada jauh di Saturnus.
Foto kali ini dipotret oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) dari orbit Mars yang jauhnya 200 juta km. Dalam foto yang dipotret MRO dengan kamera HIRISE pada tanggal 20 November 2016. Kalau biasanya HIRISE diarahkan untuk memotret permukaan Mars, kali ini HIRISE justru diarahkan ke Bumi untuk kalibrasi citra. Bumi diketahui memiliki karakteristik yang cocok untuk pengujian kamera. Pemotretan Bumi – Bulan pun dilakukan dalam beberapa panjang gelombang yakni dekat-inframerah, merah, dan biru / hijau yang kemudian disusun menjadi satu citra.
Hasil pemotretan itu tampak dalam hasil foto yang memperlihatkan warna merah, biru dan hijau. Dalam panjang gelombang dekat-inframerah, tumbuhan jadi yang paling reflektif atau paling tinggi memantulkan cahaya. Tampak, Australia berada di tengah sedangkan Asia Tenggara di kiri atas. Di kiri bawah, dari warna putihnya kita bisa menyimpulkan kalau itu adalah benua antartika.
Foto dari Mars memperlihatkan Bumi dan Bulan dalam satu citra yang sama. Keduanya sama-sama jelas. Nah, ini seharusnya tidak terjadi. Agar keduanya tampak jelas, kontras atau perbedaan kecerahan harus diatur untuk memperoleh hasil yang maksimal. Jadi, Bumi itu tiga kali lebih reflektif dari Bulan. Jika kontras tidak diubah maka Bumi akan tampak cemerlang sedangkan Bulan akan tampak sangat gelap. Karena itu, kecerlangan citra Bulan ditingkatkan sehingga ia dapat bersanding dengan Bumi dalam foto ini.
Dari foto ini kita bisa melihat Australia di tengah dan Asia Tenggara di bagian kiri atas. Sedangkan warna putih di kiri bawah memperlihatkan benua Antartika. Bulan pun terlihat cukup jelas.
Ketika MRO memotret Bumi dan Bulan pada tanggal 20 november 2016, posisi Matahari – Bumi – Mars membentuk segitiga samakaki. Dari posisi ini, hanya setengah Bumi yang diterangi Matahari atau dengan kata lain, Bumi sedang berada dalam fase kuartir pertama. Dari Bumi, Bulan juga hanya setengahnya yang disinari Matahari dan sedang menuju fase Bulan Baru. Jadi, Bulan akan berada pada sisi jauh Bumi jika dilihat dari Mars. Atau, lebih jauh 300000 km. Tapi, jika dibandingkan dengan jarak 200 juta km dari Mars ke Bumi, jarak Bumi – Bulan bisa “diabaikan”. Dan keduanya tampak berada pada jarak yang sama dari Mars. Dan Bulan pun tampak berukuran 1/4 ukuran Bumi.
Itu sedikit cerita dari foto Bumi – Bulan yang dipotret MRO dari orbit Mars.
Tapi, dari tahun 1966 ketika foto Bumi diambil oleh Lunar Orbiter 1, sejak saat itu kita disajikan foto-foto Bumi dari luar angkasa. Paling jauh adalah foto “Titik Biru Pucat” yang dipotret Voyager 1 saat valentine 1990 atau 14 Februari 1990 dari jarak 6 milyar km. Wahana Cassini juga berhasil memotret Bumi dan Bulan dari balik cincin Saturnus yang indah.
Wahana antariksa lainnya seperti MESSENGER, Juno, Rosetta, Deep Impact, Galileo, Chang’e 5 (modul uji coba), Chang’e 3 (pendarat di Bulan), Clementine, Kaguya, Akatsuki, Chandrayaan-1, Hayabusa, Lunar Reconnaissance Orbiter, Mars Express juga menyajikan foto-foto indah Bumi dari kejauhan. Foto-foto ini dipotret oleh wahana antariksa dari berbagai negara. Ada foto Bumi terbit, Bumi – Bulan, dan foto-foto Bumi sabit yang memukau. Misi Apollo 8,11,12 dan 17 juga membawa pulang foto Bumi yang dilihat dari Bulan.
Bagaimana jika suatu hari kelak, kita bisa memotret “Bumi lain” yang sedang terbit atau sedang dalam fase sabit. Tentu akan sangat menarik.
Tulis Komentar