Dunia astronomi modern disibukkan dengan penelitian extrasolar planet, dimana manusia ingin mencari “tempat tinggal” yang baru dan peluncuran teleskop luar angkasa yang akan mencari “batas” terluar alam semesta. Semua itu hebat, semua itu canggih, rumit dan mengagumkan. Tetapi, 2000 tahun yang lalu ada pekerjaan lain yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita yang tak kalah rumit dari sebuah teleskop Hubble.
Arkeoastronomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari astronomi di masa lampau. Secara garis besar, bidang arkeoastronomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu astroarkeologi, sejarah astronomi dan etnoastronomi. Astroarkeologi mempelajari astronomi dalam hubungannya dengan arsitektur bangunan kuno. Sejarah astronomi mempelajari perjalanan sejarah ilmu astronomi melalui sumber tertulis. Etnoastronomi mempelajari kaitan antara astronomi dan budaya masyarakat di masa lampau. Bila diringkas, arkeoastronomi merupakan bidang ilmu irisan antara astronomi, arkeologi dan antropologi.
Salah satu karya astroarkeologi di dunia adalah Stonehenge. Monumen batu terbesar di dunia ini diperkirakan mulai disusun pada tahun 3000 sebelum masehi. Stonehenge terletak 150 km di sebelah barat kota London dan dikelilingi oleh dataran hijau Salisbury. Dengan berat masing – masing batu sekitar 50 ton dan tinggi sekitar 3 meter, batu – batuan ini disusun membentuk lingkaran berlapis.
Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Hawkins seorang astronom Inggris pada tahun 1963 menyebutkan bahwa posisi batu – batu stonehenge mempunyai korelasi dengan benda – benda langit pada posisi istimewanya. Hal ini berarti bahwa hanya dengan mengamati posisi benda langit dalam stonehenge pada saat tertentu, kita dapat menentukan posisi benda langit tersebut pada saat yang lain. Selain itu, stonehenge dan dua buah lingkaran kecil diluarnya berfungsi sebagai sebuah alat penghitung gerhana. Dengan menandai posisi bulan, matahari dan titik node, lalu menghitungnya sesuai jumlah lubang lingkaran yang ada, maka dapat ditentukan kapan terjadi gerhana. Seperti mekanisme sebuah software astronomi bukan? Perlu diingat bahwa stonehenge dibangun sekitar 3000 tahun sebelum masehi yaitu 4900 tahun sebelum komputer pertama kali dibuat. Sungguh sebuah mahakarya yang agung dari peradaban manusia. Dengan keterbatasan teknologi yang ada pada masa itu, berbekal otak dan pengamatan terhadap benda langit, para leluhur pendiri stonehenge mewujudkan langit berbentuk 3 dimensi kedalam mekanisme susunan batu.
Karya – karya arkeoastronomi yang lain adalah Piramid Giza di Mesir, kuil Angkor Wat di Kamboja, Star Tower di Korea, Candi Bubaniswar di India, Monumen Tanjung Kumukahi di Hawai, dan masih banyak di tempat yang lain. Bangunan – bangunan ini dibangun pada masa lampau dan di masa kini menunjukkan kepada kita tentang keagungan peradaban manusia di jaman itu.
Bagaimana dengan Indonesia dengan beribu ragam budayanya? Adakah bangunan astroarkeologi yang kita miliki? Para astronom dan arkeolog kita harus bekerja keras mencari jawaban dari pertanyaan ini.
Sumber : Kelley, David. H; “Exploring Ancient Skies”; 1995; Springer
Kabarnya ada yang ngutak-ngatik hubungannya borobudur dan astronomi, gimana hasilnya?
saya kagum pada ivie yang selalu menyguhkan tulisan yang bermanfaat!!! thaks.
Semua Adminnya juga keren om. Selalu berbagi ilmu. TOP deh.
si boronya sedang diutak atik nih bang, tar klo udah ada hasilnya, pasti di publish di LS..ditunggu saja..
Mantap mba. Semoga semakin terbuka ya rahasia si boro ini 😀
bagaimana dengan Kaabah di Mekah Al Mukarramah? Ada teori yang mengatakan ia berada ‘at the centre of the earth’..dari aspek astroarkeologi bagaimana pula? ada kajian?
sejauh pengetahuan saya, teori bahwa Kaabah berada “at the centre of the earth” belum ada yang membuktikan kebenarannya secara ilmiah..kajian astroarkeologi nya juga belum ada, aspek astronomi yang ada pada Kaabah hanya sebatas penentuan posisi Kiblat untuk daerah diluar Mekah..
menarik ^_^
katanya kalo borobudur ada hubungannya dengan bulan ya
saat ini yg sedang dipelajari, Borobudur dan kaitannya dengan matahari dan rasi bintang ursa mayor. selanjutnya akan dipelajari juga kaitannya dengan bulan, kalo bapak punya informasi tentang Borobudur-bulan, mungkin bisa berbagi dengan kami 🙂
mbak,
saya pernah nulis tentang pembangunan candi-candi di jawa dengan arkeoastronomi,
maunya sih nerusin lagi tulisan itu, tapi belum dapat referensi yang cocok untuk kondisi di indonesia (jawa)
bisa bantu tentang referensinya mbak?
thx.
wahh..boleh dong kita barter informasi niih mas Edi, arkeoastro belum berkembang di Indonesia, pdhl banyak sekali candi dan peninggalan sejarah budaya Indonesia, kesempatan masih terbuka lebar agar ilmu arkeoastro berkembang disini. tentunya harus ada sinergi antara pemikir ilmu-ilmu yg beririsan dengan arkeoastro.
Boleh hubungi saya via email mengenai referensi yg dibutuhkan, klo sy bs bantu, akan sy bantu.
tapi aku kagum juga dengan kecerdasan manusia..
wah, nice banget…