fbpx
langitselatan
Beranda » Ketika Bintang Betelgeuse Meredup

Ketika Bintang Betelgeuse Meredup

Bintang Betelgeuse meredup! Akibatnya muncul spekulasi bahwa bintang terang di rasi Orion ini sedang memasuki tahap jelang supernova. Atau dengan kata lain akan segera meledak.

Sabuk Orion dari Dayang Resort. Dipotret saat Star Party. Kredit: Alif Husnul Fikri
Rasi Orion dari Dayang Resort. Dipotret saat Star Party. Kredit: Alif Husnul Fikri

Rasi Orion merupakan konstelasi yang bisa diamati di utara maupun selatan. Orion bisa dengan mudah dikenali dari 3 bintang yang sejajar dan membentuk Sabuk Orion. Di rasi ini ada Betelgeuse dan Rigel yang posisinya bersebrangan dan merupakan bintang paling terang di Orion.

Yang jadi perhatian kali ini adalah Betelgeuse, bintang Alpha Orionis yang sejak Oktober 2019 cahayanya meredup. Akibatnya, bintang yang tadinya termasuk daftar 10 besar paling terang di langit, harus turun menjadi yang ke-21.

Perubahan kecerlangan bintang Betelgeuse bukan hal baru. Bintang di bahu kanan Orion si Pemburu ini merupakan bintang variabel yang cahayanya memang bervariasi dari waktu ke waktu, merentang dari 0,2 dan 1,2 magnitudo.

Tapi, sejak Oktober 2019, Betelgeuse terus meredup dan mencapai kecerlangan 1,3 magnitudo. Itu artinya, cahaya Betelgeuse memudar 2,5 kali dari kecerlangan maksimumnya. Atau kehilangan sekitar 60% cahayanya. Karena kecerlangan yang terus meredup dan melewati batas kecerlangan minimumnya, maka muncullah spekulasi bahwa Betelgeuse akan segera meledak.

Betelgeuse. Bintang maharaksasa merah di bahu Orion yang mudah dikenali dengan mata telanjang ini, merupakan bintang masif yang sangat terang dan sedang menjalani tahap raksasa merah sebelum mengakhiri hidupnya meledak sebagai supernova, suatu hari nanti.

Karena Betelgeuse akan meledak, maka tentu tidak mengeherankan kalau muncul spekulasi apakah meredupnya bintang yad al-Jawza menjadi pertanda kalau bintang ini akan meledak.

Jawabannya. Tidak juga.

Evolusi Betelgeuse

Ilustrasi saat Betelgeuse menggantikan Matahari. Kredit: ALMA/ESO
Ilustrasi saat Betelgeuse menggantikan Matahari. Kredit: ALMA/ESO

Betelgeuse (seharusnya) tidak akan meledak dalam waktu dekat. Bintang masif dengan massa 20 massa Matahari ini luar biasa besar. Bahkan, jika ditempatkan di Tata Surya menggantikan Matahari, Betelgeuse dengan radius 600 juta km akan menempati area sampai ke orbit Jupiter. Merkurius, Venus, Bumi, Mars dan sabuk asteroid sudah habis ditelan bintang ini. Jupiter akan berada pada jarak hampir 2 kali jarak Merkurius ke Matahari. Planet-planet gas dan es akan berevolusi.

Meskipun saat ini menempati kelas M, sebelum berevolusi menjadi maharaksasa merah, Betelgeuse merupakan bintang kelas O dengan massa antara 15-20 massa Matahari yang dengan cepat membakar habis seluruh hidrogennya menjadi helium. Ada dugaan kalau Betelgeuse merupakan bintang ganda yang sudah melahap bintang pasangannya dan menghasilkan laju rotasi dan kecepatan geraknya saat ini.

Saat ini, Betelgeuse sedang membakar helium di inti menjadi karbon. Ketika helium sudah habis menjadi karbon, inti akan mengerut dan panas. Akibatnya, reaksi pembakaran karbon berlangsung menghasilkan inti besi di pusat bintang. Pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi, inti besi terurai menjadi inti helium dan menyerap energi yang besar. Akibatnya, tekanan di pusat bintang semakin tinggi dan terjadi kerutuhan inti dengan bagian luar bintang terlontar dalam ledakan supernova tipe II.

Kapan itu akan terjadi? Betelgeuse diduga meninggalkan deret utama 1 juta tahun lalu dan saat ini sudah menghabiskan sekitar 40.000 tahun sebagai raksasa merah. Bahkan jika laju pembakaran helium di pusat bintang berlangsung luar biasa cepat pun, masih dibutuhkan sekitar 100.000 tahun lagi bagi Betelgeuse untuk menjadi supernova.
Kemungkinan untuk kita melihat ledakan Betelgeuse dalam 100 tahun ke depan masih sangat rendah.

Variasi Cahaya Betelgeuse

Betelgeuse. Kredit: ALMA (ESO / NAOJ / NRAO) / E. O’Gorman / P. Kervella
Betelgeuse. Kredit: ALMA (ESO / NAOJ / NRAO) / E. O’Gorman / P. Kervella

Betelgeuse dikenal sebagai bintang variabel yang mengalami perubahan kecerlangan. Bintang ini berdenyut. Mengembang dan mengerut secara berkala. Akibatnya, terjadi perubahan kecerlangan. Bintang yang lebih besar memiliki area permukaan yang lebih besar untuk melepaskan energi. Karena itu, bintang jadi lebih terang.

Sama dengan Betelgeuse. Bintang ini jadi lebih terang saat mengembang, dan kemudian meredup ketika mengerut. Perubahan ini terjadi secara berkala setiap sekitar 425 hari. Selain itu, hasil pengamatan fotometri juga memperlihatkan ada siklus kecerlangan lainnya yang terjadi setiap 6 tahun.

Penurunan kecerlangan yang cukup tajam yang berhasil direkam terjadi pada pertengahan tahun 1920-an. Dan peredupan pada akhir tahun 2019 merupakan yang paling tajam. Penyebabnya masih misterius. Tapi, ada dugaan kedua siklus peredupan (425 hari dan 6 tahun) sedang terjadi bersamaan sehingga terjadi penurunan kecerlangan yang demikian tajam.

Tak hanya itu. Lapisan teratas Betelgeuse merupakan lapisan konvektif. Jadi, gas panas dari dalam bintang akan naik ke permukaan, mendingin dan kemudian kembali tenggelam. Gas panas ini lebih terang sehingga bisa mengubah kecerlangan bintang. Lapisan konvektif pada lapisan teratas Betelgeuse inilah yang juga diduga sebagai penyebab perubahan kecerlangan.

Pengamatan perubahan kecerlangan pada Betelgeuse bahkan sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Suku Aborigin di Autralia menjadi salah satu yang mengenali perubahan tersebut. Akan tetapi, perubahan kecerlangan Betelgeuse sebagai bintang variabel baru dicatat ketika Sir John Herschel melakukan pengamatan pada tahun 1836.

Pada tahun 1920-an dan 1980-an, Betelgeuse tercatat pernah lebih redup selama beberapa waktu. Akan tetapi, penurunan kecerlangan yang terjadi sekarang lebih tajam dan tentunya membuat para astronom tertantang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

Jadi, tidak ada yang aneh sebenarnya. Betelgeuse hanya sedang beraktivitas seperti biasa. Dan dari data kecerlangan Betelgeuse selama 25 tahun, bintang ini akan terus meredup selama beberapa minggu sebelum kembali terang sebagai bintang Alpha Orionis.

Peredupan Cahaya Bintang & Supernova

Ketika Betelgeuse meredup sangat tajam, muncul spekulasi kalau bintang ini sedang menuju supernova. Atau dengan kata lain akan meledak!

Jadi, ketika bintang mendekati akhir hidupnya, bintang akan mengalami kehilangan massa yang sangat besar. Debu yang terlontar akan menyelubungi bintang dan menyebabkan cahaya bintang meredup sangat tajam. Tapi, sampai saat ini belum ada yang mempelajari dengan seksama bintang ketika akan meledak, saat meledak ataupun setelah hancur. Karena itu, kita tidak tahu atau lebih tepatnya belum tahu mengapa bintang jadi lebih gelap sebelum meledak.

Setelah meledak, bintang yang tadinya terang dan meredup itu akan hilang selamanya.

Sedikit berandai-andai, jika Betelgeuse terus meredup, akhirnya meledak serta bisa kita amati sekarang, maka tentu ledakannya sudah terjadi 650 tahun lalu. Itu artinya Betelgeuse sudah meledak saat abad pertengahan Eropa, dan cahaya dari bintang ini butuh waktu 650 tahun untuk sampai ke Bumi. Tepat sekali! Jarak Betelgeuse dari Bumi itu 650 tahun cahaya.

Itu artinya kalaupun Betelgeuse meledak, tidak akan ada efek kerusakan apapun bagi Bumi. Yang bisa kita kenali hanyalah bintang di bahu Orion ini akan seterang Bulan Purnama di malam hari dan masih cukup terang untuk bisa diamati di siang hari. Efeknya, para astronom akan kesulitan melakukan pengamatan selama berbulan-bulan karena polusi cahaya lami ini, dan bisa jadi akan menimbukna masalah bagi siklus sirkadian hewan.

Yang pasti, tidak akan ada bencana. Butuh bintang yang meledak pada jarang kurang dari 300 tahun cahaya untuk bisa kita rasakan efeknya dari lontaran partikel sinar-X maupun sinar gamma.

Jadi.. apakah Betelgeuse akan meledak dalam waktu dekat? Jawabannya: tidak.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini