Setelah menikmati rangkaian hujan meteor di kala lebaran, maka mengawali kembali aktivitas, ada hujan meteor lain yang akan menjadi tontonan menarik di kala malam.
Hujan Meteor Perseid
Hujan meteor tahunan Perseid sudah dapat dinikmati kehadirannya. Hujan meteor yang sudah menampakan diri sejak tanggal 17 Juli tersebut sedang menuju puncak yang akan terjadi pada tanggal 13 Agustus dan baru akan berakhir pada tanggal 24 Agustus.
Perseid pertama kali dilihat oleh pengamat di Tiongkok pada kisaran tahun 36 M. Catatan pengamatan hujan meteor Perseid menunjukan kalau hujan meteor yang satu ini cukup lebat dan bisa mencapai lebih dari 100 meteor berseliweran di pagi hari. Sejumlah penampakan Perseid tercatat pernah dilihat di Tiongkok, Jepang, Korea di sepanjang abad ke-8 – abad ke-11. Sayangnya di antara abad ke -12 dan 19, hujan meteor ini hanya terlihat sporadik.
Di bulan Agustus, Perseid bukanlah satu-satunya hujan meteor yang terlihat, akan tetapi Perseid punya tempat yang spesial bagi masyarakat di utara. Bagi pemeluk agama Katolik, kisah Perseid seringkali diasosiasikan dengan kematian Santo Lawrence dari Roma. Bahkan, hujan meteor Perseid dianggap sebagai air mata si orang kudus yang mati sebagai martir di tahun 258 M tersebut. Karena itu, Perseid sering juga disebut sebagai “air mata Santo Lawrence”. Apalagi hujan meteor Perseid memang merupakan hujan meteor tahunan yang terjadi bersamaan dengan perayaan kematian St. Lawrence pada tanggal 10 Agustus.
Tapi, hujan meteor Perseid secara resmi dilaporkan kehadirannya setiap bulan Agustus pada tahun 1835 oleh Adolphe Quételet. Perseid tampak datang dari Rasi Perseus dan pada tahun 1839, E. Heis (Münster) menjadi orang pertama yang menghitung jumlah Perseid kala puncak. Di tahun tersebut, Perseid tampak melintas sebanyak 160 meteor setiap jamnya.
Hujan meteor Perseid merupakan sisa debu ekor komet Swift-Tuttle yang pernah melintasi Bumi dan berhasil diamati oleh Lewis Swift dan Horace Tuttle dari Amerika pada tahun 1862. Komet Swift-Tuttle yang diketahui memiliki periode 139 tahun, kembali hadir dan tampak pada tahun 1992. Ia baru akan kembali ke Bumi pada tahun 2126. Saat melintas, debu ekor komet yang berupa batuan mengalami tarikan oleh gravitasi Bumi dan masuk dalam lapisan atmosfer Bumi dan terbakar sehingga menghadirkan pemandangan hujan meteor nan indah di kala malam bagi pengamat di Bumi. Perseid menunjukkan aktivitas yang kuat pada tahun 1990-an ketika komet Swift-Tuttle sedang berada pada perihelionnya atau sedang di dekat Matahari di tahun 1992.
Di tahun 2014, Perseid akan mencapai puncak pada tanggal 13 Agustus dengan perkiraan 100 meteor yang akan melintas setiap jamnya dengan kecepatan 59 km/detik. Perseid akan terbit bersama kehadiran Rasi Perseus di timur laut saat tengah malam. Sayangnya, pertunjukan kembang api dari Perseid tidak akan dapat dinikmati dengan baik, mengingat Bulan sedang berada pada fase Purnama. Di kala Purnama, Bulan akan menjadi sumber polusi cahaya terbesar bagi langit malam.
Hujan Meteor Kappa Cygnid
Selain hujan meteor Perseid, hujan meteor lainnya yang akan mencapai puncak di bulan Agustus adalah hujan meteor skala menengah Kappa Cygnid. Pengamatan hujan meteor Kappa Cygnid pertama kali dilakukan oleh N. de Konkoly dari Hungaria saat sedang mengamati Perseid di bulan Agustus 1874. Pada saat itu ia melihat ada 7 meteor yang tampak datang dari bintang Kappa Cygni. Tapi sejak itu tidak ada pengamatan lanjutan terkait hujan meteor yang satu ini. Baru di tahun 1877, W. F. Denning dari Inggris yang memetakan keberadaan Perseid mendeteksi aktivitas lain dari bintang Kappa Cygni di tahun 1885,1886, dan 1887.
Aktivitas hujan meteor Kappa Cygni diketahui terjadi bersamaan dengan Perseid, dari tanggal 3 – 25 Agustus dan akan mencapai puncak di tanggal 18 Agustus dengan perkiraan hanya 3 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 25 km/detik. Hujan meteor ini akan tampak muncul dari bintang Kappa Cygni di rasi Cygnus si Angsa kala terbit di Utara pada jam 4 sore dan bisa dilihat di arah Utara kala matahari terbenam.
Meskipun Bulan sedang di fase Purnama dan menjadi kendala pengamatan, namun selain hujan meteor Perseid dan kappa Cygnid, hujan meteor Delta Aquariid dan Alpha Capricornid masih bisa dinikmati meskipun intensitasnya sudah tidak setinggi kala mencapai puncak. Selain itu, si planet merah Mars dan Saturnus juga bisa dinikmati kehadirannya sebelum keduanya terbenam jelang tengah malam di ufuk barat.
Kehadiran Bulan Purnama di tanggal 11 Agustus juga akan menjadi keunikan tersendiri, mengingat Bulan juga akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi (Perigee), sehingga penampakannya akan “lebih besar” dibanding saat ia berada di jarak terjauhnya dari Bumi (apogee). Yang pasti, meskipun kehadiran Bulan Purnama Perigee tampaknya akan menjadi hype di masyarakat dengan istilah Supermoon aka Bulan Super, namun ia akan menjadi alasan lain bagi kecerlangan langit di malam hari yang berdampak pada pengamatan hujan meteor.
Clear Sky!
Tulis Komentar