fbpx
langitselatan
Beranda » Semarak Hujan Meteor Perseid 2016

Semarak Hujan Meteor Perseid 2016

Bersiaplah untuk menikmati pertunjukan spektakuler di langit malam pada tanggal 12-13 Agustus 2016. Kamu bisa menikmati 150 – 200 meteor Perseid setiap jamnya.

Pertunjukan spektakuler hujan meteor Perseid tahun ini akan menjadi yang terbaik selama hampir 20 tahun terakhir. Untuk itu kita patut berterimakasih pada planet raksasa Jupiter yang menyebabkan pergeseran sisa-sisa debu ekor komet Swift-Tuttle lebih dekat ke orbit Bumi. Akibatnya, kita di Bumi bisa menikmati kehadiran lebih banyak meteor yang melintas di langit malam. Bahkan bisa mencapai 200 meteor per jam, meski awalnya diperkirakan laju meteor Perseid tahun ini adalah 150-160 meteor per jam.

Hujan meteor Perseid tanggal 13 Agustus 2016 pukul 02:00 WIB. Kredit: Star Walk
Hujan meteor Perseid tanggal 13 Agustus 2016 pukul 02:00 WIB. Kredit: Star Walk

Hujan meteor Perseid merupakan salah satu hujan meteor tahunan yang sangat dinantikan pengamat. Hujan meteor Perseid cukup konsisten mempertontonkan jumlah meteor yang tinggi di malam puncak setiap tahunnya. Tak hanya itu, kemungkinan munculnya meteor terang saat Perseid lebih tinggi dari hujan meteor lainnya.

Perseid bisa dinikmati kehadirannya di langit dari tanggal 17 Juli – 24 Agustus. Tidak perlu menunggu malam puncak untuk menikmati hujan meteor Perseid. Akan tetapi, untuk pengamat yang ingin menikmati lebih banyak meteor yang tampak dari rasi Perseus, tanggal 12-13 Agustus 2016 akan jadi momen yang tepat.

Yang Tampak Saat Berburu Hujan Meteor Perseid
Puncak hujan meteor Perseid tahun 2016 akan berlangsung tanggal 12 Agustus pukul 15:00 WIB – 13 Agustus 05:00 WIB, dengan laju 200 meteor per jam dan kecepatan meteor 59 km/detik.

Rasi Perseus yang menjadi arah datangnya hujan meteor Perseid baru terbit tengah malam. Pengamatan bisa dilakukan saat rasi Perseus sudah cukup tinggi dari horison sehingga dengan mudah bisa ditemukan di arah timur laut.

Saat puncak, Bulan sedang berada pada fase seperempat awal atau perbani awal. Bulan akan tenggelam pada pukul 01:14 WIB pada tanggal 12 Agustus dan pukul 02:04 WIB pada tanggal 13 Agustus. Karena itu pengamatan sebaiknya dilakukan setelah Bulan terbenam sehingga tidak ada cahaya Bulan yang mengganggu. Perseid bisa dinikmati sampai jelang fajar.

Sambil menanti hujan meteor Perseid, pengamat bisa menikmati planet Venus, Merkurius dan Jupiter setelah Matahari terbenam. Ketiga planet ini tampak beriringan untuk terbenam di arah barat. Selain itu, ada pasangan Bulan – Saturnus dan segitiga Saturnus – Mars – Antares di rasi Scorpius si Kalajengking yang sudah berada di zenith atau di atas kepala saat Matahari terbenam. Pada tanggal 12 Agustus, Bulan akan berpapasan dengan Saturnus pada pukul 19:10 WIB, dan hanya terpisah 4º. Beriringan dengan Bulan, planet Mars dan Saturnus akan tenggelam setelah lewat tengah malam.

Data planet yang tampak pada tanggal 12 Agustus pukul 18:00 WIB. Kredit: Heavens-above

Regulus, Venus, Merkurius, Jupiter yang tampak di langit barat setelah Matahari terbenam pukul 18:00 WIB. Kredit: Star Walk
Regulus, Venus, Merkurius, Jupiter yang tampak di langit barat setelah Matahari terbenam pukul 18:00 WIB. Kredit: Star Walk
Segitiga Saturnus-Mars-Antares di rasi Scorpius dan pasangan Bulan-Saturnus pada tanggal 13 Agustus 2016 pukul 00:16 WIB. Kredit: Star Walk
Segitiga Saturnus-Mars-Antares di rasi Scorpius dan pasangan Bulan-Saturnus tanggal 13 Agustus 2016 pukul 00:16 WIB. Kredit: Star Walk

Hujan meteor Perseid memang jadi pertunjukan yang paling dinanti. Akan tetapi sambil menunggu dan sambil menikmati kehadiran planet-planet di langit, pengamat juga bisa berburu beberapa hujan meteor minor seperti Alpha Capricornid, Delta Aquariid Selatan, Iota Aquariid Selatan, Iota Aquariid Utara, Kappa Cygnid dan Alpha Pisces Australid. Dikategorikan hujan meteor minor karena tidak banyak meteor yang tampak dari radian setiap hujan meteor tersebut. Pada umumnya merentang dari 3-5 meteor saat puncak.

Baca juga:  Chang'e 4, Dewi Bulan Yang Mengunjungi Sisi Jauh Bulan

Tapi jika tertarik, pengamat bisa berburu hujan meteor sambil menanti Perseid yang baru akan tampak lewat tengah malam. Hujan meteor Alpha Capricornid bisa ditemukan di Rasi Capricorn di arah timur setelah Matahari terbenam di barat. Kappa Cygnid bisa ditemukan di arah Utara tampak datang dari rasi Cygnus si Angsa, sedangkan hujan meteor Delta Aquariid Selatan, Iota Aquariid Selatan, dan Iota Aquariid Utara akan tampak datang dari rasi Aquarius, di pembawa air di arah timur saat rasi tersebut terbit sekitar pukul 20:00 WIB. Hujan meteor Alpha Pisces Australid akan tampak datang dari rasi Piscis Austrinus si ikan selatan. Jika kamu baru mulai melakukan pengamatan setelah tengah malam, Rasi Capricornus dan Aquarius bisa ditemukan di zenit.

Saat berburu Perseid, pengamat juga bisa menikmati kehadiran rasi Orion si Pemburu yang baru terbit setelah lewat tengah malam.

Jadi, siapkan peta bintang, teleskop jika ingin digunakan untuk mengamati planet, bintang-bintang terang atau deep sky object. Matikan lampu di halaman rumahmu atau pergilah ke area yang lebih gelap tanpa polusi cahaya.

Untuk mengamati hujan meteor, alat bantu terbaik untuk melihat lintasan cahaya di langit malam adalah mata. Gunakan indra penglihatanmu untuk menikmati keindahan langit malam hingga fajar menyingsing sambil bersantai bersama keluarga atau mungkin sambil menikmati musik kesayanganmu. Tidak perlu teleskop untuk menikmati hujan meteor.

Dari mana asal hujan meteor Perseid?
Hujan Meteor Perseid berasal dari sisa debu ekor komet Swift-Tuttle yang pernah melintasi Bumi dan diamati astronom Lewis Swift dan Horace Tuttle dari Amerika pada tahun 1862. Komet ini kembali teramati pada tahun 1992 dan memiliki periode 130 tahun. Ia akan kembali ke Bumi pada tahun 2126. Saat melintas, debu ekor komet yang berupa batuan mengalami tarikan oleh gravitasi Bumi dan masuk dalam lapisan atmosfer Bumi serta terbakar di sana. Kita yang mengamati dari Bumi akan melihatnya sebagai lintasan cahaya yang sangat cepat di malam hari.

Hujan meteor Perseid menunjukkan aktivitas yang kuat pada tahun 1990-an karena pada tahun 1992 komet 109P/Swift-Tuttle yang memiliki periode 130 tahun ini sedang berada pada periohelionnya (atau titik terdekatnya dengan Matahari). Aktivitas maksimum lainnya juga terlihat di tahun 2004 dan meskipun tahun ini diperkirakan tidak ada kemungkinan terjadi aktivitas maksimum seperti dahulu namun semua bisa saja terjadi.

Hujan meteor Perseid pertama kali dilihat oleh bangsa China kuno di kisaran tahun 36 AD. Catatan yang ada menunjukkan para pengamat tersebut melihat lebih dari 100 meteor berseliweran di pagi hari. Sejumlah penampakan meteor ini juga tercatat pernah dilihat di China, Jepang, Korea di sepanjang abad ke-8 – abad ke-11. Sayangnya di antara abad ke -12 dan 19, hujan meteor ini hanya terlihat sporadik.

Baca juga:  Hujan Meteor Leonid 2015

Hujan meteor Perseid punya tempat yang spesial utamanya bagi masyarakat di belahan utara. Karena ternyata ada kisah mengerikan tentang hujan meteor Perseid ini.

Kadang disebut sebagai “air mata St. Lawrence”, hujan meteor tahunan ini seringkali terjadi bersamaan dengan perayaan kematian orang kudus tersebut yakni setiap tanggal 10 Agustus di Italia. Dan masih menurut kepercayaan tersebut, hujan meteor ini adalah air mata dari martir yang mati demi keyakinannya.

Di tahun 1835, Adolphe Quételet, melaporkan secara resmi kehadiran hujan meteor Perseid di setiap bulan Agustus yang tampak muncul dari Rasi Perseus. Dan pengamat pertama yang melakukan perhitungan meteor Perseid yang terlihat setiap jam adalah E. Heis (Münster). ia menemukan kalau hujan meteor ini terlihat 160 meteor per jam di tahun 1839.

Selamat berburu Perseid! Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini