fbpx
langitselatan
Beranda » Tabrakan Komet Menimbulkan Riak di Cincin

Tabrakan Komet Menimbulkan Riak di Cincin

Cincin di Saturnus dan Jupiter ternyata memiliki riak yang disebabkan oleh komet yang menabrak mereka beberapa dekade yang lalu. Hal ini diketahui dari hasil pantauan goyangan atau semacam getaran yang terjadi cincin. Informasi yang di dapat bisa mengungkap seberapa sering tabrakan komet terjadi sehingga dapat membantu para astronom untuk memetakan inti planet.

Tabrakan komet di cincin Saturnus dan Jupiter menyebabkan terjadinya riak. kredit : NASA/JPL

Proses pemantauan goyangan yang terjadi di cincin kedua planet gas raksasa itu dilakukan oleh Matthew Hedman seorang astronom dari Cornell University di Ithaca, New York dan rekan-rekannya. Apa yang mereka lihat?

Matthew dan rekan-rekannya melihat adanya riak di salah satu citra cincin Saturnus yang diambil oleh wahana ruang angkasa Saturnus. Cahaya Matahari yang menyinari si cincin dari bagian tepi memperlihatkan pita gelap dan terang yang sebelumnya tidak tampak di cincin C.

Cincin C di Saturnus merentang pada jarak 74600 km dan 92000 km dari pusat planet. Hal yang mirip bisa kita temui sehari-hari saat sinar Matahari masuk melalui atap tipis yang berombak-ombak.

Gerak bergelombang tersebut tampak karena partikel di cincin bergerak naik turun. Riak tersebut terbentuk saat ada bagian dari cincin yang mengalami kerusakan. Seiring waktu yang berlalu, kemiringan yang terbentuk itu menjadi spiral yang semakin ketat. Artinya, riak (pola bergelombang) tersebut memiliki panjang gelombang yang semakin pendek dan dengan demikian waktu pembentukannya pun semakin lama atau dengan kata lain usia pembentukannya sudah tua.

Dari hubungan tersebut, Matthew Hedman dan rekan-rekannya melakukan perhitungan yang kemudian memberi gambaran bahwa riak tersebut mulai terbentuk di tahun 1983 dan disebabkan oleh tabrakan komet yang tidak terlihat.  Saat komet itu pecah, awan reruntuhannya yang memiliki massa total  1011 and 1013 kg, menghantam partikel-partikel di cincin. Hantaman awan reruntuhan komet tersebut menciptakan kemiringan dan goyangan / getaran pada cincin.

Citra yang dihasilkan Cassini tak hanya memperihatkan riak di cincin C, tetapi juga di perbatasan cincin D yang diyakini terbentuk saat tabrakan komet yang sama.

Tabrakan Kedua
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata bukan hanya di Saturnus. Jupiter pun mengalami hal yang sama, bahkan planet gas terbesar di Tata Surya tersebut bisa memberi bukti lanjutan kalau memang kometlah yang membentuk riak di cincin.  Kali ini, tim peneliti dari SETI Institute di Mountain View, California yang dipimpin oleh Mark Showalter menemukan 2 set riak dalam citra cincin Jupiter yang diambil wahana Galileo di tahun 1996 dan 2000 serta citra dari wahana New Horizon di tahun 2007.

Hasil perhitungan Mark menunjukkan kalau reruntuhan yang membentuk riak berasal dari 2 komet yang menabrak cincin Jupiter. Tabrakan pertama diyakini terjadi pada kisaran bulan Januari dan Juni 1990 dan tabrakan kedua terjadi antara Juli dan Oktober 1994. Tanggal kejadian yang kedua tersebut cocok dengan kejadian komet Shoemaker-Levy menabrak Jupiter di bulan Juli 1994.

Baca juga:  Jupiter: Hub Antariksa ke Area Luar Tata Surya

Kedua kejadian baik di Saturnus dan Jupiter ini bisa dikatakan merupakan pasangan yang saling melengkapi. Tak hanya itu, dari hasil penelusuran kembali yang bisa mendapatkan kisaran waktu terbentuknya riak di cincin, maka bisa disimpulkan sistem cincin planet bisa menyimpan catatan tabrakan komet sampai beberapa dekade sebelumnya.

Para ilmuwan pun mulai mengatur kencan baru dengan komet. Matthew Hedman masih akan melanjutkan kencannya dengan menganalisa citra resolusi tinggi dari cincin yanga akan dihasilkan Cassini dan misi di masa depan yang diharapkan dapat memberi tanda awal terjadinya tabrakan komet.

Menurut Carl Murray, astronom di Queen Mary University of London, UK, menyebutkan bahwa pantauan pada riak akan membantu astronom menemukan lebih banyak lagi fakta bagian dalam planet seperti ukuran dan bentuk inti planet, yang kemungkinan tidaklah bulat sempurna. Bagaimana bisa?

Riak tersebut secara perlahan akan bergerak spiral ke pusat planet dengan laju yang dikendalikan oleh gravitasi yang juga bergantung dari struktur internal planet.

Menurut Murray, memang berat bagi astronom untuk bisa mengungkap lbih banyak lagi mengenai struktur inti namun partikel-partikel yang dilihat di cincin itu bisa mengungkap lebih banyak informasi.

Sumber : Nature

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini