Saat langit cerah, pergilah ke tempat yang jauh dari cahaya lampu-lampu kota lalu lihatlah ke langit. Bisakah kau mengenali rasi Orion si pemburu?

Nah, coba kau perhatikan sisi bahu Orion. Apakah kau melihat bintang terang berwarna oranye? Itulah bintang maharaksasa merah Betelgeuse, salah satu bintang terbesar yang tengah sekarat di Galaksi Bimasakti kita!
Cerita-cerita budaya suku Aborigin, Australia, menunjukkan bahwa manusia telah mengamati raksasa merah ini selama ribuan tahun. Mereka bahkan memperhatikan perubahan kecerlangan bintang tersebut dari waktu ke waktu di masa itu. Perubahan yang paling jelas terjadi setiap 400 hari sedangkan yang paling jelas kedua terjadi setiap 6 tahun. Selama 5 tahun belakangan, raksasa merah itu telah mengejutkan kita.
Pada tahun 2019 dan 2020, Betelgeuse mulai meredup dan makin redup sehingga para astronom menyebut peristiwa ini sebagai “the Great Dimming” atau “Peredupan Besar”. Peristiwa ini menyebabkan Betelgeuse sempat dikira akan segera menjadi supernova. Namun, para ilmuwan tak lama kemudian menemukan bahwa peredupan ini disebabkan oleh awan debu yang dilontarkan si bintang itu sendiri. Awan debu ini menghalangi cahaya dari Betelgeuse yang mengarah ke Bumi sehingga bintang itu tampak meredup saat dilihat dari planet kita.
Meskipun misteri Peredupan Besar sudah terpecahkan, para astronom masih penasaran dengan kejadian ini. Mereka mulai menyelidiki data Betelgeuse dengan lebih mendetail. Salah satu analisis mengisyaratkan bahwa Betelgeuse mungkin memiliki bintang pasangan. Ternyata dugaan mereka benar!
Untuk pertama kalinya tim astronom mendeteksi bintang pasangan Betelgeuse. Mereka menggunakan peralatan khusus bernama Alopeke yang dipasang di teleskop Gemini North di Hawai’i. Mereka juga menyimpulkan bahwa bintang itu membutuhkan waktu 6 tahun untuk sekali mengitari Betelgeuse.
Tim ini juga menemukan bahwa bintang tersebut 6 kali lebih redup daripada Betelgeuse dan memiliki massa 15 kali massa Matahari. Jaraknya dari Betelgeuse cukup dekat, hampir 4 kali jarak antara Bumi dan Matahari. Para astronom menduga bahwa kedua bintang lahir pada waktu yang hampir sama. Sayangnya, bintang pasangan Betelgeuse ini tidak akan hidup lama. Para astronom memperkirakan sekitar 10.000 tahun lagi bintang ini akan jatuh ke Betelgeuse akibat gaya pasang surut yang kuat.
Penemuan ini sangatlah berarti karena menjelaskan bagaimana kecerlangan bintang maharaksasa merah seperti Betelgeuse dapat berubah dari tahun ke tahun. Astronom tak sabar menantikan November 2027, ketika bintang pasangan Betelgeuse akan dapat diamati dari Bumi lagi. Saat itu tiba, mereka dapat menyelidikinya lagi dengan lebih seksama.
Fakta Menarik
Betelgeuse sangatlah besar. Jari-jarinya sekitar 700 kali jari-jari Matahari. Bayangkan seandainya Betelgeuse berada di pusat Tata Surya kita. Permukaannya akan melahap Sabuk Asteroid. Artinya, kita semua, bahkan planet Mars, akan berada di dalam perut maharaksasa merah ini.















Tulis Komentar