Untuk pertama kalinya, para astronom bisa menyaksikan momen awal kelahiran planet yang mengitari bintang lain. Calon bayi exoplanet.

Penemuan ini jelas penting karena bisa menjawab keingintahuan kita sendiri terkait pembentukan Bumi maupun planet-planet di Tata Surya. Belum ada mesin waktu yang bisa membawa kita kembali untuk melihat pembentukan Matahari dan planet-planetnya. Tapi, ada cahaya yang datang dari bintang lain yang bisa membawa kita menjejak cerita di sistem berbeda.
Inilah potret bayi Tata Surya yang bisa kita lihat di bintang lain.
Cikal Bakal Bahan Penyusun Planet
Bintang yang jadi target kali ini adalah bayi bintang HOPS-315 yang berada 1300 tahun cahaya di Rasi Orion. Jika mencari bayi bintang ini di langit malam, HOPS-315 berada tak jauh dari Alnitak, bintang di sabuk Orion.
Seiring dengan pertumbuhan protobintang atau bayi bintang, di sekelilingnya sudah terbentuk juga piringan materi gas dan debu. Di dalam piringan gas dan debu inilah biasanya planet-planet terbentuk. Tapi, tentu saja di tahap ini belum ada planet yang terbentuk. Karena itu, yang dicari bukan planet tapi planetesimal, pecahan atau butiran padat pertama yang kelak jadi benih untuk membentuk protoplanet dan kemudian planet.
Di Tata Surya, materi padat pertama yang berkondensiasi atau mengembun di dekat lokasi Bumi sekarang, ditemukan terperangkap dalam meteorit purba. Para astronom menentukan usia batuan primordial ini untuk mengetahui kapan “jam” pembentukan Tata Surya mulai berdetak.
Meteorit seperti ini kaya dengan kristal mineral yang mengandung silikon monoksida (SiO). Mineral SiO ini bisa berkondensasi pada suhu yang sangat tinggi seperti pada piringan protoplanet muda. Seiring waktu, butiran padat ini mulai saling menempel dan mengikat menjadi benih-benih pembentukan planet yang terus bertambah massa dan ukurannya.
Di Tata Surya, planetesimal pertama berukuran kilometer yang kemudian bertumbuh jadi Bumi dan inti Jupiter, terbentuk segera setelah kristal mineral ini mengembun.
Proses inilah yang ditangkap JWST dan ALMA.
Kolaborasi JWST & ALMA

Potret awal pembentukan Tata Surya bisa kita saksikan tak lepas dari kolaborasi teleskop Webb di antariksa dan antena-antena teleskop radio ALMA di Chile. Kedua teleskop yang bekerja dalam panjang gelombang berbeda ini berhasil menyingkap cerita kosmik terkait kelahiran planet. JWST dengan kemampuan inframerahnya, sedangkan ALMA jadi mata yang menjejak panjang gelombang radio.
Hasilnya, kedua teleskop ini menangkap jejak materi pembentuk planet berupa mineral panas yang mulai memadat.
Lebih tepatnya, JWST mendeteksi gas SiO yang sedang berubah wujud dari gas menjadi wujud padat, sedangkan ALMA memetakan daerah terjadinya peristiwa itu di bagian dalam piringan. Hasilnya, benih padat pertama di HOPS-315 terbentuk pada lokasi di mana sabuk asteroid di Tata Surya berada.
Inilah bukti pertama bagaimana mineral panas mulai berkondensasi di dalam piringan di sekitar bayi bintang HOPS-315. Yang dilihat JWST dan ALMA adalah kehadiran SiO di sekitar bayi bintang dalam wujud gas yang terkunci dalam kristal mineral. Ini sekaligus menandai awal dimulainya proses pemadatan. Tak cuma itu, lokasinya di area sabuk asteroid menjadikan sistem ini analog yang cocok untuk mempelajari sejarah Tata Surya.
Piringan protoplanet di sekeliling HOPS-315 membuka peluang baru untuk mempelajari tahap awal pembentukan planet sebagai peran pengganti bayi Tata Surya.















Tulis Komentar