langitselatan
Beranda ยป Ekuinoks: Kala Siang dan Malam Sama Panjang

Ekuinoks: Kala Siang dan Malam Sama Panjang

Dalam satu tahun, ada dua hari ketika Matahari terbit nyaris tepat di timur, dan terbenam nyaris tepat di barat. Kita menyebutnya: ekuinoks.

Saat ekuinoks, cahaya Matahari yang diterima Bumi sama di mana-mana. Kredit: langitselatan

Dalam astronomi, ekuinoks adalah momen ketika lintasan semu Matahari di langit, ekliptika, memotong ekuator langit. 

Dari Bumi, itu berarti Matahari tepat di atas ekuator dan โ€œmenyeberangโ€ dari satu belahan langit ke belahan lainnya. Selatan ke utara, atau sebaliknya utara ke selatan. Peristiwa ini terjadi dua kali setahun, di bulan Maret dan September. 

Saat ekuinoks, Matahari terbit nyaris tepat di timur dan terbenam nyaris tepat di barat untuk hampir semua tempat di Bumi (kecuali wilayah dekat kutub). Dan ini merupakan waktu yang tepat untuk โ€œmengkalibrasiโ€ arah kota kita hanya dengan mengamati langit.

Malam sama panjang, benarkah?

Equinox atau ekuinoks, berasal dari bahasa latin yang artinya malam yang sama panjang. Kita mengenal ekuinoks sebagai hari di mana siang dan malam sama panjang, membagi hari jadi 12 jam siang dan 12 jam malam.

Tapi kenyataannya tidak persis demikian. 

Pembiasan atmosfer membelokkan cahaya dan karena kita mendefinisikan terbit dari tepi depan Matahari serta terbenam dari tepi belakangnya, durasi siang sedikit lebih panjang daripada malam. Hari ketika siang dan malam betul-betul 12 jam disebut ekuiluks, yang terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah ekinoks, bergantung pada lintang lokasi kita.

Di tahun 2025, Ekuinoks September terjadi Senin, 22 September 2025 pukul 18:19 UTC, atau untuk Indonesia, Selasa, 23 September pukul 01:19 WIB, 02:19 WITA, dan 03:19 WIT. 

Tak hanya tentang panjang siang yang sama dengan malam di semua lokasi di Bumi kecuali di kutub, ekuinoks juga menandai pergantian musim di belahan Bumi utara dan selatan.

  • Ekuinoks September menandai awal musim semi di belahan Bumi selatan, dan awal musim gugur di Utara. 
  • Ekuinoks Maret atau lebih terkenal sebagai Ekuinoks Vernal merupakan awal musim semi di belahan Bumi utara dan awal musim gugur di selatan. 

Musim sendiri terjadi karena kemiringan sumbu Bumi ~23,5ยฐ. Pada ekinoks, kemiringan itu tidak condong mengarah ke Matahari atau menjauh dari Matahari. Akibatnya kedua belahan Bumi menerima cahaya yang hampir seimbang dari Matahari.

Garis yang membelah Bumi

Bayangkan sedang berdiri di garis ekuator Bumi. Atau lebih keren lagi kalau bisa datang dan berdiri tepat di garis ekuator Bumi, dengan satu kaki di belahan utara, dan kaki lainnya menginjak belahan selatan. Jelang tengah hari, bayanganmu akan mengecil dan kemudian menghilang. 

Itulah garis khatulistiwa, titik nol lintang yang tak terlihat namun dirayakan banyak orang.  Garis khatulistiwa atau garis ekuator ini merupakan garis khayal yang membelah Bumi jadi dua bagian utara dan selatan.  Meski tak terlihat, namun di sepanjang garis khayal inilah manusia membangun tanda peringatan seakan ingin berkata: Di sinilah garis tengah dunia.

Di Indonesia, monumen untuk menandai titik lintang 0ยบ ini didirikan di berbagai kota. Sebagian berdiri tepat di 0ยฐ, sebagian lagi penanda historis, dan tetap jadi titik temu antara sains, geografi, dan budaya lokal.

Pontianak, Indonesia

Tugu Khatulistiwa di tepi Sungai Kapuas. Tugu yang jadi penanda area atau titik yang dilewati garis khatulistiwa ini dibuat pada tahun 1928 berupa tonggak dan anak panah. Saat itu, tonggak tersebut jadi penanda kedatangan ekspedisi yang dipimpin ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan garis ekuator di Kota Pontianak. Tonggak ini disempurnakan oleh arsitek Friedrich Silaban pada tahun 1938. Pada tahun 1990, dibangun kubah untuk tugu Khatulistiwa dan dibangun juga replika tgus Khatulistiwa yang lebih besar. Tugu ini diresmikan tahun 1991. 

Ketika ekuinoks, warga merayakan โ€œhari tanpa bayanganโ€ saat Matahari melintas tepat di atas kepala pada tengah hari.

Bonjol, Sumatra Barat

Planetarium Ekuator Pasaman. Kredit: Tempo

Jalan raya Trans-Sumatra melintasi khatulistiwa di sini. Ada tugu Equator dan jembatan bertuliskan โ€œAnda melewati garis khatulistiwaโ€, tempat favorit untuk berfoto satu kaki di Utara, satu lagi di Selatan. Selain itu, di sini juga dibangun Planetarium Ekuator Pasaman. Planetarium di lintang nol dalam gedung unik berbentuk Bola Bumi raksasa menjadi lokasi eduwisata menarik untuk masyarakat. Di titik nol khatulistiwa ini juga sering dibuat percobaan efek Carolis.

Koto Alam, Sumatera Barat

Tugu Equator Koto Alam. Kredit: @infosumbar/X

Di lintang 0ยบ di jalur Sumbar-Riau, ada jejak sejarah kolonial yang dikenal sebagai Sakido Mura pada jaman Jepang. Di sini, berdiri Tugu Equator Koto Alam yang disebut juga Talua Gajah. Tugu yang jadi penanda garis khatulistiwa ini berada di Kabupaten Lima Puluh Kota, Tugu dengan bola dunia ini kini tak lagi punya peta dan diwarnai merah putih.

Kinali, Pasaman Barat, Sumatera Barat

Tugu Equator Kinali di Pasaman Barat, Sumatera Barat

Satu lagi tugu ekuator di wilayah Sumatera Barat berada di Nagari Kinali, Pasaman Barat, hanya 150 km dari kota Padang. Tugu yang satu ini menampilkan bola Bumi lengkap dengan peta. Hanya saja, sudah tidak begitu terawat. Tugu ini didirikan tahun 1987 dan tampaknya sudah mengalami perbaikan dan diresmikan kembali tahun 2018.

Pelalawan, Riau

Tugu Equator berdiri di tepi jalan lintas timur menuju Jambi, di Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Riau, yang dilalui garis khatulistiwa. Tugu ini awalnya merupakan lokasi yang ditandai besi melingkar sebagai gerbang penghubung antara esa Dusun Tua dan Desa Pangkalan Lesung. Setelah direnovasi, lokasi tugu setinggi 5 meter yang awalnya merupakan area terbuka jadi ditutup pagar.

Lipat Kain, Riau

Tugu Equator Lipatkain, Kredit: Disparbud Kampar

Masih di Riau, tepatnya di desa Lipatkain Selatan, Kabupaten Kampar, Riau, berdiri tugu Equator. tugu ini sudah berkali-kali direnovasi sejak pertama kali dibangun. Awalnya tugu ini merupakan Batu Villa atau Batu Pila yang dijadikan penanda garis ekuator oleh Belanda. Namun sejak tahun 1970-an, tugu ini sudah 5 kali direnovasi dan untuk renovasi terakhir pada tahun 2019, selain tugu Equator Lipat Kain, juga ada Taman Equator Kota Lipatkain.

Mentuda, Lingga, Kepulauan Riau

Tugu Khatulistiwa dengan keris yang membelah Bumi. Kredit: Istimewa

Tugu yang satu ini baru selesai dibangun pada tahun 2024 sebagai salah satu monumen ekuator di Indonesia. Berada di Tanjung Teludas, Desa Mentuda, Kecamatan Lingga, tugu ini memang dibangun sebagai lokasi wisata dan lokasi swafoto. Desainnya juga unik karena ada keris di bagian atasnya.

Kutai Kartanegara, Kaltim

Tugu Equator Santan Ulu di Kutai Kertanegara. Kredit: Istimewa

Tugu Equator Santan Ulu merupakan bangunan segi delapan dengan pintu di tiap sisi dan tinggi sekitar 30 meter. Di puncak bangunan terdapat dua cincin yang membentuk bola dunia dan di tengah ada arah mata angin dan posisi lokasi tugu. Monumen ini berada tak jauh dari tepi jalan raya Bontang – Samarinda, tepatnya di KM25 Santan Ulu Kabupaten Kutai Kertanegara. Selain itu, di sini juga dibangun area persinggahan.

Tumbang Olong, Kalimantan Tengah

Monumen Equator di Kalimantan Tengah, Kredit: Sisparnas Kemenparekraf

Monumen equator satu ini berada di Desa Tumbang Olong, Murung Raya, Kalimantan Tengah. Tugu berukuran 4,40 meter ini memiliki anak panah yang jadi penunjuk arah. Monumen ini didirikan pada tahun 2001 sebagai penanda garis khatulistiwa yang membelah Bumi. Selain itu, monumen ini juga ditujukan untuk lokasi eduwisata bagi masyarakat.

Parigi Montong, Sulawesi Tengah

Tugu Khatulistiwa di Sulawesi Tengah. Kredit: Istimewa
Tugu Khatulistiwa di Sulawesi Tengah. Kredit: Istimewa

Kayoa, Halmahera Selatan

Tugu Khatulistiwa di jalur Trans Sulawesi atau tepatnya di Desa Sinei, Tinombo Selatan, Parigi, Sulawesi Tengah. Tugu ini juga merupakan lokasi wisata yang seringkali dikunjungi untuk berswafoto berada di dua belahan Bumi, satu kaki di utara dan satu di selatan. Tugu ini memiliki bentuk jarum raksasa yang menjadi penanda persis dari garis khatulistiwa.

Tugu khatulistiwa yang satu ini ada di Maluku Utara, tepatnya di Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan. Tugu yang diberi nama Lintas Katulistiwa Pemuda ini dibangun pada tahun 2014.

Pendirian monumen ekuator bukan hanya di Indonesia. Beberapa negara lain seperti Brasil dengan obelisk Marco Zero dan Stadion Zerao yang garis tengahnya membelah lapangan jadi belahan utara dan selatan. Selain itu ada Jam Matahari di Ekuador yang berada tepat di garis nol lintang dengan gnomonnya. Juga gerbang ekuator di Uganda yang jadi destinasi wisata dan swafoto melangkah dari Bumi belahan utara ke selatan dalam beberapa langkah. Atau peta dunia berubina dan penanda garis nol di Ilhรฉu das Rolas, Sรฃo Tomรฉ & Prรญncipe.

Monumen ekuinoks bukan sekedar penanda lokasi “tengah dunia’, tugu yang rerata jadi lokasi wisata ini juga menyimpan cerita budaya dan sejarah. Tak pelak, ekuinoks bisa jadi gerbang tidak hanya untuk edukasi sains melainkan juga budaya dan sejarah.

Aktivitas Saat Ekunioks

Fakta Keren

Happy equinox.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

Kanal LS

Toko LS
tanya LS

Paling Banyak Dicari

Fenomena Langit Bulan Desember 2025
Tahun Cahaya: Satuan Waktu atau Jarak?
Jambore Nasional Klub Astronomi 2024
Seperti Apa Bentuk Supernova?
Fenomena Langit Bulan November 2025
Fenomena Langit Bulan Oktober 2024

Langanan LS