fbpx
langitselatan
Beranda » Supernova Jenis Barukah?

Supernova Jenis Barukah?

Bintang supermasif akan mengalami ledakan periodik sebelum mencapai ledakan akhirnya sebagai supernova.

Ilustrasi gelombang ledak yang bergerak cepat dari Eta Carinae dalam ledakan 1843. Kredit : Gemini Observatory artwork by Lynette Cook
Ilustrasi gelombang ledak yang bergerak cepat dari Eta Carinae dalam ledakan 1843. Kredit : Gemini Observatory artwork by Lynette Cook

Eta Carinae, bintang terbesar, tercerlang dan yang paling banyak dipelajari di dalam galaksi setelah Matahari, ternyata masih menyimpan rahasia. Sepertinya ledakan raksasa bintang ini dikendalikan sepenuhnya oleh tipe baru ledakan yang lebih lemah dibanding ledakan yang sering terjadi pada supernova. Dan ledakan tersebut ternyata tidak menghancurkan bintang.

Dalam Nature edisi 11 September, Nathan Smith dari University of California, Barkeley memberitahukan bahwa ledakan bersejarah dari Eta Carinae pada tahun 1843 merupakan ledakan yang menghasilkan gelombang letusan cepat yang mirip namun tidak sekuat ledakan supernova yang sesungguhnya. Kejadian tersebut terekam dengan baik di dalam galaksi Bima Sakti dan tampaknya terkait erat dengan ledakan bintang yang lemah yang terjadi di galaksi lain, Ledakan lemah tersebut diketahui saat ini oleh teleskop yang sedang mencari supernova extragalaktik.

Menurut Smith, ada kelas dari ledakan bintang yang terjadi di galaksi lain yang masih belum diketahui penyebabnya. Namun eta carinae merupakan prototipe dari ledakan tersebut.”

Eta Carinae merupakan bintang variabel masif yang hanya bisa dilihat dari belahan langit selatan, terletak sekitar 7500 tahun cahaya dari Bumi pada daerah kelahiran bintang yakni Nebula Carina. Eta Carinae teramati sangat terang pada tahun 1843. Saat ini para astronom bisa melihat hasil dari awan gas dan debu yang dikenal sebagai nebula Homunculus berhembus perlahan menjauhi bintang tersebut. Selimut tipis dan lemah dari sisa ledakan awal juga masih tampak, yang keberadaannya dipekrirakan ada disana sejak 1000 tahun lalu. Tampaknya selubung gas dan debu yang ada disekeliling Eta Carinae ditiup menjauh oleh angin bintang dan bergerak perlahan dengan kecepatan 650km/detik.

Hasil observasi Smith dengan menggunakan the international Gemini South 8-meter telescope dan Blanco 4-meter telescope di Cerro Tololo Inter-American Observatory, Chile, mengungkapkan sesuatu yang baru. Filamen gas bergerak sangat cepat sekitar 5 kali lebih cepat dari serpihan di dalam nebula Homunculus yang terdorong menjauh dari Eta Carinae dalam kejadian yang sama. Jumlah massa pada Homunculus yang bergerak perlahan itu sudah mencapai batas kemungkinan dari apa yang bisa dilakukan oleh angin bintang. Semakin cepat dan semakin kuat materi yang ditemukan Smith, justru menunjukan semakin sulitnya mengetahui apa yang terjadi berdasarkan teori.

Bahkan, kecepatan dan energi yang terlibat mirip dengan materi yang dipercepat dalam gelombang ledakan kilat dalam ledakan supernova. Kecepatan yang sangat tinggi dalam ledakan tersebut dapat memberi gambaran awal besarnya energi yang dilepas saat terjadi letusan Eta Carinae tahun 1843, yang diperkirakan Smith bukan hanya erupsi permukaan yang disebabkan oleh angin bintang, namun merupakan ledakan yang terjadi di dalam bintang dan kemudian melontarkan serpihan-serpihannya ke ruang antar bintang. Pada kenyataannya, gelombang ledakan yang bergerak sangat cepat tersebut bertabrakan dengan awan yang bergerak lambat dari hasil erupsi 1000 tahun lalu. Akibatnya, terciptalah sinar X yang teramati oleh Observatorium Chandra.

Observasi tersebut membawa astronom untuk memodifikasi interpretasi atas apa yang terjadi lebih dari seabad lalu di Eta Carinae. Apa yang terjadi tahun 1843 lalu bukanlah angin yang berhembus secara konstan dan meniup lapisan terluar, melainkan ledakan yang dimulai jauh di dalam bintang dan melontarkan lapisan luarnya. Memang untuk itu ada mekanisme lain yang menyebabkan terjadinya ledakan seperti itu.

Jika interpretasi Smith ini benar, bintang supermasif seperti Eta Carinae bisa mengehembuskan sejumlah besar maasa dalam ledakan periodol saat ia mendekati masa akhir hidupnya. Dalam hal ini sebelum Eta Carinae mengakhiri hidupnya dalam ledakan dahsyat supernova yang menyisakan pecahan-pecahan dan tertinggal di balik lubang hitam.

Jauh lebih lemah dari supernova, ledakan yang mengakibatkan terjadinya gelombang ledak yang bergerak cepat di sekeliling Eta Carinae memiliki kemiripan dengan ledakan bintang yang lemah, yang sering juga dikenal sebagai peniru supernova. Ledakan lemah tersebut, ditemukan juga di galaksi lain oleh teleskop robotik landas Bumi dan pencari supernova lainnya. Pencarian tersebut sebenarnya mencari supernova tipe Ia yang bisa membantu astronom untuk memahami pengembangan alam semesta dipercepat. Namun ternyata dalam pencarian itu ada hal-hal lainnya yang juga mereka temukan.

Jika melihat ke galaksi lain, saat ini astronom sudah melihat dan mengamati keberadaan bintang seperti Eta Carinae yang menjadi lebih terang namun tidak seterang supernova. Dengan demikian masih harus dicari tahu misteri dibaliknya yang menyebabkan bintang tersebut jadi terang tanpa menghancurkan dirinya.

Eta Carinae merupakan binta supermasif yang jarang di dalam galaksi kita, dan diperkirakan pernah memiliki massa 150 massa Matahari. Bintang sebesar itu akan terbakar sangat terang hanya dalam beberapa milyar tahun, mengalirkan massanya dalam bentuk cahaya yang kuat yang mendorong lapisan terluar bintang masuk ke dalam angin bintang. Dua sampai tiga juta tahun kemudian, Eta Carinae massa yang tersisa hanya 90 – 100 massa Matahari, dan mengalirkan massanya sekitar 10 massa Matahari dalam letusan terbarunya pada tahun 1843.

Ledakan seabad lalu diperkirakan sebagai jalan utama bagi bintang masif untuk melepaskan lapisan hodrogen terluarnya sebelum mereka mati. Jika Eta Carinae mampu untuk mengalirkan 10 massa mataharinya setiap beberapa ribu tahun, maka itu akan jadi jalan yang efektif dalam melepaskan sejumlah besar fraksi bintang.

Saat ini para astronom meyakini kalau Eta Carinae dan sejumlah bintang variabel biru yang sangat cerlang sedang berada dalam masa mendekati akhir hidupnya. Bintang-bintang tersebut sedang berada dalam tahap pembakaran hidrogen di inti menjadi helium. Jika mereka meledak pada kondisi masih memiliki selubung hidrogen disekitar inti helium, supernova yang dihasilkan akan tampak berbeda dari yang sudah tidak lagi memiliki hidrogen sebelum meledak.

Masih belum bisa dipastikan apakah para peniru supernova merupakan versi kecil dari supernova, atau mungkin supernova yang gagal ataukah kejadian perintis atau mungkin malah merupakan ledakan yang berbeda dari supernova. Ini semua masih misteri. Namun diperkirakan, kejadian tersebut merupakan salah satu petunjuk penting dalam memahami fasa akhir kehidupan bintang masif.

Yang pasti, tak ada satu astronom pun yang bisa memprediksikan dengan pasti nasib bintang yang massanya 30 massa Matahari atau lebih itu.

Sumber : EurekaAlert

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini