Mencari kehidupan lain. Topik yang satu ini tidak akan pernah berhenti untuk diperbincangkan dan diteliti karena inilah keingintahuan terbesar manusia di sepanjang zaman. Apakah ada kehidupan lain di luar Bumi? Seperti apakah kehidupan itu…
Pencarian ini membawa manusia menjelajah alam semesta untuk mencari adanya kemunkinan tersebut. Tata Surya dijelajahi, sistem luar surya atau sistem keplanetan di bintang lain juga dieksplorasi. Yang dicari pun bukan bentuk kehidupan itu tapi lingkungan yang bisa mendukung kehidupan bertumbuh. Apa itu?
Air! Komponen inilah yang dicari.
Di Tata Surya memang hanya Bumi yang diketahui mampu mendukung kehidupan dan belum ada planet lain di Tata Surya yang bisa memiliki ciri seperti Bumi. Tapi satelit Jupiter, Europa sejak lama diduga memiliki kemampuan untuk mendukung kehidupan
Air di Europa
Pada satu waktu, para peneliti mempercayai kalau permukaan Europa yang dingin diselubungi oleh lapisan es yang padat. Dan data yang diambil misi NASA menunjukkan keberadaan air dalam bentuk cair dengan volume yang sama dengan North American Great Lakes. Air atau bisa disebut juga lautan di Europa ini berada di bawah permukaan es satelit tersebut.
Data yang diperoleh menunjukkan adanya pertukaran yang signifikan antara lapisan es di Europa dan lautan di bawahnya. Informasi ini memperkuat argumen kalau lautan global di bawah permukaan Europa merupakan habitat yang berpotensi bagi kehidupan lain di Tata Surya.
Data tersebut memberikan kemungkinan menarik, namun masih harus dianalisa lebih lanjut sebelum bisa memberikan kepastian akan apa yang ada di Europa. Wahana Galileo milik NASA yang mengambil data Europa memang dikirim khusus untuk mempelajari planet gas masif tersebut besarta sebagian satelitnya.
Salah satu penemuan yang signifikan adalah keberadaan samudra air garam di bawah permukaan Europa. Lautan tersebut cukup dalam untuk bisa melingkupi seluruh permukaan Europa dan memiliki lebih banyak air dalam wujud cair dibanding seluruh lautan di Bumi. Tapi, keberadaanya yang jauh dari Matahari menyebabkan permukaan samudra di Europa tersebut membeku. Dan diperkirakan kerak es tersebut memiliki ketebalan puluhan mil.
Opini Yang Muncul
Keberadaan lautan di Europa memang menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui apakah satelit ini bisa mendukung tumbuh kembangnya kehidupan. Tapi, selalu ada opini lain yang muncul untuk menantang pemikiran manusia sekaligus untuk dikaji lebih jauh.
Salah satu opini yang muncul dalam komunitas sains adalah tebalnya kerak es yang diperkirakan buruk bagi biologi. Mengapa buruk? Ini dikarenakan tebalnya kerak es memberi kemungkinan lain kalau permukaan tidak berkomunikasi dengan lautan yang ada di bawahnya.
Tapi data yang ada menunjukkan bukti kalau lapisan es yang tebal tersebut bisa bercampur dan bukti baru lainnya menunjukkan keberadaan danau raksasa yang dangkal. Menurut Britney Schmidt dari Institute for Geophysics, University of Texas, Austin. Data ini cukup untuk membuat Europa dan lautan di dalamnya jadi lebih laik huni.
Analisa Data
Schmidt dan timnya memfokuskan penelitian pada citra Galileo yang menunjukkan dua lingkaran melingkar dan fitur bergelombang di permukaan Europa yang disebut medan chaos (kacau).
Berdasarkan proses serupa di Bumi pada lapisan es dan glesyer di bawah gunung berapi, tim ini membangun model empat langkah untuk menjelaskan bagaimana fitur ini terbentuk. Model tersebut bisa menyelesaikan konflik yang muncul dari pengamatan yang sebagian menyatakan kalau lapisan es di Europa tebal dan sebagian lainnya menyebutkan lapisan es yang tipis.
Analisa terbaru menunjukkan kalau fitur kacau di permukaan Europa terbentuk dari mekanisme yang melibatkan pertukaran antara lapisan es dan danau di bawahnya. Analisa tersebut juga memberikan model atau mekanisme pertukaran nutrisi dan energi antara permukaan dan samudra yang luas yang diduga memang sudah ada di bawa lapisan es yang tebal. Hal ini memunculkan dugaan kalau proses yang terjadi di Europa itu bisa meningkatkan potensi untuk keberadaan kehidupan di satelit Jupiter tersebut.
Sumber : NASA, John Hopkins University Applied Physics Laboratory
salam kenal mbak ivie. maaf diluar topik, komentarnya, tapi yah masih ada hubungan dg yupiter. kapan ya kita bisa mengamati gerak retrograde yupiter? dan berapa hari/bulan gerak mundur itu berlangsung?
ada lagi, kalau saya amati di jam yg sama tiap harinya bulan itu bergeraknya dari barat ke timur, apa memang revolusinya seperti itu?
dan lagi, maaf banyak tanya, para astronom itu bisa menentukan ketinggian benda langit sekian derajat, bagaimana menentukan horison acuannya, kalau bukan di tepi laut misal di tempat yg konturnya tidak rata?
gerak retrograde yupiter terjadi selama 4 bulan dan terjadi setiap 9 bulan.
kalau soal Bulan itu nanti saya bikin tulisannya aja yah. 😀
Terima kasih, saya tunggu
salam kenal mbak ivie, mampir ya ke blog saya
oh ya mbak ada grup di fb yang tidak percaya dengan blackhole dan lahirnya bintang2 baru di http://www.facebook.com/groups/nazwarsyamsu/
salam kenal. Terimakasih nanti saya akan coba mampir ke grupnya juga.
Mbak tanya, gimana dengan Titan?? bukannya di situ ada samudera cair ?