fbpx
langitselatan
Beranda » Kepler 10b, Exoplanet Batuan Terkecil

Kepler 10b, Exoplanet Batuan Terkecil

Tampaknya harapan dan impian para pemburu planet dan juga astronom untuk menemukan keberadaan planet batuan yang seukuran Bumi sudah bisa terwujud.  Jika selama ini semua hanya berupa dugaan, penemuan kali ini justru memberi konfirmasi penting sekaligus tonggak perburuan planet batuan seukuran Bumi disekeliling bintang.

Misi Kepler

Ilustrasi planet Kepler 10b. Kredit : NASA

Selama ini kita memang telah mengenal  3 tipe exoplanet yakni planet gas raksasa, planet super Bumi panas dengan periode orbit yang pendek dan planet es raksasa. Tantangan yang muncul adalah bagaimana menemukan planet batuan dalam hal ini planet yang ukurannya 1,5 – 2 kali Bumi khususnya planet batuan yang berada dalam area laik huni.

Mengapa laik huni? Tak lain tak bukan karena harapan manusia bisa menemukan “saudara kembar” Bumi di tempat lain yang juga memiliki kehidupan seperti kehidupan yang dikenal di Bumi.

Misi Kepler milik NASA didesain khusus untuk melakukan survei pada galaksi Bima Sakti dengan  tujuan untuk menemukan planet seukuran Bumi di dalam atau di dekat zona laik huni serta untuk mensurvei dan mencari tahu dari milyaran bintang di Bima Sakti, ada berapa yang memiliki planet seperti ini.

Semenjak diluncurkan pada bulan Maret 2009, Kepler sudah berhasil menemukan 9 planet, dan planet ke-9 itu baru saja ditemukan dan ternyata menjadi konfirmasi keberadaan planet batuan di dekat bintang induk.

Kepler 10b
Planet batuan seukuran Bumi yang dilihat Kepler tersebut, bergerak mengitari bintang Kepler 10 yang berada di antara konstelasi Cygnus dan Lyra pada jarak 560 tahun cahaya. Bintang Kepler 10b ini mirip dengan matahari namun memiliki usia yang lebih tua dari Matahari yakni 11,9 milyar tahun. Bintang terang yang satu ini bisa dikategorikan cukup tenang, berputar dengan lambat dan memiliki medan magnet yang lemah. Karakteristik lainnya yang tampak adalah keberadaan bintik bintang.

Planet yang ditemukan mengorbit Kepler 10 memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi hanya 1,4 kali ukuran Bumi.  Ukuran 1,4 kali ukuran Bumi langsung menempatkan planet Kepler 10b sebagai planet terkecil yang ditemukan di luar Tata Surya saat ini. Tak hanya berukuran mirip Bumi, Kepler 10b juga merupakan planet batuan pertama yang dideteksi Kepler setelah lebih dari 8 bulan mengumpulkan data.

Saat melakukan survei pada bintang-bintang yang sudah ditargetkan, fotometer Kepler yang ultra presisi berhasil melihat adanya “peredupan” kecerlangan bintang yang sangat kecil saat planet melintas di hadapannya.  Dari penurunan kecerlangan bintang secara periodik para astronom berhasil mengetahui ukuran planet Kepler 10b dan jarak antara bintang dan sang planet juga berhasil ditentukan melalui pengukuran waktu antara satu peredupan ke peredupan berikutnya saat planet mengorbit sang bintang.

Kepler 10b menyelesaikan perjalanannya untuk mengorbit bintang induknya setiap 0,84 hari. Nah, yang menarik, si planet Kepler 10b ini berada sangat dekat dari bintang hanya berjarak 0,017 SA atau sekitar 2,55 juta km. Jarak  Kepler 10b ke bintang induknya jelas 20 kali lebih dekat dari jarak Merkurius – Matahari dan dengan demikian ia tidak masuk dalam zona laik huni bintang induknya. Keberadaannya yang dekat jelas membuat planet ini tergolong planet yang panas dengan temperatur di siang hari mencapai lebih dari 1370 derajat celsius.

