fbpx
langitselatan
Beranda » Foto Close-Up Bintang di Luar Galaksi Bimasakti

Foto Close-Up Bintang di Luar Galaksi Bimasakti

Untuk pertama kalinya para astronom membuat foto jarak dekat alias foto close-up dari bintang yang sekarat di galaksi lain! 

Untuk pertama kalinya para astronom membuat foto jarak dekat alias foto close-up dari bintang yang sekarat di galaksi lain! 
Citra bintang WOH G 64 yang dipotret dengan instrumen GRAVITY pada VLTI. Kredit: ESO/K. Ohnaka et al.

Selama ini, para astronom sudah memotret sebagian bintang di galaksi kita, Bimasakti, dengan citra jarak dekat dan mengungkap sifat bintang-bintang tersebut. Tapi, di luar Bimasakti, ada tak terhitung banyaknya bintang yang menanti untuk kita potret dan pelajari dengan detail.  Tapi perlu diingat foto jarak dekat ini bukan berarti kita memotret bintang dari dekat melainkan dengan teknik memperbesar citra (zoom in).

Tentu saja tidak mudah untuk bisa memotret satu bintang di luar galaksi Bimasakti. Apalagi dalam citra yang kita peroleh, galaksi-galaksi yang dipotret bisa tampak seperti noktah kecil di langit. Apalagi bintang. Akan tetapi, kali ini, para astronom berhasil memotret sebuah bintang di luar Bimasakti. Lokasinya masih cukup dekat yakni di Awan Magellan Besar yang merupakan galaksi satelit dari Bimasakti. bisa dibilang tetangga dekat Bimasakti juga. 

Bintang tersebut adalah Bintang WOH G64 yang jaraknya 160.000 tahun cahaya di selatan rasi Dorado. Bintang ini bukan bintang baru. WOH G64 pertama kali ditemukan Bengt Westerlund, Olander dan Hedin pada tahun 1970-an dan inisial WOH itu berasal dari nama para penemunya.

Bintang WOH G64 yang ditemukan tahun 1970-an ini merupakan bintang maharaksasa merah dengan ukuran hampir 2000 kali ukuran Matahari! Ukuran maharaksasa, maka tentu bintang ini juga sangat masif. Massanya 25 kali massa Matahari dengan luminositas 282.000 luminositas Matahari. 

Pengamatan yang dilakukan Keichi Ohnaka dari Universidad Andrés Bello, Santiago, Chile, bersama timnya pada tahun 2005 dan 2007 dengan VLTI (Very Large Telescope Interferometer) memperlihatkan awan berbentuk torus atau mirip donat di sekeliling bintang ini. Akibatnya, citra bintang ini masih belum bisa dipotret dengan jelas. 

Tentu saja, perkembangan teknologi menghasilkan peningkatan yang tajam dalam citra astronomi. Kehadiran instrumen GRAVITY pada VLTI mengubah citra yang tadinya tak jelas jadi lebih baik. 

Ohnaka dan tim tentu saja memanfaatkan GRAVITY pada VLTI untuk melakukan pengamatan pada bintang WOH G64 yang mereka juluki bintang raksasa tersebut.

Hasilnya, mereka berhasil memotret bintang ini dengan lebih dekat dan tentunya lebih jelas. Citra jarak dekat ini sekaligus juga memberikan informasi yang lebih baik lagi tentang bintang maharaksasa merah di Awan Magellan Besar tersebut. 

Para astronom menemukan kepompong mirip telur di sekeliling bintang. Hasil analisis memperlihatkan kalau kepompong atau bentuk torus tersebut punya keterkaitan dengan lontaran materi secara drastis ketika bintang masif sedang sekarat. Atau lebih tepatnya, lontaran materi ini terjadi sebelum bintang meledak dalam ledakan supernova.

Hasil ini diperoleh setelah para astronom membandingkan pengamatan terbaru bintang WOH G64 dengan pengan hasil pengamatan sebelumnya. Dan lontaran materi atau mungkin bisa kita sebut pelucutan materi bintang ini yang membuat bintang meredup dan materi yang terlontar itulah yang membentuk kepompong debu di sekitar bintang. Dan yang lebih menarik, bentuk kepompong ini seperti merentang atau memanjang dibanding pengamatan sebelumnya maupun dari hasil pemodelan komputasi. 

Menurut para astronom, model kepompong bentuk telur ini terjadi akibat proses pelepasan materi bintang atau bisa juga karena pengaruh bintang pasangan yang belum ditemukan. Untuk mengungkap misteri bintang WOH G64, para astronom masih harus melakukan pengamatan lebih lanjut yang tentunya tidak mudah karena bintang semakin meredup. Harapannya, instrumentasi GRAVITY+ bisa menjadi jawaban untuk memotret bintang WOH G64 dari dekat di masa depan. 

Satu hal pasti, pengamatan ini memperkenankan para astronom untuk menyaksikan kehidupan bintang secara langsung. Apalag pada tahap akhir kehidupan bintang maharaksasa merah seperti WOH G64 proses untuk melepaskan lapisan luar gas dan debu bisa berlangsung ribuan tahun. Dan perubahan drastis yang terjadi bisa memicu bintang ini untuk semakin dekat pada masa akhir hidupnya. Ledakan supernova. 

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini