fbpx
langitselatan
Beranda » Exoplanet Qatar-1b, Tidak Ada Batasan Dalam Sains

Exoplanet Qatar-1b, Tidak Ada Batasan Dalam Sains

Perkembangan dunia extrasolar planet memang melesat dengan cepat semenjak tahun 1995. Setiap planet yang ditemukan jelas punya keunikannya sendiri. Dan hal menarik lain adalah, para penemu planet baru tersebut bukan hanya monopoli satu negara atau benua. Kita tahu, kalau ada penemu dari Asia atau lebih spesifik lagi dari Indonesia.Nah, kali ini ada sebuah penemuan menarik lainnya yang juga membawa latar kerjasama internasional antara astronom Qatar dan para ilmuwan di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA). Hal menarik dari penemuan planet Jupiter panas baru tersebut, ia menyandang nama Qatar-1b.

Planet Tanpa Batas …

Ilustrasi planet Qatar-1b. Kredit : David A. Aguilar (CfA)

Apa istimewanya? Dari nama ini yang ingin disampaikan adalah penemuan planet pana seukuran Jupiter ini menunjukkan kalau kekuatan sains itu melintasi batas politik sekaligus meningkatkan ikatan antar bangsa. Penemuan planet Qatar-1b tak pelak menjadi contoh bagaimana sains dan komunikasi modern bisa menghapus batasan dan zona waktu. Tidak ada yang bisa memiliki bintang dan semua lapisan masyarakat jelas akan terinspirasi dari penemuan dunia lain yang berada demikian jauh.

Selain itu, menurut Dr. Khalid Al Subai pimpinan tim survei exoplanet Qatar dan direktur Qatar Foundation for Education, Science and Community Development, “penemuan planet oleh astronom Qatar juga menunjukkan komitmen dan keseriusan Qatar untuk menjadi pemimpin dalam hal inovasi sains dan riset.”

Tak hanya itu, penemuan ini sekaligus menandai awal era baru kerjasama riset astrofisika antara Qatar, Inggris dan Amerika.

Planet yang ditemukan

Tim suvei exoplanet Qatar dalam penelitiannya, memburu bintang yang berkedip atau yang meredup sesaat lamanya setiap kali ada planet yang mengorbit dirinya dan menciptakan gerhana kecil saat melintasi wajah bintang seperti yang dilihat dari Bumi. Pencarian dengan metode transit harus menyaring ribuan bintang untuk mendapatkan fraksi kecil dengan planet terdeteksi. Pengamatan dan analisa yang tidak mudah justru menciptakan peluang terjadinya kerjasama antar bangsa.

Qatar-1b ditemukan dengan menggunakan kamera medan lebar milik Qatar yang berada di New Mexico saat ia memotret langit kala cerah di awal tahun 2010. Citra yang diambil kemudian di kirim ke Inggris untuk dianalisis oleh para astronom dari St. Andrews, Universitas Leicester dan dari Qatar. Hasil analisa para astronom ini kemudian menyisakan beberapa ratus kandidat bintang yang mungkin memiliki planet.

Tim dari Harvard-Smithsonian bersama Dr. Al Subai kemudian menindaklanjuti kandidat-kandidat bintang yang diperkirakan memiliki kemungkinan paling tinggi untuk memiliki planet. Mereka kemudian melakukan pengamatan spektroskopik dengan teleskop 60 inci di Smithsonian’s Whipple Observatory, Arizona.

Pengamatan seperti ini dapat menyaring bintang ganda dengan jejak gerhana yang meniru transit planet. Tim ini juga melakukan pengukuran pada peredupan bintang lebih akurat dengan teleskop Whipple 48 inci.

Baca juga:  Temui Tetanggamu

Hasilnya, dikonfirmasikan keberadaan planet yang disebut Qatar-1b mengorbit bintang oranye tipe K yang berada pada jarak 550 tahun cahaya. Qatar-1b merupakan planet gas yang 20% lebih besar dari Jupiter dalam hal diameter dan lebih masif 10%. Ia mengorbit bintang induknya pada jarak 2,2 juta mil atau 3,5 juta km. Dan yang pasti sesuai jenisnya sebagai planet gas panas, suhu di planet Qatar-1b juga mencapai 1093 derajat Celcius.

Planet Qatar-1b menyelesaikan putarannya pada bintang induk setiap 1,4 hari atau “1 tahun di Qatar-1b” hanya 34 jam. Planet ini juga diperkirakan berada dalam kondisi terkunci secara gravitasi dengan bintang, sehingga satu sisi planet akan selalu berhadapan dengan wajah bintang. Akibatnya, planet akan berputar pada sumbunya setiap 34 jam atau 3 kali lebih lambat dari Jupiter yang berotasi dalam 10 jam.

Sumber : CfA

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini