fbpx
langitselatan
Beranda » Badai Di Titan

Badai Di Titan

Titan, satelit Saturnus yang satu ini memang menarik. Suguhan akan kemiripannya dengan Bumi memberi kita pemikiran baru mungkinkah suatu saat kita tinggal disana? Kali ini, sebuah penemuan lain kembali menunjukan betapa menariknya Titan dan betapa miripnya ia dengan Bumi.

Awan di Titan tampak berupa spot terang seperti yang dilihat Teleskop Gemini. Kredit : Gemini Observatory/AURA/Henry Roe, Lowell Observatory/Emily Schaller, Insitute for Astronomy, University of Hawai‘i
Awan di Titan tampak berupa spot terang seperti yang dilihat Teleskop Gemini. Kredit : Gemini Observatory/AURA/Henry Roe, Lowell Observatory/Emily Schaller, Insitute for Astronomy, University of Hawai‘i

Untuk pertama kalinya, tim astronom berhasil mengamati terjadinya badai di area tropis Titan. Hujan dari awan besar yang terjadi disana merupakan hujan metana (cair) dan akibat hujan inilah terbentuk terusan maupun berbagai retakan lainnya di area ekuator yang teramati Huygens pada tahun 2005.

Badai besar yang teramati oleh NASA Infrared Telescope Facility dan Gemini North telescope di Mauna Kea, Hawaii, melingkupi area seluas 3 juta km persegi atau seukuran India. Jika dibandingkan dengan ukuran Titan, diameter Titan hanya 5150 km sedikit lebih besar dari Merkurius. Bandingkan dengan Bumi yang diameternya 7926 km.

Titan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer tebal, dan seperti halnya Bumi, ia juga memiliki siklus musim termasuk awan dan hujan. Akan tetapi di Titan substansi yang membentuk awan dan hujan yang kemudian turun ke permukaan bukanlah air melainkan metana (gas alam). Kondisi di satelit Saturnus ini begitu dingin sekitar -178°C dan metana di sana masih dalam bentuk cair. Tak hanya itu, ada juga batuan besar yang terbuat dari air yang membeku.

Di Titan, awan hidrokarbon (bukan awan yg terbentuk dari uap air), sesekali muncul di atmosfer yang dingin dan rapat. Biasanya mereka berkelompok di area kutub, dimana awan-awan tersebut mendapat makanannya dari danau metana yang ada di bawahnya. Dekat ekuator, awan termasuk jarang dan permukaannya lebih mirip tanah gersang.

Secara umum awan Titan memang jauh lebih kecil dan lebih jarang terjadi dibanding Bumi. Hal ini membuat para ilmuwan bertanya-tanya bagaimana sungai dan terusan yang dilihat Cassini – Huygens bisa terbentuk. Pengamatan selama 3 tahun untuk mencari jawaban tidak menunjukkan adanya aktivitas awan di sana. Namun tiba-tiba Titan justru memberi kejutan dan pertunjukan yang menunjukan terjadinya badai di satelit kecil ini sekaligus menunjukan bagaimana saluran di permukaannya bisa terbentuk.

Citra inframerah Saturnus dan Titan. Kredit : Gemini Observatory/AURA/Henry Roe, Lowell Observatory/Emily Schaller, Insitute for Astronomy, University of Hawai‘i
Citra inframerah Saturnus dan Titan. Kredit : Gemini Observatory/AURA/Henry Roe, Lowell Observatory/Emily Schaller, Insitute for Astronomy, University of Hawai‘i

Tak seperti terusan di Mars yang terpotong dan terbentuk jutaan atau milyaran tahun lalu oleh air, pembentukan alur dan terusan di Titan, sama seperti di Bumi, masih terbentuk sampai hari ini. Pengamatan lanjutan oleh teleskop landas Bumi maupun oleh Cassini akan dapat mengungkap lebih banyak petunjuk kondisi meteorologi dan geologi di dunia Titan yang semakin hari semakin mirip dengan Bumi.

Sumber : Gemini, Institute for Astronomy (IfA) University of Hawaii.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • apakah sudah ada yg meneliti permukaan Titan ?
    seperti na menarik nih, mungkin bisa jd Titan dijadikan “Bumi kedua”
    tpi entah dah, suhu na memungkinkan apa tidak.. hehe..

    terus posting” artikel iia cc..