fbpx
langitselatan
Beranda » Proxima Centauri, Bintang Tetangga Yang Makin Mirip Tata Surya

Proxima Centauri, Bintang Tetangga Yang Makin Mirip Tata Surya

Para astronom menemukan sabuk debu mirip Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper di sekeliling Proxima Centauri, bintang tetangga Tata Surya.

Tak selamanya kehidupan di alam semesta itu maksudnya kehidupan asing yang tidak dikenal. Kita juga bagian dari kehidupan di alam semesta.

Sampai saat ini, belum ada kehidupan lain di alam semesta yang mengunjungi Bumi. Dan manusia juga belum pernah berkelana menjelajah alam semesta. Apakah mungkin suatu hari kelak kita meninggalkan Tata Surya dan menjelajah alam semesta?

Jika terwujud, maka tujuan pertama tentunya bintang tetangga Tata Surya, Proxima Centauri.

Untuk kondisi sekarang, dengan teknologi yang kita miliki, butuh waktu puluhan juta tahun untuk bisa mencapai Proxima Centauri. Tapi, para ilmuwan mencoba memikirkan cara lain. Mereka membuat proyek yang diberi nama Proyek Starshot. Rencananya, dengan menggunakan Starshot, perjalanan ke Proxima Centauri bisa dicapai hanya dalam 20 tahun!

Idenya, Starshot akan menggunakan puluhan laser yang kuat untuk mendorong wahana ini ke bintang dengan kecepatan 60.000 km per detik. Dengan kecepatan secepat itu, kita bisa mencapai Bulan hanya dalam 7 detik!

Apakah Proxima Centauri layak dikunjungi?

Ilustrasi sabuk debu di Proxima CEntauri. Kredit: ESO/M. Kornmesser
Ilustrasi sabuk debu di Proxima CEntauri. Kredit: ESO/M. Kornmesser

Dari hasil penelitian para astronom, tampaknya lingkungan di sekitar bintang Proxima Centauri memang semakin menarik dari waktu ke waktu. Tahun lalu, para astronom menemukan sebuah planet batuan mirip Bumi yang mengelilingi bintang itu. Nah tahun ini, para astronom berhasil mengamati cahaya debu dingin dengan teleskop radio ALMA di Chile. Debu yang dilihat para astronom ini terkumpul dalam sabuk debu yang dipenuhi pecahan batuan dan es, di sekeliling bintang Proxima Centauri.

Sabuk debu di Proxima Centauri membentang antara 1 – 4 AU atau sekitar 150 – 600 juta kilometer dari Proxima Centauri dengan massa total seperseratus massa Bumi. Suhunya juga sangat dingin, hanya – 230º C, mirip Sabuk Kuiper di Tata Surya.

Sabuk debu yang ditemukan ternyata mirip dengan Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper yang ada di Tata Surya. Area ini diisi oleh onderldil atau bagian-bagian Tata Surya, yang materinya terpecah-pecah dan tidak bergabung membentuk objek lebih besar seperti planet, asteorid, atau satelit.

Sabuk batuan yang ditemukan menjadi petunjuk kalau Proxima Centauri mungkin rumah untuk banyak planet, meskipun sampai saat ini baru satu planet yang ditemukan.

Selain sabuk debu, para astronom juga menemukan petunjuk ada sabuk lain yang luar biasa dingin dan lebih jauh pada jarak 30 AU. Petunjuk lain tentang kumpulan debu yang lebih hangat juga berhasil dideteksi. Namun para astronom harus melakukan lebih banyak pengamatan untuk mengetahui keberadaan sabuk yang lain.

Kedua sabuk debu yang ditemukan di Proxima Centauri berada lebih jauh dari exoplanet Proxima b yang jaraknya cuma 7,3 juta km dari bintang induknya.

Penemuan ini juga sangat penting untuk Proyek Starshot. Kita perlu tahu kondisi angkasa di sekeliling Proxima Centauri untuk merencanakan perjalanan yang aman agar misi bisa sukses.

Fakta Menarik:

Serpihan batuan dan es di sabuk debu di sekeliling Proxima Centauri sangat mirip dengan Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper di Tata Surya. Ukurannya juga beragam dari butiran debu yang sangat kecil sampai batuan yang besarnya beberapa kilometer.

[divider_line]
Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini