Gerhana Matahari 9 Maret 2016 menjadikan Indonesia pusat perhatian dunia. Kehadiran turis mancanegara untuk melihat gerhana matahari total menjadi kesempatan bagi daerah untuk menyelenggarakan berbagai acara. Dari ujung barat sampai ke timur, setiap daerah yang dilintasi totalitas gerhana sibuk melaksanakan berbagai kegiatan untuk memperkenalkan daerahnya masing-masing. Di sisi lain, Gerhana Matahari juga menjadi pintu bagi para astronom untuk memperkenalkan sains pada masyarakat luas.
Salah satunya, di kota Ambon. Meskipun Ambon tidak termasuk dalam jalur totalitas GMT 9 Maret 2016, namun kota ini masih bisa menikmati Gerhana Matahari Sebagian. Para pengamat di Ambon akan dapat melihat 87,6 % piringan Matahari tertutup oleh piringan Bulan. Tentunya, sebagai satu-satunya klub astronom amatir di kota Ambon, AAC atau Amboina Astronomi Club tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. AAC didirikan pada tahun 2012 saat fenomena Transit Venus oleh langitselatan dan HEKALEKA. Sejak saat itu, AAC turut aktif dalam memperkenalkan astronomi pada siswa di kota Ambon dan sekitarnya.
Khusus untuk peristiwa Gerhana Matahari Sebagian, AAC mengadakan sosialisasi gerhana di sekolah-sekolah yang ada di Ambon dan di kelompok belajar binaan HEKALEKA. Untuk mensukseskan acara ini, AAC bekerja sama dengan sekolah dan pengajar kelompok belajar HEKALEKA. Kegiatan berlangsung dari tanggal 22 Februari – 29 Februari, dimulai dengan kegiatan di SMA Kristen YPKPM Ambon untuk para guru dan siswa. Kegiatan selanjutnya dilaksanakan di SMP Kristen YPKPM Ambon dengan menyertakan 5 sekolah baik SMP maupun SMA.
Kegiatan sosialisasi gerhana matahari menitikberatkan pada pengenalan Gerhana Matahari dan cara aman untuk mengamati peristiwa alam tersebut. Dalam sosialisasi, para peserta diajak untuk membuat proyektor lubang jarum untuk mengamati gerhana matahari dengan aman. Materi yang mudah diperoleh dan juga mudah dibuat menjadikan proyektor lubang jarum sebagai pilihan utama untuk mengamati gerhana matahai sebagian. Apalagi, teleskop di kota ambon snagat terbatas.
Ide proyektor lubang jarum ini sangat sederhana. Bermodalkan karton yang dilubangi jarun dan ditempeli kertas sebagai layar pada sisi lain karton, pengamat bisa menikmati proyeksi Matahari pada layar dan melihat keseluruhan proses gerhana. Setelah para siswa mempelajari cara membuat proyektor lubang jarum, mereka pun mencobanya sendiri di luar ruangan.
Selain siswa SMP dan SMA, AAC juga melakukan sosialisasi pada siswa Sekolah Dasar di desa Hukurila yang berada di luar kota Ambon. Selain di Lapangan Merdeka Kota Ambon, lokasi pengamatan lainnya adalah Pantai Hukurila yang diikuti oleh siswa SD di desa tersebut.
Kegiatan sosialisasi berjalan sangat baik. para siswa yang menjadi peserta kegiatan sangat antusias dan bersemangat untuk mempelajari pembuatan proyektor lubang jarum kreasi sendiri. Hasilnya, proyektor lubang jarum itulah yang kemudian digunakan untuk melihat proses gerhana matahari sebagian di Ambon.
Selain siswa SD, SMP dan SMA, tim AAC juga melakukan sosialisasi ke kelompok belajar binaan HEKALEKA yang ada di kota Ambon. Materinya sedikit berbeda. Para peserta kelompok belajar diajak untuk bermain dan melakukan simulasi gerhana dengan menggnakan peralatan yang ada di Kotak Alam Semesta (Universe in the Box).
Usai melakukan sosialisasi ke sekolah dan masyarakat, tim AAC juga membuat sendiri proyektor lubang jarum dari karton. Tujuannya tentu saja untuk digunakan oleh masyarakat yang akan ikut serta mengamati GMS dari Lapangan Merdeka tanggal 9 Maret 2016. Selain membuat proyektor lubang jarum, tim AAC dibantu HEKALEKA juga meminjam teleskop yang ada di Universita Pattimura untuk digunakan dalam acara pengamatan GMS. Dan tentunya undangan pun disebar pada sleuruh siswa dan guru di kota Ambon untuk turut bergabung.
Akhirnya, harinya tiba. Pengamatan Gerhana Matahari Sebagian 9 Maret 2016 di Ambon berlangsung di dua lokasi. Di Lapangan Merdeka Ambon dan di Pantai Hukurila. Pengamatan di Lapangan Merdeka dilaksanakan oleh HEKALEKA bekerjasama dengan Jurusan Fisika Universitas Pattimura sebagai salah satu Universitas yang menerima Teleskop IOAA tahun 2008. Dan yang tidak disangka, antusias masyarakat kota Ambon untuk melihat gerhana sangat tinggi. Ini tampak dari antrian yang mengular layaknya antri tiket konser. Siswa yang datang juga ditemani orang tua. Mereka melihat GMS dari teleskop dan proyeksi lubang jarum pada karton yang sudah disiapkan AAC. Antusias ini diharapkan tidak pupus dan terus bertumbuh untuk mendorong kecintaan pada sains lewat astronomi. Dan harapan kami dari AAC, orang tua juga ikut mendorong dan membantu anak untuk mempelajari sains lebih baik lagi.
[divider_line]
Tulis Komentar