Untuk bisa memastikan keberadaan sang planet, pengamatan lanjutan kemudian dilakukan dengan menggunakan teleskop 10 meter pada W.M Keck observatory Hawaii. Dalam pengamatan ini, para astronom berhasil mengukur perubahan yang sangat kecil pada spektrum bintang atau yang disebut juga pergeseran Doppler. Pergeseran tersebut juga terjadi karena yang disebabkan oleh tarikan atau gangguan yang ditimbulkan planet terhadap bintang.

Analisa Kepler 10b
Penemuan Kepler 10b merupakan tonggak penting dalam pencarian planet yang serupa dengan Bumi. Bahkan meskipun si planet tidak berada pada zona laik huni, namun penemuan ini jelas membawa kegembiraan tersendiri karena akhirnya ada sebuah langkah untuk menemukan planet kecil di bintang lain.

Selain parameter dari si planet, para astronom juga berhasil menganalisa kondisi si planet. Sebagai salah satu bintang terang, Kepler 10 merupakan bintang target dari misi Kepler sekaligus planet pertama yang memiliki planet batuan terkecil. Dan dalam penelitiannya para astronom berhasil mendeteksi perubahan frekuensi yang tinggi pada kecerlangan bintang yang disebabkan oleh osilasi bintang atau gempa bintang. Hasil analisa inilah yang kemudian digunakan untuk menganalisa parameter Kepler 10b.

Pada data Kepler 10b terdapat sinyal yang jelas dari gelombang cahaya yang bergerak di dalam bintang. Informasi inilah yang kemudian digunakan untuk lebih memahami kondisi bintang induknya. Seperti halnya gempa bumi dipelajari untuk mengetahui interior Bumi maka hal yang sama juga diterapkan pada Kepler 10. Hasilnya, Kepler 10 merupakan bintang induk yang cirinya diketahui cukup baik di alam semesta.

Dan jelas ini kabar baik buat Kepler 10b. Parameter dan properti yang akurat dari bintang akan memberikan informasi yang juga akurat tentang si planet.

Untuk kasus Kepler 10b, keberadaannya yang demikian dekat dengan bintang menyebabkan radiasi bintang yang intens pada planet sehingga Kepler 10b tidak akan mampu untuk mempertahankan keberadaan atmosfernya.

Planet batuan yang memiliki massa 4,6 massa Bumi dengan kerapatan rata-rata 8,8 gram per centimeter kubik, menempatkan planet ini sebagai planet yang memiliki komposisi antara Bumi dan besi murni. Selain itu diperkirakan juga tanda-tanda keberadaan silikat dan besi yang mendidih di permukaan cair dan tersapu oleh radiasi bintang. Kondisi inilah yang menyebabkan planet Kepler 10b dijuluki sebagai planet vulkan atau planet berapi.

Sumber : NASA

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

6 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Wah, keren betul 🙂
    Kak, minta izin copas beberapa tulisannya ya, buat bahan karya tulis . .
    Makasih sebelumnya 🙂

    • hehehe. izin kopas jd karya tulis ga boleh. tp kalau izin menjadikan tulisan ini jd referensi karya tulisnya silahkan aja. memang untuk dishare kok. hehehehe. btw tulisanmu masih diedit yah.

      • Oke Kk, makasih 🙂
        Lho, tulisannya sudah ku kirim ke email Kk,
        tak sampai mungkin, hehehe . .
        Nanti ku kirim lg deh 😀

  • mohon konformasi jarak: yg benar 0.17 AU (seperti dalam tulisan) atau 0.017 AU (data dari internet)

  • wah kk bener-bener keren artikelnya kalo bisa di tambah artikel tentang misteri segitiga bermuda, PlanetX(Nebula), n tentang alien. heheh….. artikel bagus kk