fbpx
langitselatan
Beranda » Ledakan Nova Membersihkan Debu di Sekelilingnya

Ledakan Nova Membersihkan Debu di Sekelilingnya

Keck Interferometer di W.M Keck Observatory, Mauna Kea Hawaii berhasil mengamati ledakan bintang yang dikenal dengan nama nova dan berhasil memberikan informasi yang cukup spesifik tentang kejadian ini. Pengamatan dilakukan oleh Keck Interferometer dengan menggabungkan 2 teleskop Keck 10 meter menjadi sebuah megateleskop tunggal. Dalam pengamatan ini, Keck Interferometer menggunakan mode null untuk mengambil data nova yang dikenal dengan nama RS Ophiuchi.

Dua buah teleskop Keck 10-meter. Kredit gambar : NASA/ JPL

Dengan mode “nulling”, Keck Interferometer menekan cahaya dengan kecerlangan yang sangat tinggi dari bintang, sehingga para pengamat bisa mempelajari area disekitarnya. Instrumen ini membantu para pengamat untuk mengamati objek redup yang berada di dekat sumber yang terang.

Nulling mode ini dibangun untuk pencarian area debu di sekitar bintang, di daerah planet mungkin akan terbentuk. Dengan mode ini, cahaya yang cerlang dari bintang akan diblok. Data nova diambil oleh tim dari NASA JPL, sedangkan pengolahan data dilakukan oleh Goddard Space Flight Center, Greenbelt, Md.

Ledakan bintang katai putih RS Oph.kredit gambar : David A. Hardy & PPARC

Bintang di konstelasi Ophiuchus menjadi nova pada tanggal 12 Februari 2006. Sistem nova tersebut dikenal dengan nama RS Ophiuchi, yang terdiri dari bintang katai putih dan bintang raksasa merah. Bintang raksasa merah dalam sistem tersebut secara bertahap mengalirkan gas masif dari lapisan terluarnya. Sedangkan, bintang katai putih menangkap gas yang dialirkan tersebut dan menambah massanya dari waktu ke waktu. Saat materi semakin banyak yang dibangun di permukaan katai putih, akhirnya tercapailah temperatur kritis yang menyalakan ledakan termonuklir sehingga menyebabkan sistem tersebut menjadi sangat terang hingga 600 fold. Dalam pengamatan sebelumnya, RS Oph terlihat mengembangkan selubungnya pada tahun 1898, 1933, 1958, 1967 dan 1985. Karena itu para astronom sudah mengantisipasi kemungkinan adanya ledakan.

Tiga setengah hari setelah nova dideteksi, tim peneliti melakukan pengamatan menggunakan Keck nuller. Instrumen diset untuk meniadakan cahaya dari nova, sehingga materi disekeliling yang jauh lebih redup bisa terlihat demikian juga area ledakan yang sangat terang. Hasil pengamatan menggunakan nuller mode menunjukan bahwa tidak ada debu di dalam area yang sangat terang. Diperkirakan, ledakan yang terjadi menguapkan partikel debu di area tersebut. Namun, lebih jauh lagi dari katai putih, pada jarak mulai 20 kali jarak Bumi – Matahari, nuller merekam tanda spektrum kimia dari debu silikat. Gelombang ledakan yang terjadi belum mencapai daerah tersebut. Dengan demikian, debu tersebut sudah ada disana sebelum ledakan terjadi.

Para astronom sebelumnya menduga kalau ledakan nova akan menghasilkan debu. Namun, dari hasil pengamatan nova RS Oph, diduga debu terbentuk saat bintang katai putih membelah (atau berada di) angin bintang raksasa merah. Akibatnya, terbentuk pola baling-baling dari daerah dengan kerapatan tinggi yang mengingatkan kita pada galaksi lengan spiral. Di dalam lengan galaksi, atom akan menjadi cukup dingin dan cukup rapat sehingga atom-atom akan saling mengikat dan membentuk partikel debu. Ledakan nova justru merusak pola baling-baling tersebut, namun ia akan kembali terbentuk dalam beberapa tahun ke depan. Dengan demikian, pengamatan lanjutan dari teleskop Spitzer akan bisa melihatnya.

Sebagian besar studi RS Oph dilakukan menggunakan model spektroskopik, yang tidak bisa membedakan berbagai komponen nova secara mendetail seperti yang dilakukan interferometer. Mode nuller dari Keck mengukur satu komponen sistem RS Oph dengan akurasi 4 milli detik busur atau seukuran bola basket yang dilihat dari jarak 7500 mil.

sumber : NASA / JPL

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini